Share

Chapter 6 Mr. John's problem

Marko telah sampai di apartemennya. Setelah kejadian tadi dia merasa lelah dan langsung istirahat. Beberapa saat dia ingin memejamkan matanya, tapi dia tidak dapat tidur.

Marko mendengar ada suara ketukan pintu dilihatnya jam di dinding pukul 04.45 waktu London. "Siapa lagi yang datang dijam segini!" kesal Marko, dengan langkah gontai sambil menahan emosinya Marko turun dari ranjang.

Sedangkan diluar pintu. Tok... tok... tok...tok. El terus mengetuk ngetuk pintu Marko, tanpa jeda selain ketukan pintu dia juga terus memencet bel apartemen Marko. Beruntung apartemen dilantai itu hanya ada 2 pintu sehingga tidak mengganggu yang lain. 

"Hai ... beruang kutub buka pintu." teriak El 

"Saya masih belum menyerah untuk minta kerjasama dengan Anda jadi tolong buka," sambung El masih dengan mengetuk pintu.

Marko pun mengabaikan suara El yang sedang berteriak. Namun, semakin dia mengabaikan suara itu, makin membuat gendang telinganya tidak bisa mendengarnya lagi. "Berisik sekali gadis ini, minta dilakban mulutnya," hardik Marko kemudian membuka pintu. 

Ceklek... Suara pintu dibuka.

"Ikh ... Dasar beruang kutub. Aku cuma minta kerjasama dengan kau dan meminta data dari kau biar kerjaanku cepat selesai, aku..." ucap El terhenti dan masih memejamkan matanya.

Marko yang melihat El hanya bisa mengumpat, "Apa wanita ini bodoh?bisa-bisanya tidur sambil berjalan dan teriak-teriak." Melihat pintu apartemen milik El terbuka lebar, Marko mendorong tubuh El menggiringnya masuk ke dalam. Setelah El masuk Marko langsung menutup pintunya. 

Marko kembali ke apartemennya sendiri dan melanjutkan istrahatnya yang tertunda. Dia berharap wanita itu tidak menggangu tidurnya yang hanya tersisa beberapa jam karena sebentar lagi dia masuk dinas pagi.

El yang tadi sudah masuk dalam apartemennya tertidur disamping rak sepatu masih dengan mengigau. "Sabar ... sabar ... Sabar," El pun kini mendengkur dengan suara kecil.

****

Jam pun sudah menunjukkan waktu untuk bekerja, setelah sampai di rumah sakit El berpikir untuk meminta kakanya untuk membantu. "Aku harus nunggu kak Alberto nih!" El mondar mandir seperti tidak ada kerjaan karena menunggu Alberto. Sedangkan yang ditunggu masih membahas tentang operasi yang akan dilakukannya nanti siang bersama profesor Ma.

"Jadi bagaimana? jenis operasi apa yang harus kita lakukan?" tanya profesor Ma yangs masih memperhatikan hasil CT scan, pasien Bu Alexa. 

"Jika kita melakukan operasi ini akan sangat berbahaya, takutnya tubuhnya tidak akan menerima. karena umurnya yang sudah tua dan kerusakan pada paru-parunya sudah sangat parah." jelas Alberto

"Jadi?" 

"Sepertinya kita akan menyerah karena memang sudah waktunya dia dipanggil." 

"Ucapan, omong kosong apa itu! jangan jadi dokter tak berguna," bentak profesor Ma. 

Marko pun masuk dalam pertemuan itu, dia berusaha melihat sekilas hasil CT scan. Dia sebagai penengah sedangkan dokter yang masih magang lainnya hanya mampu diam mendengarkan perdebatan profesor dan Alberto. 

"Apa yang dikatakan dokter Alberto itu benar adanya. Tapi jika profesor tetap ingin melakukan operasi saya sarankan untuk melakukan pencakokan. Namun, itu sangat beresiko." jelas Marko, dengan gaya dinginnya. Marko menjelaskan kondisi pasien secara detail. 

Dokter magang terlihat sangat kagum dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Marko hingga membuat profesor Ma merasa iri. 30 menit pertemuan itu berlangsung kini dokter magang diberikan tugas untuk memberikan info pada keluarga pasien sedangkan profesor Ma dan Marko akan melakukan operasi. 

Alberto kembali ke ruangannya dengan kesal, opininya tidak berguna. Saat tiba di ruangannya dia melihat adek sepupunya kini sudah menunggunya. "Apa yang kau lakukan di sini? aku sedang tidak ingin menerima tamu," ketus Alberto sambil membuka pintu. 

Meskipun dilarang El tetap mengikuti Alberto masuk kedalam ruangannya. "Kak, kenapa sepertinya kesal seperti itu?" tanya El.

"Aku kesal gara-gara dokter Al sama profesor Ma, mereka tidak menghargaiku opiniku." 

"Memang Opini Kakak seperti apa? sampai tak dihargai?"

Alberto kini menjelaskan duduk permasalahannya. El yang mendengarkan cerita Alberto dibuat tertawa. "Kak, memang benar Kakak itu dokter macam apa! belum bertindak sudah pasrah." 

"Sudah ketawanya sekarang kau keluar sana dan kerja yang benar." 

"Tunggu Kak. Aku butuh bantuanmu aku meminta data pasien atas nama pak Jhon, yang berkaitan dengan kasus disini cuma beruang kutub yang menjelma sebagai dokter itu dan dia tidak mau bekerjasama. Aku dengar kakak dekat dengannya, bicaralah pada dokter kutub itu untuk bekerjasama denganku. Aku pengen cepat selesaikan masalah ini." jelas El tanpa jeda

Kini ganti Alberto yang tertawa dengan renyah mendengar penjelasan dari adik sepupunya itu. "Oh, jadi semalam kamu minta nomor wechatnya untuk itu. Kakak kira kamu terpesona ketampanannya dan ingin menggodanya." ledek Alberto yang kini mendapatkan pukulan dari El.

Satu tonjokan mendarat di dada bidang milik Alberto. "Kakak jangan tertawa lagi, masalah nomor itu aku sangat kesal hanya beberapa jam, aku mengirim pesan padanya. WeChat aku di blokir," ucap El dengan memanyunkan bibir mungilnya. 

"Haha ... Apa kau bilang? sekejam itu dia padamu setelah dia tidak jadi menjemputmu di bandara?" 

"Apa Kakak bilang? Jadi dia yang Kakak minta tolong buat menjemput ku?"

"Iya!" jawab Alberto masih dengan tawanya karena sepupunya terlihat tidak tahan dengan sahabatnya itu. "Kau ... sudah berapa cara untuk memintanya kerjasama denganmu El?" 

"Sudah banyak Kak. Sampai bikin mie instan aja aku lakukan, tapi akhirnya mie instannya masuk perutku sendiri karena terlalu lama menunggunya." 

"Baiklah nanti Kakak bantu, tapi Kakak gak jamin bisa membujuknya. Tahu sendiri dia beruang kutub," ucap Alberto sambil meledek El.

Setelah berbicara dengan Alberto. El keluar dari ruangannya beberapa langkah dia menelusuri lorong rumah sakit kini El melihat Marko yang dengan tegap dan cool berjalan dari arah berlawanan. 

Niat hati El ingin menyapa Marko namun semua sia - sia. Marko tak memperdulikannya. El mengepalkan tangannya bermaksud ingin menghampiri Marko, tapi sayang sudah ada dokter Shina yang kini berjalan berdampingan dengannya.

Kini El berjalan didekat parkiran rumah sakit, matanya tertuju pada seseorang yang tak asing. Dia memperhatikan orang itu ternyata bapak Jhon sedang berbicara pada seseorang. 

"Pak, percaya padaku ini obat bagus semua penyakit akan sembuh setelah meminum obat ini. jadi bapak tidak usah melakukan operasi yang bisa merenggut nyawa bapak," ucap laki-laki berbaju hitam.

"Benar itu? Saya sangat mau dengan obat itu karena saya tidak mau dioperasi saya takut," jawab pak Jhon memastikan pendengarannya.

"Benar Pak. Saya tidak berbohong jika, Bapak tidak percaya! silahkan bapak coba, tapi ingat jangan sampai ketahuan dengan dokter atau perawat." 

"Baiklah saya akan coba, tapi berapa harganya?"

"Untuk saat ini masih gratis, Bapak coba dulu. Kalau cocok nanti bapak baru bayar. Harga tidak jadi masalahkan pak, asal tidak dioperasi dan Bapak bisa sembuh," Pria itu meyakinkan pak Jhon. 

Setelah pak Jhon menerima obat itu dia langsung memasukkan kedalam kantong dan laki-laki berbaju hitam itu langsung masuk kedalam mobil meninggalkan pak Jhon. El yang sedari tadi melihat hanya bisa menaruh rasa curiga. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status