Share

8. Mencari Wanita Online

Siapa yang menyangka seorang Kejora bisa terus memikirkan pria di dalam otaknya untuk saat ini? Bahkan dirinya sendiri pun tak menyangka akan bisa seperti ini, terperangkap dengan sosok Mike yang satu minggu lalu ditemuinya.

“Kejora, kamu bisa ikut saya rapat ke perusahaan Angkasa Jaya?” ajak atasan Kejora yang merupakan direktur keuangan di sana.

Deg!

Srekkk!

Brak! Perempuan yang dipanggil namanya itu setengah menggebrak meja karena terkejut.

Kejora yang tengah duduk melamun terperanjat seketika saat mendengar suara atasannya yang tiba-tiba sudah berdiri di depan mejanya saat ini. Matanya hampir menggelinding seiring dengan jantungnya yang siap meluncur bebas.

Wanita itu terperanjat mendengarnya, “ta—tapi, saya ....” Kejora bahkan tak menemukan alasan yang pas untuknya berkilah saat ini.

“Satu jam lagi kita berangkat, kamu siap-siap saja terlebih dahulu,” timpal pria bertubuh tambun itu sembari berlalu.

“I—iya Pak,”jawab Kejora seadanya sambil mengangguk.

Saat pria itu berlalu dari hadapannya, barulah dirinya bisa bernapas lega sembari tangannya mengurut dadanya sendiri yang sudah bergemuruh.

Suara cekikikan di kubikel lain membuat Kejora memberengut kesal. “Kamu kok bisa-bisanya sih tidak memberitahukanku kalau ada pak Sony?!” tuduh Kejora, menatap Kania yang masih menahan tawa itu.

“Sori, habis aku lihat kamu melamun saja dari tadi, kenapa sih?” Kini Kania ikut penasaran.

Kejora kembali duduk dengan lesu, menjatuhkan dirinya yang sudah lemas ke kursi. “Kenapa otakku tak bisa berhenti memikirkan Mike sih?” protesnya setengah menggumam.

Yang mendengar tentu saja hanya ber-oh ria saja. “Kamu berarti naksir dengannya, apa dia mengajakmu bertemu kembali?” tanya Kania yang kini berjalan pada kubikel Kejora.

Dia ikut memeriksa catatan-catatan Kejora saat ini. kejora membiarkannya saja, dia tengah malas dan tak berkeinginan mendebat Kania saat ini.

“Dia belum chat aku, bagaimana dong?” Kejora merasa risau setelah mendengar pertanyaan Kania saat ini.

Mendengar pernyataan sekaligus rengekan dari Kejora, Kania berbalik, menatap Kejora dengan pandangan horor sekaligus tak percaya.

“Hah?! Kok bisa?!” sentaknya.

Kejora menghela napasnya kembali, “tak tahu, apa karena aku kemarin tak mau diantar pulang olehnya ya?” gumamnya semakin lemah seiring dengan spekulasi-spekulasi yang berada di dalam otaknya itu saat ini.

“Kamu nolak dia?!” Kali ini Kania kembali memekik. Mengalirlah cerita pertemuan singkat itu dari mulut kecil Kejora.

“Kamu sih, pakai nolak segala, bisa jadi dia malas mengejar kamu yang sudah menolak di pertemuan pertama begitu,” omelnya melihat usai Kejora selesai bercerita.

“Loh ... kalau di Belanda kan begitu? Tidak salah juga dong?!” protes Kejora merasa tak terima disalahkan begini saat ini.

Kania menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Merasa kalau Kejora ini memiliki sifat jual mahal yang tinggi. “Ya tapi ... kan tidak semua diberi respon begitu dong? sifat orang kan berbeda-beda loh ...,”

“Beda bagaimana? Kami di Belanda ya normal-normal saja ah!”

“Sudahlah, begini saja, kamu masih memikirkan Mike dan sudah satu minggu dia tak mengirim pesan padamu. Kenapa tidak kamu yang memulai duluan saja?”

Ide yang brilian namun tak meyakinkan bagi Kejora.

“Nanti dia ilfeel bagaimana?” tanyanya kembali.

Kania berkacak pinggang, dia sudah mengenal sahabatnya ini lebih dari tiga bulan. Kejora dengan sifat paranoid, bimbang dan berpikir panjang sampai tak bergerak sedikit pun juga.

“Ck!” Dia berdecak kesal kepada Kejora.

“Kau itu berpikirnya nanti saja, tak tahu hasilnya kalau tak mencoba. Hari ini kamu chat dia! Sekarang sana, sudah ditunggu pak Sony tuh!” desak Kania yang meninggalkan Kejora yang masih ingin menyangkal.

“Aku saja masih tak yakin hanya suka saja kepadanya atau bagaimana?” sungut Kejora pelan sambil menyisir rambut panjangnya dengan jari-jari lentiknya sebelum akhirnya bangkit menghampiri direktur keuangan yang tengah menunggunya itu saat ini.

***

“Kamu ikut saya pada meeting kali ini, Andro.” Suara serak khas Kelvin, ayah dari Andromeda menggaum di ruang kerja Andromeda saat ini.

Jelas-jelas putranya itu masih fokus bekerja. “Apa tak anda saja? Proyek ini bisa terhenti jika tak segera dilaksanakan?” kilah Andromeda dengan bermalas-malasan saat ini.

“Ikut saja!” sentak Kelvin yang berbalik keluar dari ruangan Andromeda.

Dia tak menjamin tak membuat keributan dengan Andromeda jika tak segera keluar dari sana.

PRAKKK!!!

“Sial!!” desis Andromeda yang melemparkan bundelan proposal yang tengah dibacanya.

Bahkan sekecil ini saja dia tak bisa menolak.

Andromeda membetulkan dasinya, dia sudah tak bisa mengabaikan perintah ayahnya jika ingin terbebas dari cengkraman pria kolot bersifat diktator itu saat ini.

Kedua pria yang berbeda generasi itu berjalan berdampingan. Meski yang satu sudah berusia lanjut, namun kharismanya tak hilang dimakan usia. Dan yang satu lagi, Andromeda mempunya dominasi yang tak bisa diruntuhkan, terlihat teguh dan arogan. Semua kelebihan mungkin ada padanya.

Mereka memasuki ruang rapat yang sudah dihadiri oleh tiga perwakilan masing-masing perusahaan. Semuanya menunggu kedua pria itu.

Kejora tak memperhatikan sekitarnya. Dia sibuk membaca laporan-laporan yang dibawa oleh atasannya itu, sementara sang atasannya menyambut bahagia si pialang emas, penentu laju bisnis perusahaan mereka.

Seharusnya Andromeda duduk dan tak perlu memperhatikan sekitarnya. Memang begitu di saat awal-awal.

Pria itu malah asyik berselancar, membuka aplikasi dating miliknya dan berkirim pesan dengan banyak wanita yang menarik untuk dibawa ke ranjangnya tentu saja. Ibu jarinya bahkan menekan love berkali-kali pada setiap akun yang berbeda.

Dia asik sendiri dengan dunia pencariannya.

Sementara itu, Kejora memperhatikan jalannya rapat yang sangat membosankan. Seharusnya dia menolak saja daripada harus ikut di tengah kerumunan orang-orang serius dan dirinya masih memikirkan si pria bule bernama ‘Mike’ itu saat ini.

Lebih baik dirinya mendengarkan celotehan suara nyaring milik Kania daripada harus bersitegang begini.

Kejora dengan aksi curi-curinya sengaja membuka aplikasi chat miliknya lantas mengetikkan sebuah kalimat untuk kontak terdaftar bernama Mike.

[Hai ... euhm, apakah kabarmu baik?]

Ah tidak-tidak! Jangan begini ....

Kejora menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba memikirkan kalimat lainnya.

[Halo, apakah kamu sibuk Mike?]

Begini saja?

Dengan sikap bimbangnya, tak sengaja ibu jarinya menekan enter dan terkirim sudah pesan singkatnya itu.

Dia terbelalak melihatnya. Namun tak bisa berbuat apa-apa lagi saat dirinya tak bisa menghapus pesan itu agar tak terbaca oleh Mike saat ini.

Hatinya menggerutu bukan main. Dengan mencoba mengalihkan perhatiannya, dia membuka aplikasi dating, untuk sekedar membalas pesan.

Andromeda melihat profil-profil wanita yang tengah online, satu nama yang terus membuatnya terpaku di sana. Kejora Senjakala.

Apakah si gadis sakit itu?

Dibiarkannya ponselnya menampakkan profil Kejora dengan titik hijaunya yang terus ada.

“Kalau begitu, bagaimana tanggapan anda, pak Andro?”

Suara yang masuk ke pendengaran Andromeda membuatnya mengangkat pandangan segera. Matanya tak sengaja melihat wajah yang jauh di depannya. Wajah yang sama dengan profil yang tadi tengah dipandanginya itu.

Kejora Senjakala.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status