Share

9. Sama-Sama Dijemput

Kalau waktu menjadi pemerhati untuk kedua insan yang saling beradu pandang, maka jelas waktu adalah sesuatu yang bisa dirasa tanpa bisa dilihat dan diraba. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan.

Seperti Andromeda yang tak paham kenapa dirinya capek-capek ikut menunggu dan terus memerhatikan Kejora yang tengah menunggu sang pujaan.

Tanpa ada sapaan, tanpa ada bicara dan hanya bertatapan sebentar namun dia memiliki rasa yang aneh tak terdefinisi dalam sanubarinya sendiri saat ini.

***

Kejora mendesah bingung, dia menatap ponselnya lama dengan jari yang mematung, menjadi penyangga untuk ponselnya sendiri.

Begitupun Andromeda yang melihat terus menerus profil Kejora, merasa aneh dengan gelagat hatinya yang tak membolehkan dirinya menggulir layar ponselnya sendiri. Jarinya bahkan bisa bimbang dalam menentukan akan memberikan love atau tidak. Lucu sekali reaksi tubuhnya saat ini.

Matanya seolah-olah ada yang memaku, gravitasi berpusat padanya sampai-sampai dia tak mampu mengangkat kepalanya saat ini.

Dengan kembimbangan hati yang benar-benar tak terkontrol, ada harapan yang terus dicetuskan dalam otaknya saat ini. Bibirnya terkatup rapat dengan jari-jari yang semakin memberikan tekanan pada benda pipih yang berada di tangannya itu saat ini. sampai keringat dingin terproduksi keluar dari pori-pori kulitnya saat ini.

Drrrt ... drrrt ....

Kejora mengerjap terkejut, matanya kembali membulat penuh menatap layar ponselnya yang menampilkan kalimat balasan dari Mike saat ini, pria bule yang mampu menarik seluruh atensi sampai dia tak fokus untuk melakukan pekerjaannya.

[Hai, maafkan aku belum sempat mengabarimu. Seperti katamu, saya sibuk beberapa hari ini. jika tak keberatan aku akan menjemputmu setelah bekerja, bagaimana?]

Deg!

Jantungnya bahkan bisa berhenti mendadak seiring dirinya membaca kalimat singkat, lugas dan jelas itu saat ini. Benar-benar nyata! Dia memiliki banyak spekulasi negatif padahal itu belum terjadi. Benar kata Kania, dia harus mencobanya dulu untuk tahu hasilnya seperti apa.

Bibirnya sudah tertarik menipis dengan sudut yang menjorok, menampilkan senyuman indahnya yang tersembunyi.

“Jadi, bagaimana tanggapan pak Andro?”

Sebuah pertanyaan yang dikhususkan untuk Andromeda sampai pria itu mengangkat pandangannya dan Kejora ikut mengangkat kepalanya.

Deg!

Jantungnya kembali berhenti mendadak kala matanya yang beradu dengan mata tajam milik Andromeda saat ini. Senyuman yang tadi terkembang kini luntur dan menjadi rapatan bibir tanpa ekspresi.

Andromeda tak bisa mengalihkan pandangannya kalaa matanya yang masih mengingat jelas wajah Kejora di profil aplikasi kencan itu dan kini tepat berhadapan dengannya! Meski tak dekat namun mereka sama-sama memiliki posisi yang tepat untuk saling melempar pandangan.

Mata tajam itu tak beralih sedikit pun sampai membuat Kejora merasa gugup seolah-olah terpergok karena dirinya tak memerhatikan jalannya rapat saat ini. Dia merasa Andromeda tengah menelanjanginya hanya melalui tatapannya yang panas dan membakar, seolah-olah Andromeda tahu apa yang tengah dilakukannya saat ini.

‘Breath! Breath Jora!’ perintah batinnya masih dengan jantung yang bereaksi berlebihan saat ini.

Bahkan dia lupaa caranya menarik kumpulan oksigen untuk berganti dengan karbondioksida yang memenuhi paru-parunya saat ini.

“Menurut saya itu tak efesien untuk meraih provitnya sendiri,” tegas Andromeda yang mengalihkan pandangan matanya dari sosok wanita nampak tak asing untuk hatinya itu.

Kejora menghela napasnya sangat pelan sekali, merasa lega karena sudah tak diperhatikan oleh pria yang tak dikenalnya itu. Dia kembali menunduk dan tersenyum tanpa sadar karena memikirkan Mike sekaligus membalas pesan pria itu.

Dia yang tersenyum masih bisa diperhatikan dari sudut mata Andromeda, meskipun pria itu tengah menjelaskan pendapatnya sendiri di hadapan para peserta rapat kali ini.

Kejora bernapas lega saat rapat berakhir, dia keluar bersama atasannya tanpa tahu kalau Andromeda ada di belakangnya. Pria itu tanpa ada niat menguping namun ujung-ujungnya dia juga yang mendengarkan pembicaraan Kejora dan pria tambun yang dikenal sebagai atasan dari wanita itu saat ini.

“Kamu pulangnya sama saya aja, Kejora,” ajak atasan Kejora.

Kejora lantas menggeleng dan tersenyum, menolak ajakan atasannya sendiri itu. “Nggak usah Pak, merepotkan. Saya juga nanti dijemput sama teman,” kilahnya cepat-cepat.

“Oh ... gebetannya ya ....,” ledek pria itu sambil menyengir sendiri.

Kejora hanya tertawa saja menimpalinya.

Andromeda merasa jengkel sendiri mendengarnya. Kenapa wanita ini harus ikut-ikutan dijemput sih?! Apa tidak ada motivasi kegiatan lainnya sampai-sampai mereka sama-sama menunggu jemputannya?

Ingin sekali Andromeda menimpali ucapan Kejora. Namun, yang dilakukannya saat ini adalah malah berdiri bersampingan dengan Kejora.

Wanita itu mengenakan pakaian formal tapi entah kenapa terbilang cantik, seksi dan pas di tubuhnya yang sintal. Kejora benar-benar sesuatu saat ini. Matanya bisa jadi salah lihat, hanya sekedar penasaran namun tubuhnya malah diam tak berkutik, meinta berdekatan dengan gadis itu sendiri saat ini.

Kejora masih asik dengan ponselnya, dia terus tersenyum salah tingkah membayangkan seorang Mike menjemputnya. Di sini, di depan perusahaan besar yang banyak berseliweran para staf perempuan yang belum pulang seluruhnya akan menjadi sebuah tempat mencari sensasi. Berani-beraninya dia menyanggupi Mike untuk menjemputnya.

Kejora semakin tertawa melihat pesan yang dikirimkan oleh Mike.

“Usil banget deh,” komentarnya sambil bersuara sendiri padahal ada Andromeda yang ikut mendengarnya juga saat ini.

Bagaimana Kejora tertawa, cemberut, berwajah datar dan segala gerak-geriknya menjadi fokus iris gelap milik Andromeda. Pria itu sendiri menunggu wanita malam yang akan menghangatkan ranjangnya juga malam ini.

Baru saja dipikirkan, Andromeda harus menghela naapas kecewa. Kenapa wanita itu cepat sekali datangnya? Padahal, hatinya seolah-olah ingin tinggal lebih lama menemani Kejora saat ini.

“Hai, Andro!” sapa wanita dengan pakaian terbilang lebih tertutup namun tetap seksi karena rambut blonde ikal miliknya yang bergoyang-goyang saat dia melangkah menghampiri Andromeda saat ini.

Kejora menoleh sesaat, dia diam sejenak namun akhirnya kembali mengutak-atik ponselnya. Andromeda yang ikut melihat sekilas harus merasa kecewa, wanita itu tak menyadari kehadirannya kah?

“Hai, Rissa, kau cepat juga sampainya,” balas Andromeda yang menerima cipika-cipiki dari wanita tinggi semampai itu.

Wajar saja, wanita itu rupanya model bikini, begitu keterangan di profilnya.

“Mau jalan sekarang?” tawar wanita bernama Clarissa itu.

“Tentu saja, ayo!” timpal Andromeda merasa setuju.

Ada rasa aneh yang berseliweran di dada Kejora saat ini. Entah kenapa, dengan kehadiran Andromeda di sampingnya itu seolah-olah menjadi pusat batinnya, padahal dia tak mau melakukannya. Aneh!

“Hai, apa kamu menunggu lama?”

Tak lama dari kedatangan wanita bernama Clarissa, seorang pria berdarah eropa menghampiri Kejora dengan begitu gagahnya. Siapa lagi kalau bukan Mike.

Atensi Kejora teralihkan dengan kehadiran Mike di hadapannya.

Dia lantas tersipu malu karenanya. “Tidak kok, aku tak menunggu lama,” kilahnya sambil tersenyum.

Sejenak Andromeda merasa tak suka.

Siapa pria bule itu?! Apakah memang pacarnya?

Bukan hanya Andromeda yang memerhatikannya, namun juga Clarissa yang dibuat menganga bahkan para staf berjenis kelamin perempuan pun ikut terpukau melihatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status