“Aaa!!! Tidak mau!!!” Teriakan nyaring dari mulut Kejora terdengar melengking.
Ini akibat dari Mike yang menggelitiki perut Kejora. Mereka tengah bercanda tawa di pinggir pantai.
Usai pertemuan kedua dan ketiga, Mike setuju ikut berlibur bersama Kejora dan kedua sahabatnya yang lain, Kania dan pacarnya. Mereka tengah berlibur ke Bali.
“Makanya jangan bermain-main denganku, hahaha ....” tawa puas Mike bahkan terdengar menggelegar.
Tadi, Kejora hanya mengerjai Mike untuk memakan makanan yang terbuat dari kaki ayam. Mike yang tak pernah mencoba merasa jijik dan membayangkan bagaimana bisa kaki hewan yang tak berpelindung itu dimakan.
“Masa kau kalah sih? Kamu bilang kamu pernah memakan serangga di Thailand? Tapi makan ceker saja tak berani,” ejek Kania yang meremehkan Mike.
Mike mengangkat tangannya menyerah diserbu dua gadis Indonesia yang menurutnya cantik itu.
“Well, aku akui. Kalian, wanita Indonesia sangat berani. Puas?” ujarnya sambil memasang tampang kalahnya.
Kejora dan Kania masih tertawa mengejek Mike.
Benar-benar kacau. Begitu menurut Mike.
Mike memandangi sekelilingnya, dia bolak-balik memandangi wanita-wanita lain yang menjadi pengunjung pantai dan kembali memandang Kejora dari atas sampai bawah.
Jarinya masih menjepit dagunya sendiri, seolah-olah menganalisis sesuatu yang salah.
Kejora ikut mencoba meneliti apa yang salah darinya saat ini.
Matanya memicing dan tangannya tersilang di dadanya sendiri saat ini. “Kau?! Kau kenapa memandangku begitu Mike?!” todong Kejora merasa risih.
Otaknya sudah berkelana jauh memprediksi apa yang tengah dilihat oleh pria bule satu ini.
Mike masih terdiam, menatap tubuh Kejora intens.
Wajah gadis itu sampai memerah memikirkan hal yang tidak-tidak saat ini.
“Mike!” pekiknya mencoba menghentikan pemikiran pria itu.
“Apa?”
Kejora menjad gelagapan saat mata biru Mike tepat memandang dalam ke arah maniknya. Pusat penglihatannya tersedot pada iris biru itu.
Lagi-lagi dadanya berdegup hebat bukan main. Rasanya seperti sedang dilempar ke atas dan bawah, terayun dan tertarik oleh pusat gravitasi di bawahnya saat ini.
“Kau lihat apa sih Mike?!” pekik Kejora mencoba berlindung di belakang Kania yang tengah berfoto ria.
“Hehe ....” Mike terkekeh geli melihat reaksi polos Kejora.
Dia sudah jatuh hati pada Kejora. Sikap gadis itu mampu membuat insting berburunya muncul dan merasa dominan.
“Aku hanya membandingkan saja, tidak seksi kah tubuhmu itu? Sampai-sampai kau tak mau memakai bikini?”
Blush! Merah sudah pipi Kejora saat ini.
“Bi—bikini?!” Dia semakin tergagap dibuatnya.
Mike mengangguk takzim. “Ya, dan kau juga Kania?” Kini dia beralih memandang Kania yang memakai dress pantai.
Kania berdecih kecil. “Cih! Itu karena pacarku melarangku Mike, jika tidak? Telanjang pun aku bisa,” jawabnya dengan diplomatis.
“Sayang!” Adam, kekasih Kania pun menggeram kesal dengan bercandaan Kania saat ini.
Kania meringis, dia hanya bisa merangkul Adam dengan mesranya.
“Wah, posesif sekali, kau Dam,” timpal Mike sambil tertawa.
Rasanya atensi Mike terlalu kuat menjadi pusat pandangan Kejora. Wanita itu memilih diam, menunduk karena merasa malu. Sedikit banyaknya, dia menjadi merasa minder mendengar pertanyaan Mike saat ini.
“Kenapa?” tanya Mike, menyadari ekspresi wajah Kejora yang berubah.
“Ah, tidak ....”
“Ada yang salah di sini, katakan padaku,” tuntut Mike sambil semakin mendekati Kejora.
Rasa insecure yang semakin melebar membuat Kejora enggan mengungkitnya. Namun, Mike adalah pria yang mampu memaksanya untuk berkata jujur.
“Aku mengenalmu sudah dua bulan ini, katakan saja aku sok tahu, tapi ... rasanya itu benar. So, tell me!” paksanya sekali lagi.
“Aku ... memang tak memiliki tubuh yang indah seperti mereka.” Kejora memandang sekelilingnya.
Dimana para wanita tampil dengan percaya dirinya memakai bikini. Pakaian yang hanya menutupi area sensitif para wanita saja.
Dia berpikir, memang banyak lemak-lemak tertimbun di perutnya dan pahanya. Dia memang tak seksi! Namun, di satu sisi dia memang malu jika hanya mengenakan potongan pakaian minim itu. Ibunya berhasil mendoktrinnya untuk selalu berpakaian pantas.
Bahkan saat di Belanda, Ibunya malah membelikan pakaian renang terbilang tertutup sampai dia ditertawakan oleh teman-temannya. Namun, Kejora dengan pandangan harga diri yang tinggi mengabaikannya saja.
“Benarkah? Kau bisa memperlihatkannya padaku saja, agar aku bisa menilai tubuhmu itu seksi atau tidak,” goda Mike setengah berbisik.
Kenakalan dalam ucapan Mike semakin membuat Kejora malu.
“Mi—Mike! You are pervert!” sembur Kejora lantas berbalik meninggalkan Mike.
Mike dan segala godaannya yang terdengar vulgar dan tak nakal di telinga Kejora. Namun, gadis itu masih menganggapnya biasa, kenakalan Mike tak pernah terealisasikan melalui tindak tanduk perbuatannya yang sopan.
Mike tertawa geli, dia gemas jika melihat ekspresi wajah Kejora yang amat transparan.
***
Kejora terbangun dari tidurnya. Dia melihat Kania yang begitu pulas di sampingnya.
Dia tersenyum kecil. Sangat lucu saat menyaksikan Kania yang genit kepada Adam. Baru saja mereka tiba di Bali lusa kemarin, namun Kania dengan polosnya meminta sekamar dengan Adam.
Adam terlalu gently, sampai-sampai berani menolak godaan yang diberikan sang pacar. Adam yang menghargai wanita dan memperlakukannya dengan baik memilih untuk mengantarkan Kania ke kamar dan mempersilakan Kejora untuk sekamar dengan wanitanya.
Kejora mengambil handuk kimono dan melilitkannya di tubuhnya. Bali tak sedingin Bandung, dia merasa kegerahan di tengah malam begini.
Kenekatannya berbuah hasil.
Kejora sudah tiga kali bulak-balik berenang di kolam renang yang sepi. Jelas saja, tak ada yang mau berenang di waktu dini hari.
Hanya orang gila yang melakukannya. Dan orang gila itu bernama Kejora.
Kejora memilih untuk menuntaskan acara berenangnya.
Dia berjalan santai menuju handuk yang ada di kursi tanpa tahu kalau seseorang tengah memerhatikannya intens.
“kenapa harus dipakai handuknya?”
Deg!
Jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Tubuhnya mematung saat melihat Mike malah mendekatinya dengan santainya.
Mike tersenyum nakal memandangi Kejora.
“Breath Jora ...,” bisiknya sensual.
“Hah!!!” Kejora sampai lupa caranya bernapas.
“Mike!!! Kau mengejutkanku tahu!!!” teriak Kejora merasa kesal dibuat kaget saat ini.
Dia mengikat handuknya dan mencoba santai. Padahal di dalam dadanya sudah bergemuruh hebat lantaran Mike melihatnya.
Sejak kapan Mike ada di sana?!
Matanya memandang horor pria itu dan rasa malunya sendiri sudah mengumpul hebat.
Mike melihatnya mengenakan bikini?!
“Aaaa!!! Mike! Pervert!!!” teriak Kejora sambil memukuli tubuh Mike. Meskipun pukulan itu tak memiliki tenaga, namun tetap saja mampu membuat Mike kewalahan.
Bug!
Bug!
Bug!
Mike mencoba menangkap tangan mungil Kejora.
“Enough Jora, enough ... why you hit me?” Mike sudah mengunci pergerakan tangan Kejora saat ini.
“Kau ... kau melihatku menggunakan ....” Kejora tak melanjutkan bicaranya kembali.
Mike terkekeh geli, dia paham ke arah mana pembicaraan Kejora saat ini.
Pria itu setengah menundukkan tubuhnya, berbisik pelan. “Ternyata ... tubuhmu, seksi!”
“Mike!!!”
Di tengah malam yang dingin, pria berdarah Eropa itu harus puas dipukuli oleh Kejora yang tak terima karena Mike melihatnya mengenakan bikini. Meski sekarang gadis itu sudah mengenakan handuk yang menutupi hampir seluruh tubuhnya namun tetap saja, Kejora merasa sudah ternodai oleh Mike. “You are pervert Mike!!!” Lagi-lagi dia berteriak kencang, memekakkan telinga Mike tanpa ampun. “Wait! Wait! Wait! Please stop Jora, i am just kidding, au! Stop Jora ... stop ....” Mike menangkap kedua pergelangan tangan Kejora yang terdampar di dadanya. Kejora terdiam, dia membisu karena pandangan netra biru Mike mengunci matanya saat ini. Wajah Mike yang tampan dengan tatapan intens miliknya tertuju pada Kejora. Kejora membeku, tubuhnya kaku tak bisa digerakkan. Otaknya menjadi lumpuh hanya karena tatapan misteri yang diberikan oleh sang Dewa Adonis saat ini. Grep! Srek! Satu hentakan kuat menarik tubuh mungil Kej
Saat debur ombak mulai menggulung hebat tanpa henti, saat itu juga Kejora harus dibuat terkejut akan apa yang tengah dikatakan oleh Mike saat ini. Di pinggir pantai yang sepi, usai mereka mengendarai motor dan berboncengan, Kejora tak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta mendadak saat ini. Telinganya berdenging saat ini. “I like you, lets we make our relationship?” ucap Mike dengan lantang. Pria itu berdiri di hadapan Kejora dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Namun, di sisi lain dia merasa gugup saat berusaha menyatakan ketertarikannya. Kejora terpekur mendengarnya. Dia diam dengan mata yang berkedip-kedip cepat, namun .... Tidak ada kupu-kupu dalam perutnya yang bergerombol memaksa keluar, meskipun dadanya bergemuruh hebat. Tangannya meraba dadanya sendiri. Seharusnya dia senang karena Mike mengungkapkan perasaannya namun .... Keduanya saling te
Tatapan bingung yang dilontarkan Kejora kepada Kania, Adam dan Mike menjadi satu kesatuan utuh. “Kenapa sih kalian ada di depan pintu?” tanyanya dengan polos saat itu juga. Adam sendiri memilih mencari-cai sesuatu lantas menyentuh kening Kania yang saat ini sudah berbaring. “Kania sakit, dia tak bawa kunci kamar kalian dan ... dia dengan Adam menggedor pintu sampai akupun ikut membantu, aku heran kamu sedang apa sampai tak mendengarnya,” tutur Mike yang kini duduk di sofa mengutak-atik tayangan di televise. “Loh, kamu sakit?!” Kejora terburu-buru menghampiri Kania. Sahabatnya itu sudah bergelung selimut dengan wajah sayunya yang memerah. “Dia hanya demam, kelelahan karena berjalan-jalan tadi,” timpal Adam yang mulai menyodorkan segelas air mineral dan paracetamol. Kania yang masih dongkol dengan Kejora pun memilih duduk sebentar untuk meminum obatnya. Rasa pahit obat sepertinya lebih
Atas keyakinan yang diberikan Kania kepadanya, Kejora pun akhirnya berinisiatif merespon ajakan Andromeda untuk bertemu. Andromeda sendiri begitu bersemangat saat Kejora mau meresponnya. Kejora rupanya bukan wanita neko-neko yang akan jual mahal kepadanya. Atas saran dari Kania, Kejora mengajak bertemu di salah satu klub dekat pantai. Dia dengan bersusah payah mengajak Kania ke mall hanya ingin membeli dress untuk bertemu Andromeda. “Kamu ketemu Mike cuek bebek, sekarang ribut mau beli dress karena mau ketemu Andromeda, aku bingung Mike lebih cakep tapi kamu malah kepincutnya sama pria lokal. Matamu kayaknya eror deh,” omel Kania yang menunggui Kejora. Wanita itu tengah memilih-milih dress. “Ayolah ... aku udah bosan sama muka-muka Eropa,” kilahnya dengan diplomatis. Alasan yang sangat tepat sampai-sampai Kania menyetujuinya. “Iya juga sih, hidupmu 22 tahun di Belanda ya pasti bosen liat bule, coba kalau aku
Puk! Puk! “Kejora?” Deg! Suara berat menyapu indera pendengaran Kejora saat itu juga. Jari-jarinya sampai mencengkram erat kaki gelas yang ramping di meja bar. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya yang begitu berat dan dalam saja sudah membuat jantungnya berdegup hebat, bahkan sebelum dirinya berbalik saja, suara pria itu mampu membuat tubuhnya sudah terpaku, tertarik pada pusat gravitasi yang sudah besar di bawahnya. Mendadak bulu kuduknya berdiri dan belakang tubuhnya meremang. Dengan napas yang bahkan tak bisa didengar, dia berusaha bernapas. Seorang Andromeda sangat berbahaya sampai-sampai gadis itu bah
Andromeda tak lagi bertanya. Mereka berjalan-jalan di pinggir pantai, menikmati pasir pantai dengan permukaan kakinya karena alas kaki mereka yang sudah terlepas dan tertenteng di kedua tangan masing-masing. Sepoy-sepoy angin bergerilya menghantam tubuh Kejora. Gaun wanita itu berkibar-kibar semakin memperlihatkan paha mulusnya saat ini. “Jadi ....” Kejora menoleh pada Andromeda. Matanya menatap intens sisi wajah Andromeda. Pria tampan itu masih memandangi ombak yang bergulung secara immortal. Tak ada yang indah baginya selain menikmati waktu bersama Kejora. Entah kenapa dirinya bisa berpikir begitu saat ini. Suara Andromeda yang menyela lamunan Kejora membuat wanita itu bingung kembali. “Apa kita akan berlanjut untuk bertemu?” Belum apa-apa Andromeda sudah menanyakan. Pria itu bahkan memaki dirinya sendiri yang kehilangan kontrol dan merasa tak sabar atas Kejora. Gadis itu menyelipk
Kejora seketika berdiri mematung saat netra coklatnya menatap sosok Mike yang berdiri di lobby dengan tangan tersarrung di saku celananya. Matanya memandang datar Kejora dan Andromeda yang baru saja pulang. Kejora menahan napasnya dan menghembuskannya tanpa suara sama sekali. Berharap Mike tak mendengarnya dan juga keterkejutannya mampu membuat otot-ototnya melemas sampai tulang rangkanya tak tersangga sama sekali. “Siapa dia?” tanya Andromeda yang memandang dingin Mike, pria yang dia ingat pernah menjemput Kejora di perusahaannya. Ada rasa tak suka dan tak mau kalau Kejora harus bersanding dengan Mike. “Dia ... temanku,” jawab Kejora lirih. “Kenapa tak kau perkenalkan?” tanya Andromeda kembali. Dia menyeringai mantap saat mendapatkan jawaban yang dijamin bukan keinginan Mike disebut teman oleh Kejora. Mike menekan rahangnya sampai giginya saling beradu dan garis rahan
Cklek! Kania memasuki kamar hotel dia dan Kejora saat subuh. Dia menyelinap masuk dan mengendap-endap serta berusaha untuk memelankan langkah kakinya saat ini. Jelas saja dia sampai begitu, karena memang dia habis menginap di kamar Adim, pacarnya. “Semalam berapa ronde?” Deg! Suara dingin Kejora terdengar di telinganya saat ini. “Ya Tuhan, Kejora!” pekiknya merasa terkejut. Dilihatnya Kejora tengah duduk di pojok ruangan dengan lampur tidur yang menyala. Kania mengusap-usap pelan dadanya, meredakan rasa kagetnya saat ini. “Kamu ngapain sih kayak kuntilanak begitu?! Dipojokan, sarungan pakai bedcover putih pula, kamu niat jadi hantu hah?!” sembur Kania yang mencoba menutupi rasa gugupnya. Dia tidak mengira kalau Kejora sudah bangun, eh tapi .... Kania menyipit, menatap intens wajah Kejora yang kusam dengan mata pandanya. “Kamu nggak tidur?” tanyanya.