Share

14. Berbicara Tentang Andromeda

Tatapan bingung yang dilontarkan Kejora kepada Kania, Adam dan Mike menjadi satu kesatuan utuh.

“Kenapa sih kalian ada di depan pintu?” tanyanya dengan polos saat itu juga.

Adam sendiri memilih mencari-cai sesuatu lantas menyentuh kening Kania yang saat ini sudah berbaring.

“Kania sakit, dia tak bawa kunci kamar kalian dan ... dia dengan Adam menggedor pintu sampai akupun ikut membantu, aku heran kamu sedang apa sampai tak mendengarnya,” tutur Mike yang kini duduk di sofa mengutak-atik tayangan di televise.

“Loh, kamu sakit?!” Kejora terburu-buru menghampiri Kania.

Sahabatnya itu sudah bergelung selimut dengan wajah sayunya yang memerah.

“Dia hanya demam, kelelahan karena berjalan-jalan tadi,” timpal Adam yang mulai menyodorkan segelas air mineral dan paracetamol.

Kania yang masih dongkol dengan Kejora pun memilih duduk sebentar untuk meminum obatnya. Rasa pahit obat sepertinya lebih manjur untuknya menahan amarah pada Kejora.

“Ngapain lo sampe budeg begitu?!” ketusnya dengan mata memicing.

Kejora yang dicurigai pun hanya bisa tertawa meringis saja, dia yang menikmati euforia karena pesan singkat dari Andromeda adalah penyebab utamanya.

“Sorry, tadi aku mendengarkan musik rock di ponsel,” kilahnya memberikan alasan.

“Ck! Kebiasaan lo!” omel Kania yang sudah tak kesal lagi.

Kantuknya menyerang seiring dengan efek obat yang diminumnya.

Adam sendiri menunggui Kania sampai wanita itu tertidur, lantas dia dan Mike keluar dari kamar Kejora dan Kania.

“Kalau ada apa-apa hubungi aku ya?” pinta Adam sebelum akhirnya berlalu menuju kamarnya.

Mike menatap Kejora lama, namun tatapannya berisi kelembutan yang mampu membuat Kejora lumpuh seketika, jika diibaratkan saat ini.

“Lain kali ... pilih kamar single saja,” bisik Mike dengan setengah berbisik.

“Ish! Sudah sana!” usir Kejora merasa sebal dengan segala keusilan Mike padanya.

***

[Jadi, kamu juga tengah berada di Bali?]

Kejora kembali mengetikkan pesan singkat pada Andromeda sebagai balasannya. Dapat dibilang dirinya bahkan sudah memiliki atensi dari pria itu meskipun belum bertemu.

Namun, dia kembali menyoroti foto akun si pemilik.

“Sepertinya tidak asing, dimana aku pernah melihatnya ya?” gumamnya seorang diri.

Tanpa dia sadari, kalau Kania yang sudah terbangun tengah memerhatikan dirinya sedari tadi. Kania mulai berpikir kalau sahabatnya itu sedang kasmaran. Namun, dia masih menonton terlebih dahulu.

Kejora sangat jarang memperlihatkan ekspresi tawa berlebihan karena rasa senangnya, namun kali ini berbeda. Kania paham situasinya. Dia mengendap-endap menuju arah belakang Kejora, sedikit mengintip untuk mencari tahu apa yang tengah dilakukan oleh Kejora.

Lihat? Bahkan dia berada di dekatnya saja tak disadari oleh gadis itu.

Matanya membaca sederet barisan pesan-pesan singkat di ponsel Kejora yang masih menyala saat ini.

[Ya, mungkin kita bisa bertemu?]

Kejora semakin berpikir keras. “Aku pernah bertemu dengannya, tapi dimana ...,” erangnya.

“Otakmu terlalu dangkal, sampai tak ingat siapa Andromeda,” timpal Kania yang menjulurkan tangannya lantas merebut ponsel milik Kejora.

“Hei! Kembalikan!” pekik Kejora yang berbalik segera.

Dia malu bukan main saat ponselnya tiba-tiba direbut.

Kejora berusaha mengambil ponselnya kembali, namun Kania yang sudah baikan saat ini lebih gesit dari pada dirinya. Kania malah melompat ke atas kasur dan Kejora harus mengejarnya.

“Wah ... kamu lagi chat sama Andromeda? Wowww ... wait, wait, wait!”

Kania kini menatap tajam pada Kejora yang tengah waspada.

Dia kembali membaca pesan-pesan yang tengah dilakukan oleh Kejora dan Andromeda.

“Kamu ... nggak tahu dia?” tanyanya kembali, memastikan ingatan Kejora yang tercecer saat ini.

“Oh God! I am serious, i cant remember him, do you know him?” Kejora mencoba mencari tahu juga saat ini.

“Otakmu itu butuh direparasi deh kayaknya.”

Kania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya merasa heran dengan Kejora.

“Kania, kembalikan ponselku dong ....” Kejora merengek karena Kania terus-terus menghindarinya, wanita itu bagai tikus yang tak pernah masuk ke dalam kerangkeng jebakan.

“Duduk di sana! Kau mau tahu dia apa tidak?” Kali ini Kania memegang tampuk kekuasaan.

Kejora yang terlanjur ingin tahu pun akhirnya mengikuti titah sang sahabat, duduk di kursi sementara itu, Kejora duduk bersila di atas ranjang sambil menatapnya tajam.

“Jadi ... siapa dia?”

Kejora membuka suara pertama.

“Kamu ingat nggak pas pak Sony ngajak kamu rapat ke Angkasa Jaya?”

Kejora mengangguk, memberikan jawaban ‘ya’ pada Kania.

“Dan kamu nggak ingat, anak CEO perusahaan itu ikut hadir? Andromeda?” Kania kembali bertanya.

Sejenak ingatannya tertarik jauh saat dia yang tak sengaja ikut menatap Andromeda yang juga menatapnya. “Dia ... duduk di depan aku!” pekiknya.

“Jadi, kenapa kamu bisa kenal dia?” Kali ini Kania memulai interogasinya kepada Kejora kembali.

“Hehe ....” Kejora tertawa meringis, dia tak ingin bercerita namun sudah kepalang basah tertangkap oeh Kania saat ini.

“Ceritain!” perintah Kania yang tak mau diganggu gugat.

Sedikit banyaknya Kejora bercerita dengan pasrah. Saat dia membayangkan Andromeda, sudut bibirnya tertarik menjorok ke dalam, menandakan dia tengah tersenyum. Kania pun tahu hal itu.

“Do you fall in love with him?” tanyanya setengah berbisik.

“Am i?” Bahkan Kejora sendiri bertanya-tanya.

Kania ingin sekali rasanya memukul kepala sahabatnya itu. Gemas melihat reaksi Kejora yang bahkan sudah sangat kentara sekali dirinya kasmaran namun, malah tak menyadarinyasama sekali.

“Tapi ... bagaimana dengan Mike?”

Pertanyaan selanjutnya yang mampu membuat Kejora kembali membisu. Bahunya turun dan tubuhnya lemas. Mendadak dia kehilangan semangatnya tadi.

“Tak mungkin Mike tak menyatakan perasaannya padamu, betul ‘kan?”

Kejora mengangkat pandangannya saat itu juga.

Matanya membulat. “Kok kamu tahu?”

“Jelas.” Jawaban diplomatis Kania malah semakin membuat Kejora waspada.

Wanita ini tahu segalanya?!

“Jadi ....” Kania menunggu cerita dari Kejora.

“Aku bingung, aku hanya minta waktu untuk memberikan jawaban saja,” lirih Kejora sambil menunduk kembali.

“Memangnya kenapa? Kau tak memiliki perasaan padanya?”

“Bukan begitu, kalau aku berkata tak memiliki perasaan, tentu saja aku menyukainya. Dia tampan, tinggi, mapan dan lagi ... baik, tapi ....” Penjelasannya kembali terjadi.

“Tapi apa?”

“Tapi ... rasanya aku tak mau membohongi diriku sendiri, kalau perasaan ini hanya untuk sebentar, aku malah akan mengecewakannya, ‘kan?”

Kania mengangguk setuju.

“Ada perbedaan tidak rasanya berbicara dengan Andromeda dan Mike?” Kembali Kania bertanya.

“Oh God ... aku pun bingung,” erang Kejora kembali.

“Hadeuh! Kau benar-benar awam ya soal percintaan?”

Katakan saja begitu. Batin Kejora hanya bisa menerima ejekan itu dengan pasrah saja.

“Bisa jadi kau menyukai Mike, tapi tidak dengan cinta. Kau jatuh cinta pada Andromeda, Kejora.”

Deg!

Jantung gadis itu seaakan berhenti memompa, napasnya tertahan seiring dengan matanya menyaksikan wajah meyakinkan milik Kania saat ini.

“Begini saja, temui Andromeda untuk mencari tahu perasaanmu.” Kania mengembalikan ponsel miliknya ke telapak tangannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
anggi
wkwkwk spertinya harus siap2 nabung soalnya ceritanya bagus bangeeet! eh kak author ada sosmed engga? aku pingin follow kakak~
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status