“Kita putus!” Keyra menunduk dalam, tanpa sanggup menatap layar ponselnya yang menampilkan wajah sang kekasih dalam sambungan video call.
“A-apa? Putus?” tanya Randy--kekasih Keyra, dengan jantung berdebar. Dia berharap kalau telinganya itu salah mendengar. Kekasihnya itu tidak mungkin tiba-tiba minta putus tanpa alasan yang jelas.
Keyra menganggukkan kepala mantap. Wajahnya tetap menunduk, tidak berani menatap wajah sang kekasih yang terpampang dalam layar ponselnya.
“Iya, tapi kenapa Key? Memangnya aku salah apa sampai kamu minta putus kaya gini? Kalo aku salah, aku akan memperbaiki kesalahan aku.”
Keyra menghela napasnya berat, “Kakekku udah menjodohkan aku dengan cucu sahabatnya. Satu bulan lagi kami akan melangsungkan pernikahan.” katanya lirih.
“Menikah??? Kenapa, Key? Kenapa kamu gak tolak perjodohan itu?” tanya Randy, berharap bahwa sang kekasih akan berubah pikiran dan memperjuangkan hubungan mereka.
“Maaf…” hanya kata maaf yang sanggup keluar dari mulut Keyra saat itu. Ia sendiri sangat tidak ingin putus dari kekasihnya. Namun apalah daya, ia tidak ingin mengecewakan kakeknya.
“Memangnya kamu cinta sama laki-laki itu? Makanya kamu putusin aku tiba-tiba!” tanya Randy dengan suara bergetar. Dia berusaha menahan emosinya setelah tau bahwa sang pujaan hati akan menikah dengan laki-laki lain dalam waktu dekat.
Hening beberapa saat, Randy masih menatap Keyra yang betah menunduk itu.
“Maaf, Ran… Aku gak bisa menolak keinginan Kakek.” Keyra mencoba menahan isakannya yang terus mencoba untuk keluar. Jauh didasar hatinya, ingin sekali Keyra menolak perjodohan itu namun ia tidak mau membuat kakeknya kecewa.
Jawaban dari sang kekasih yang kini berubah menjadi mantan kekasihnya itu membuat hatinya hancur berkeping-keping. Ini adalah kado terburuk dalam hidup Randy, diputuskan oleh sang pujaan hati secara tiba-tiba.
Hari-hari yang telah dilewati selama 1 tahun mereka kuliah di Universitas yang sama ternyata hanya sampai disini saja. Jalinan kasih yang berjalan antara Keyra dan Randy, sepertinya harus kandas saat itu juga. Padahal dia masih ingat, bagaimana Keyra dengan malu-malu menerima cinta dari kakak senior beda satu tingkat dengannya itu. Benih-benih cinta yang tumbuh karena seringnya mereka bertemu pada saat mengikuti ekskul Mapala atau jelajah alam dikampusnya, menimbulkan ketertarikan satu sama lain. Tapi kini, sang pujaan hati malah membuatnya patah hati dengan menginginkan perpisahan.
“Maafkan aku, Ran… Setelah ini kita masih tetap bisa berteman.” kata Keyra pelan. Setelah mengatakan hal itu, Keyra memutuskan sambungan videonya. Ia tak sanggup berlama-lama berbicara dengan kekasih yang sekarang telah menjadi mantan kekasihnya.
Keyra menangis sejadi-jadinya di dalam kamar, namun dengan menutup mulutnya menggunakan bantal agar keluarganya tak mendengar isak tangisnya. Hatinya pun hancur. Ia harus merelakan masa mudanya dengan menikahi laki-laki yang terpaut 10 tahun dengannya.
***
“Kakek udah punya calon istri untuk kamu, Ar.” ujar kakek Rinto.
Pernyataan sang kakek bagaikan petir disiang bolong. Ardy melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri mendengar ucapan kakeknya barusan.
“Kakek mau jodohin aku sama siapa?”
“Sama cucu sahabat kakek. Namanya Keyra. Dia gadis yang baik. Usianya masih 19 tahun. Kakek berteman baik dengan kakeknya dan sudah lama mengenal keluarganya. Bahkan kalian sebenarnya sudah saling mengenal sejak kecil. Kamu juga kenal sama kakaknya. Hanya saja keluarga Keyra pada saat itu memutuskan pindah ke Bandung karena ayahnya mempunyai pekerjaan tetap disana. Sekarang dia sudah kembali kesini, Ar.” sang kakek dengan semangat menceritakan keluarga gadis itu.
Mata Ardy melebar seketika, “Kakek mau jodohin aku sama anak kecil?” tanya Ardy yang terkejut bukan main. Dia pikir kakeknya itu akan menjodohkannya dengan wanita yang seumuran dengannya. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa calon istrinya itu masih gadis remaja.
Rinto terkekeh, “Dia gadis yang cocok untukmu, Ar.”
Ardy menghela napas panjang, “ Aku bisa cari calon istri sendiri, Kek.”
“Mau sampai kapan kamu gak mau menikah, Ar? Apa karena wanita itu hingga bikin kamu menutup hati untuk wanita lain?”
Ya, kakeknya tau perihal kisah asmara antara Ardy dan Luna. Luna Anastasya, seorang model yang rela meninggalkan cucunya demi mengejar karir ke negeri orang. Walaupun telah ditinggalkan, namun Ardy masih berharap wanitanya akan kembali suatu hari nanti.
“Aku bukannya gak mau, Kek, tapi belum. Aku belum menemukan wanita yang cocok untuk aku nikahi.”
Ardy memang belum mau menikah, padahal usianya sudah hampir menginjak kepala tiga. Kakeknya sudah mulai resah karena di usianya yang sudah mapan, Ardy belum juga memikirkan soal pernikahan. Kegagalan cinta masa lalunya yang membuat Ardy enggan membuka hati untuk wanita lain. Ardy menganggap bahwa semua wanita sama saja yang hanya akan mempermainkan perasaannya. Di saat ia mencintai seorang wanita, wanita itu akan pergi meninggalkannya, tak ada yang mencintainya dengan setulus hati.
“Kakek dan sahabat kakek sudah berjanji akan menjodohkan kalian kelak saat kalian masih kecil.”
“Tapi tidak dengan gadis dibawah umur, Kek! Gadis itu bahkan cocoknya menjadi keponakanku, bukan istriku!” Ardy menentang keras.
Rinto menghela napas, mencoba untuk tenang.
“Sekeras apapun kamu menolak, pernikahan kalian akan tetap dilaksanakan sebulan lagi, Ar. Jadi, cobalah membuka hati untuk gadis itu, kamu pasti akan jatuh cinta kepadanya.” Rinto bangkit dari duduknya dan melangkah pergi keluar dari ruang kerja Ardy.
Ardy menghembuskan napas frustasi, tiba-tiba dadanya sesak. Perjanjian konyol apa yang telah kakeknya lakukan dengan sahabatnya hingga merugikan dirinya seperti itu. Menikahi gadis remaja adalah mimpi buruk baginya. Bagaimana merepotkannya nanti setelah memiliki istri seperti itu.
Sayangnya, Ardy tidak bisa menolak dari perjodohan itu. Perintah kakeknya adalah hal yang mutlak, yang tidak bisa ia langgar seenaknya. Kakeknya adalah sosok yang keras kepala, seperti dirinya. Sifat keras kepala yang dimiliki Ardy memang diturunkan oleh kakeknya.
Jadi akan sia-sia jika Ardy mencoba membantah dengan cara apapun.
Sebuah ide muncul dibenaknya. Ia harus bertemu dengan gadis itu sebelum hari pernikahannya berlangsung.
“Key..” Seseorang terdengar memanggil namanya. Keyra menengok ke belakang, matanya menangkap sosok yang sangat tidak ingin ia temui untuk saat ini. Keyra mempercepat langkahnya menyusuri lorong kampus saat tau siapa yang tengah memanggilnya. “Key… Tunggu, Key!” Randy berusaha mensejajari langkah Keyra yang tergesa-gesa saat melihat dirinya. “Ada apa, Ran?” “Aku mau bicara sama kamu sebentar, Key.” “Mau bicara apa? Tidak ada yang harus dibicarakan lagi.” “Please… sebentar saja!” “Tapi aku udah ditunggu sama Mesya di kantin.” Keyra semakin mempercepat langkahnya menuju kantin. Dia sudah menetapkan hati tidak akan luluh oleh pesona Randy lagi. Hatinya sudah ia mantapkan untuk menerima calon suami yang telah kakek pilihkan untuk dirinya. “Aku janji gak akan lama. Pasti Mesya juga gak keberatan nunggu kamu sebentar di kantin.” ujar Randy memohon sambil menelungkupkan kedua tangannya didada. Keyra menghembuska
Sepasang kaki berbalut sepatu fantovel yang hitam berkilat baru saja memasuki sebuah kafe. Keyra menunduk saat ia mengetahui sepasang kaki itu berjalan ke arahnya. Langkah kaki orang itu kini berdiri di hadapannya. Aroma tubuh maskulin dengan parfume Aqua Di Gio Pour Homme menggelitik indera penciumannya. Keyra beranjak berdiri, masih menunduk, dan membiarkan sebagian rambut hitam sepundaknya berhamburan membingkai wajahnya yang memucat. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain untuk mengurangi kegugupan yang tiba-tiba menyergapnya. ‘Apa dia orangnya?’ gumam Keyra yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat laki-laki yang ada di hadapannya itu. “Ehmm…” suara deheman membuat Keyra menengok ke arah laki-laki itu. Laki-laki yang ada di hadapannya itu terlihat sangat tampan dan gagah. Perawakannya yang tinggi setengah inci dari tubuhnya. Bulu-bulu tipis terlihat menghiasai dagunya yang putih dan bersih. T
Ardy masuk ke dalam mobil. Dia duduk bersandar, lalu terdengar helaan napas panjang. Hari ini begitu banyak meeting yang harus ia hadiri, padahal besok adalah hari pernikahannya.“Tuan, sepertinya anda lelah. Mengingat besok adalah hari pernikahan anda. Kenapa anda tidak beristirahat saja dirumah? Biarlah pekerjaan kantor saya yang menangani.” Arga sudah duduk di belakang kemudi dan memasukan kunci mobil.“Untuk apa aku memikirkan pernikahan itu. Bahkan pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku.” jawab Ardy datar.“Apa ada yang harus saya siapkan untuk besok, Tuan?” Arga menghidupkan mobil, kemudian keluar dari area parkir dan melajukan mobil membelah jalanan yang mulai ramai.“Tak perlu. Semuanya sudah disiapkan oleh kakek.” Ardy bicara dengan suara ringan.Arga melirik tuannya melalui kaca spion. Bisa dilihat kalau wajah tuannya itu sedikit muram.Ketika hendak melewati halte bis, terlihat seorang gadis yang ia kenali.“Arga,
Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.Ceklek …
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka."Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar di
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden