“Key..”
Seseorang terdengar memanggil namanya. Keyra menengok ke belakang, matanya menangkap sosok yang sangat tidak ingin ia temui untuk saat ini.
Keyra mempercepat langkahnya menyusuri lorong kampus saat tau siapa yang tengah memanggilnya.
“Key… Tunggu, Key!” Randy berusaha mensejajari langkah Keyra yang tergesa-gesa saat melihat dirinya.
“Ada apa, Ran?”
“Aku mau bicara sama kamu sebentar, Key.”
“Mau bicara apa? Tidak ada yang harus dibicarakan lagi.”
“Please… sebentar saja!”
“Tapi aku udah ditunggu sama Mesya di kantin.” Keyra semakin mempercepat langkahnya menuju kantin. Dia sudah menetapkan hati tidak akan luluh oleh pesona Randy lagi. Hatinya sudah ia mantapkan untuk menerima calon suami yang telah kakek pilihkan untuk dirinya.
“Aku janji gak akan lama. Pasti Mesya juga gak keberatan nunggu kamu sebentar di kantin.” ujar Randy memohon sambil menelungkupkan kedua tangannya didada.
Keyra menghembuskan napasnya pelan, “Yaudah, tapi sebentar aja ya.”
Randy mengangguk sambil tersenyum.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju taman yang terletak di belakang kampus. Sebelumnya Keyra sudah mengirimkan pesan singkat kepada Mesya kalau ia akan sedikit terlambat menemui dirinya di kantin.
“Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Keyra saat mereka sudah sampai di taman belakang kampus. Keyra mendudukan dirinya di bangku yang ada di taman itu, disusul oleh Randy.
“Jujur… aku belum terima kalau kamu mutusin aku secara sepihak kaya kemarin, Key.”
Sudah Keyra duga, pasti Randy akan membahas perihal putusnya mereka kemarin.
“Seperti yang kamu dengar kemarin, Ran. Aku tidak punya pilihan lain.” Keyra menatap langit-langit, mencoba untuk menahan air matanya yang akan segera meluncur bebas.
“Tapi kan kamu punya aku. Kenapa kamu tidak berterus terang tentang hubungan kita?” Randy menggenggam tangan Keyra, namun segera ditepisnya.
“Maaf, Ran. Aku gak mau lihat Kakek kecewa. Aku duluan ya, Ran. Kasian Mesya kelamaan nungguin aku.” Keyra bangkit lalu pergi meninggalkan Randy yang masih terpaku di tempatnya. Usahanya untuk membujuk sang mantan kekasih sepertinya akan sia-sia. Ia tidak akan pernah merelakan mantan kekasihnya itu menikah dengan laki-laki lain.
***
Keyra segera bergegas menuju kantin. Ia mengedarkan pandangannya ke dalam kantin tersebut. Kantin yang saat itu ramai pengunjung sedikit menyulitkannya menemukan keberadaan Mesya.
“Key…” Mesya segera melambaikan tangan dan memanggil Keyra hingga membuat ia menengok ke arahnya. Keyra berjalan dengan tergesa-gesa menghampirinya.
“Maaf ya lama.” ujarnya setelah berada di hadapan Mesya.
“Iya gak apa-apa. Tadi ada urusan apa?”
“Tadi aku ketemu Randy dulu. Kita udah putus.” jawab Keyra lesu.
“Putus? Kenapa? Bukannya selama ini kalian baik-baik saja?” tanya Mesya tidak percaya. Ia menangkap gurat kesedihan yang tersirat di wajah sahabatnya itu.
Keyra yang mulanya tidak ingin menceritakan masalah yang menerpa hidupnya pun jadi bingung jika harus menyembunyikan masalahnya kepada Mesya.
Melihat keterdiaman Keyra, membuat Mesya gatal ingin bertanya terus.
“Ayo, Key. Kamu gak bisa nyembunyiin sesuatu dari aku. Kita kan udah sahabatan sejak di bangku SMP. Aku tau kamu betul. Wajah kamu gak akan muram begini kalau masalah yang kamu hadapi gak berat.” Mesya terus saja mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
“Ayo cepat bicaralah, sebenarnya ada masalah apa antara kamu dan Randy sampai kalian putus?” Mesya menatap mata Keyra intens dan memasang pendengarannya sebaik mungkin bersiap menunggu jawaban dari Keyra.
Keyra tak bisa menyembunyikan apapun dari sahabatnya itu. Walaupun ia sebenarnya enggan bercerita karena tak mau membebani Mesya dengan masalahnya. Dengan berurai air mata, akhirnya ia menceritakan perihal perjodohan yang dilakukan oleh kakeknya hingga harus berakhirnya hubungan mereka. Keyra yakin bahwa Mesya bisa menjaga rahasia agar tak ada orang lain yang tau masalah yang sedang dihadapinya itu.
Mesya begitu terkesiap mendengar apa yang diceritakan oleh Keyra. Ia merasa kasihan karena masa muda Keyra harus berakhir dalam ikatan pernikahan.
Mesya pun ikut terhanyut akan suasana saat mendengarkan Keyra yang bercerita dengan berhamburan air mata. Mesya langsung menangkup tubuh Keyra dan membenamkan ke dalam pelukannya. “Jangan menangis lagi, Key. Aku tau kamu akan jadi istri yang baik walaupun usia kamu masih muda. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja.” tuturnya seraya mengusap punggung Keyra untuk menenangkan sahabatnya itu.
Drrrrtt
Ponsel disaku celana Keyra bergetar, ia segera merogoh ponselnya itu. Ada satu panggilan masuk dari nomer yang tak dikenal. Dengan ragu Keyra segera mengangkat panggilan tersebut.
“Halo…” suara bariton milik seorang laki-laki terdengar menyahut di seberang sana.
“Iya, halo.” jawab Keyra. Dia masih menerka-nerka siapa yang menelponnya.
“Bisakah kita bertemu?” pinta seorang laki-laki yang suaranya masih belum dikenali Keyra.
“Ini siapa?” tanyanya penasaran.
“Ardy.”
Seketika Keyra mengingat nama itu. Ardy, calon suami yang dijodohkan oleh kakeknya.
“Bisa.” jawab Keyra singkat dengan hati berdebar. Ada apa Ardy mengajaknya bertemu?
“Kalo gitu, kita bertemu di kafe XX satu jam lagi.” Ardy langsung memutuskan sambungan telepon nya sepihak, tanpa mendengar jawaban Keyra.
Keyra mendengus kesal. Suara Ardy yang terkesan dingin masih terngiang-ngiang di telinganya.
“Siapa, Key?” tanya Mesya penasaran.
“Ardy.”
“Mau apa dia?”
“Ketemu.”
"Di mana?"
"Kafe XX."
Mendengar jawaban Keyra yang singkat, membuat Mesya kesal. Dia mencubit pipi sahabatnya itu dengan gemas.
“Aww… sakit, Sya!” protes Keyra sambil memegangi pipinya yang sedikit memerah.
“Kamu tuh kalau di tanya jawabnya singkat banget. Bikin aku penasaran.” cebik Mesya sambil memonyongkan bibirnya.
“Aku juga gak tau kenapa Ardy ngajakin ketemu.”
“Mungkin dia ingin berkenalan dengan calon istrinya.” goda Mesya sambil mengedip-ngedipkan matanya yang berhasil membuat pipi Keyra merona.
Sepasang kaki berbalut sepatu fantovel yang hitam berkilat baru saja memasuki sebuah kafe. Keyra menunduk saat ia mengetahui sepasang kaki itu berjalan ke arahnya. Langkah kaki orang itu kini berdiri di hadapannya. Aroma tubuh maskulin dengan parfume Aqua Di Gio Pour Homme menggelitik indera penciumannya. Keyra beranjak berdiri, masih menunduk, dan membiarkan sebagian rambut hitam sepundaknya berhamburan membingkai wajahnya yang memucat. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain untuk mengurangi kegugupan yang tiba-tiba menyergapnya. ‘Apa dia orangnya?’ gumam Keyra yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat laki-laki yang ada di hadapannya itu. “Ehmm…” suara deheman membuat Keyra menengok ke arah laki-laki itu. Laki-laki yang ada di hadapannya itu terlihat sangat tampan dan gagah. Perawakannya yang tinggi setengah inci dari tubuhnya. Bulu-bulu tipis terlihat menghiasai dagunya yang putih dan bersih. T
Ardy masuk ke dalam mobil. Dia duduk bersandar, lalu terdengar helaan napas panjang. Hari ini begitu banyak meeting yang harus ia hadiri, padahal besok adalah hari pernikahannya.“Tuan, sepertinya anda lelah. Mengingat besok adalah hari pernikahan anda. Kenapa anda tidak beristirahat saja dirumah? Biarlah pekerjaan kantor saya yang menangani.” Arga sudah duduk di belakang kemudi dan memasukan kunci mobil.“Untuk apa aku memikirkan pernikahan itu. Bahkan pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku.” jawab Ardy datar.“Apa ada yang harus saya siapkan untuk besok, Tuan?” Arga menghidupkan mobil, kemudian keluar dari area parkir dan melajukan mobil membelah jalanan yang mulai ramai.“Tak perlu. Semuanya sudah disiapkan oleh kakek.” Ardy bicara dengan suara ringan.Arga melirik tuannya melalui kaca spion. Bisa dilihat kalau wajah tuannya itu sedikit muram.Ketika hendak melewati halte bis, terlihat seorang gadis yang ia kenali.“Arga,
Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.Ceklek …
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka."Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar di
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa