Sepasang kaki berbalut sepatu fantovel yang hitam berkilat baru saja memasuki sebuah kafe. Keyra menunduk saat ia mengetahui sepasang kaki itu berjalan ke arahnya. Langkah kaki orang itu kini berdiri di hadapannya. Aroma tubuh maskulin dengan parfume Aqua Di Gio Pour Homme menggelitik indera penciumannya.
Keyra beranjak berdiri, masih menunduk, dan membiarkan sebagian rambut hitam sepundaknya berhamburan membingkai wajahnya yang memucat.
Kedua tangannya saling meremas satu sama lain untuk mengurangi kegugupan yang tiba-tiba menyergapnya.
‘Apa dia orangnya?’ gumam Keyra yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat laki-laki yang ada di hadapannya itu.
“Ehmm…” suara deheman membuat Keyra menengok ke arah laki-laki itu.
Laki-laki yang ada di hadapannya itu terlihat sangat tampan dan gagah. Perawakannya yang tinggi setengah inci dari tubuhnya. Bulu-bulu tipis terlihat menghiasai dagunya yang putih dan bersih. Tubuhnya yang kekar dibalut kemeja warna putih dipadupadankan dengan jas hitam. Demi apapun, seketika mata Keyra mendadak lumpuh mengagumi makhluk sempurna ciptaan Tuhan yang kini ada di hadapannya.
Di belakangnya berdiri seorang laki-laki yang berpenampilan sama dengannya.
“Kamu Keyra kan?” tanya laki-laki itu.
Keyra menganggukan kepala tanpa sanggup berkata-kata.
“Saya Ardy.” ujar laki-laki yang diketahui bernama Ardy.
Keyra menatap Ardy dengan seksama, mengamati wajah calon suaminya itu.
Ardy menghembuskan napas pelan, “Mungkin kamu bingung kenapa saya mengajak kamu bertemu. Saya hanya ingin kita membuat perjanjian sebelum kita melangsungkan pernikahan.”
“Perjanjian apa maksudnya?” tanya Keyra polos.
“Arga…” panggil Ardy kepada laki-laki yang ada di belakangnya.
“Iya tuan.” laki-laki yang diketahui bernama Arga mendekat.
“Mana surat perjanjiannya?”
Arga mengeluarkan sebuah amplop coklat yang berisikan surat perjanjian dari dalam tas yang ia bawa lalu menyerahkan kepada tuannya.
“Baiklah saya akan membacakan poin-poin yang harus kita patuhi sebelum kita melangsungkan pernikahan.”
Keyra terdiam. Ia mendengar ucapan laki-laki di hadapannya dengan seksama. Sungguh ia benar-benar tidak menyangka, saat ini laki-laki yang berusia 10 tahun lebih tua darinya akan menjadi suaminya.
“Poin pertama, jangan menganggap pernikahan ini nyata. Jangan menganggap saya sebagai suami, sebenar-benarnya suami. Saya pun tidak akan menganggap kamu sebagai istri. Jadi kamu tidak perlu melayani saya. Cukup kamu urus diri kamu sendiri.” tutur Ardy.
Keyra cukup tersentak mendengar penuturan calon suaminya itu. Bagaimana bisa laki-laki itu mempermainkan pernikahan yang dianggapnya suci bahkan untuk sekali seumur hidupnya.
“Poin kedua, saya tidak akan menyentuh kamu. Tidak akan ada kontak fisik di antara kita nanti.”
Sesaat Ardy terlihat menghela nafas panjang sebelum melanjutkan membacakan perjanjian pranikahnya, “Poin terakhir dan yang paling penting adalah kita akan berpisah setelah usia pernikahan kita satu tahun.” lanjutnya.
Mata Keyra melotot, ia tak bisa menerima poin terakhir yang baru saja Ardy ucapkan.
“Berpisah? Kenapa?” tanyanya tak percaya.
Ardy mengangguk, “Iya, kita akan berpisah tahun depan. Memangnya kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama laki-laki yang tidak kamu cintai?”
Keyra menggeleng pelan.
“Setelah kita berpisah, kamu bisa menikah dengan laki-laki yang kamu cintai dan mencintaimu. Kamu pun masih perawan karena tidak saya sentuh sama sekali. Jadi tidak ada yang dirugikan di sini.”
“Tapi aku menginginkan pernikahan sekali dalam hidupku. Aku tidak mau membohongi orang tuaku. Mereka pasti akan kecewa mengetahui hal ini.”
“Kamu tidak usah bilang hal ini kepada orang tuamu. Biarlah dalam waktu setahun kedepan mereka menyangka pernikahan kita baik-baik saja. Kita bisa berpura-pura di hadapan mereka. Setelah waktu yang telah kita sepakati berakhir, kita akan memberitahu mereka bahwa tidak ada cinta di antara kita. Dengan alasan itu, mereka pasti akan memaklumi perpisahan kita karena kita sudah mencobanya selama satu tahun.”
Ardy beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja dengan diikuti asistennya.
Keyra termangu dengan tatapan mata yang sendu. Ia hanya bisa memejamkan mata setelah melihat Ardy lenyap dari pandangan matanya. Pikirannya menerawang bagaimana nasib rumah tangganya nanti.
***
Sebuah mobil berwarna merah baru saja terparkir di halaman rumah Keyra. Seorang gadis yang tak lain adalah Mesya terlihat baru saja turun dari mobilnya. Ia melenggangkan kakinya mendekati pintu rumah dan mengetuknya berulang kali sampai tak lama kemudian seseorang menyahut dari dalam dan membukakan pintu untuknya.
“Pagi tante.” Mesya memeluk Sandra hangat sambil mencium punggung telapak tangannya. Ia memang sudah akrab dengan keluarga Keyra hingga membuatnya tidak sungkan.
“Pagi juga Mesya.” Sandra membalas pelukan Mesya.
Mesya celingukan. Mengedarkan pandangan ke dalam rumah yang terhalang oleh tubuh Sandra. “Tumben rumah sepi banget tante, pada kemana?”
“Om dan Devan baru saja pergi. Ayo masuk, Sya.” jawab Sandra sambil mempersilahkan sahabat putrinya itu untuk masuk.
“Kamu langsung saja keatas ya, Key ada di kamarnya.”
“Siap tante. Mesya ke kamar Key dulu ya.” ujarnya sambil berlalu pergi menaiki tangga menuju kamar Keyra yang berada di lantai atas.
Mesya langsung masuk ke kamar Keyra tanpa mengetuk pintu. Mesya tidak menemukan sosok sahabatnya itu di dalam kamar. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
Mesya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Keyra sambil menunggu ia keluar.
Setelah beberapa menit, Keyra keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya.
“Astaga… sejak kapan kamu disini?” tanyanya kaget, melihat sahabatnya itu sudah nangkring di atas tempat tidurnya.
Mesya nyengir, “Baru kok.”
Keyra mengambil baju dari dalam lemarinya dan bergegas masuk kembali ke dalam kamar mandi.
Setelah beberapa saat, Keyra keluar dan menghampiri Mesya yang sedang asik memainkan ponselnya.
“Ada apa pagi-pagi kesini?” tanyanya menyelidik. Kebetulan hari itu mereka tidak ada jadwal kuliah.
“Aku pengen tau apa yang terjadi kemarin. Certain donk!” jawabnya antusias. “Ardy ganteng gak?” tanyanya kemudian.
Beberapa detik, Keyra terdiam lalu menghembuskan napasnya berat.
“Ardy mengajukan surat perjanjian pranikah.”
Mesya membelalakkan matanya tidak percaya, "Masa? trus?" tanyanya penasaran.
Dengan malas, Keyra pun menceritakan semua yang terjadi kemarin pada Mesya di kafe itu. Tentang perjanjian pranikah yang diajukan oleh Ardy. Tentang bagaimana tampannya Ardy, sehingga ia merasa bahwa ia adalah wanita yang beruntung karena akan menjadi istrinya. Namun sayangnya hal yang terjadi tidak seindah bayangannya itu. Ia harus menerima kenyataan pahit yang akan menimpa dirinya nanti.
"Aku bakal jadi janda di usia muda." ujarnya lirih hampir tak terdengar.
Ardy masuk ke dalam mobil. Dia duduk bersandar, lalu terdengar helaan napas panjang. Hari ini begitu banyak meeting yang harus ia hadiri, padahal besok adalah hari pernikahannya.“Tuan, sepertinya anda lelah. Mengingat besok adalah hari pernikahan anda. Kenapa anda tidak beristirahat saja dirumah? Biarlah pekerjaan kantor saya yang menangani.” Arga sudah duduk di belakang kemudi dan memasukan kunci mobil.“Untuk apa aku memikirkan pernikahan itu. Bahkan pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku.” jawab Ardy datar.“Apa ada yang harus saya siapkan untuk besok, Tuan?” Arga menghidupkan mobil, kemudian keluar dari area parkir dan melajukan mobil membelah jalanan yang mulai ramai.“Tak perlu. Semuanya sudah disiapkan oleh kakek.” Ardy bicara dengan suara ringan.Arga melirik tuannya melalui kaca spion. Bisa dilihat kalau wajah tuannya itu sedikit muram.Ketika hendak melewati halte bis, terlihat seorang gadis yang ia kenali.“Arga,
Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.Ceklek …
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka."Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar di
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa
Setelah operasi selesai dilakukan, terlihat kakek Bowo tengah dipindahkan menuju ruang perawatan untuk pemulihan. Keyra terus menunggui kakek Bowo di samping ranjangnya.Ardy melirik jam yang melingkar ditangannya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ardy telah menyuruh Keyra agar pulang karena hari sudah larut malam, tetapi Keyra tetap bersikeras dan memutuskan untuk tetap menunggui kakeknya.Mesya yang tadi datang bersama Keyra sudah pamit pulang sejak dua jam yang lalu.Mamah Sandra pun sudah pulang bersama Devan.Ardy juga sudah menyuruh kakek Rinto untuk pulang dengan diantar Arga. Ia berjanji kalau ada kabar dari kakek Bowo, ia akan segera memberitahunya.Yang tertinggal di rumah sakit sekarang hanyalah papah Satria, Keyra dan dirinya.Karena rasa ngantuk yang menyerangnya, Keyra tak sadar tertidur di samping ranjang kakeknya dengan posisi duduk dan kepala yang ditelungkupkan di antara kedua tangannya.Melihat itu, Ardy yang baru saj