Share

4. PERJANJIAN PRANIKAH

Sepasang kaki berbalut sepatu fantovel yang hitam berkilat baru saja memasuki sebuah kafe. Keyra menunduk saat ia mengetahui sepasang kaki itu berjalan ke arahnya. Langkah kaki orang itu kini berdiri di hadapannya. Aroma tubuh maskulin dengan parfume Aqua Di Gio Pour Homme menggelitik indera penciumannya.

Keyra beranjak berdiri, masih menunduk, dan membiarkan sebagian rambut hitam sepundaknya berhamburan membingkai wajahnya yang memucat.

Kedua tangannya saling meremas satu sama lain untuk mengurangi kegugupan yang tiba-tiba menyergapnya.

‘Apa dia orangnya?’ gumam Keyra yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat laki-laki yang ada di hadapannya itu.

“Ehmm…” suara deheman membuat Keyra menengok ke arah laki-laki itu.

Laki-laki yang ada di hadapannya itu terlihat sangat tampan dan gagah. Perawakannya yang tinggi setengah inci dari tubuhnya. Bulu-bulu tipis terlihat menghiasai dagunya yang putih dan bersih. Tubuhnya yang kekar dibalut kemeja warna putih dipadupadankan dengan jas hitam. Demi apapun, seketika mata Keyra mendadak lumpuh mengagumi makhluk sempurna ciptaan Tuhan yang kini ada di hadapannya.

Di belakangnya berdiri seorang laki-laki yang berpenampilan sama dengannya.

“Kamu Keyra kan?” tanya laki-laki itu.

Keyra menganggukan kepala tanpa sanggup berkata-kata.

“Saya Ardy.” ujar laki-laki yang diketahui bernama Ardy.

Keyra menatap Ardy dengan seksama, mengamati wajah calon suaminya itu.

Ardy menghembuskan napas pelan, “Mungkin kamu bingung kenapa saya mengajak kamu bertemu. Saya hanya ingin kita membuat perjanjian sebelum kita melangsungkan pernikahan.”

“Perjanjian apa maksudnya?” tanya Keyra polos.

“Arga…” panggil Ardy kepada laki-laki yang ada di belakangnya.

“Iya tuan.” laki-laki yang diketahui bernama Arga mendekat.

“Mana surat perjanjiannya?”

Arga mengeluarkan sebuah amplop coklat yang berisikan surat perjanjian dari dalam tas yang ia bawa lalu menyerahkan kepada tuannya.

“Baiklah saya akan membacakan poin-poin yang harus kita patuhi sebelum kita melangsungkan pernikahan.”

Keyra terdiam. Ia mendengar ucapan laki-laki di hadapannya dengan seksama. Sungguh ia benar-benar tidak menyangka, saat ini laki-laki yang berusia 10 tahun lebih tua darinya akan menjadi suaminya.

“Poin pertama, jangan menganggap pernikahan ini nyata. Jangan menganggap saya sebagai suami, sebenar-benarnya suami. Saya pun tidak akan menganggap kamu sebagai istri. Jadi kamu tidak perlu melayani saya. Cukup kamu urus diri kamu sendiri.” tutur Ardy.

Keyra cukup tersentak mendengar penuturan calon suaminya itu. Bagaimana bisa laki-laki itu mempermainkan pernikahan yang dianggapnya suci bahkan untuk sekali seumur hidupnya.

“Poin kedua, saya tidak akan menyentuh kamu. Tidak akan ada kontak fisik di antara kita nanti.”

Sesaat Ardy terlihat menghela nafas panjang sebelum melanjutkan membacakan perjanjian pranikahnya, “Poin terakhir dan yang paling penting adalah kita akan berpisah setelah usia pernikahan kita satu tahun.” lanjutnya.

Mata Keyra melotot, ia tak bisa menerima poin terakhir yang baru saja Ardy ucapkan.

“Berpisah? Kenapa?” tanyanya tak percaya.

Ardy mengangguk, “Iya, kita akan berpisah tahun depan. Memangnya kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama laki-laki yang tidak kamu cintai?”

Keyra menggeleng pelan.

“Setelah kita berpisah, kamu bisa menikah dengan laki-laki yang kamu cintai dan mencintaimu. Kamu pun masih perawan karena tidak saya sentuh sama sekali. Jadi tidak ada yang dirugikan di sini.”

“Tapi aku menginginkan pernikahan sekali dalam hidupku. Aku tidak mau membohongi orang tuaku. Mereka pasti akan kecewa mengetahui hal ini.”

“Kamu tidak usah bilang hal ini kepada orang tuamu. Biarlah dalam waktu setahun kedepan mereka menyangka pernikahan kita baik-baik saja. Kita bisa berpura-pura di hadapan mereka. Setelah waktu yang telah kita sepakati berakhir, kita akan memberitahu mereka bahwa tidak ada cinta di antara kita. Dengan alasan itu, mereka pasti akan memaklumi perpisahan kita karena kita sudah mencobanya selama satu tahun.”

Ardy beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja dengan diikuti asistennya.

Keyra termangu dengan tatapan mata yang sendu. Ia hanya bisa memejamkan mata setelah melihat Ardy lenyap dari pandangan matanya. Pikirannya menerawang bagaimana nasib rumah tangganya nanti.

***

Sebuah mobil berwarna merah baru saja terparkir di halaman rumah Keyra. Seorang gadis yang tak lain adalah Mesya terlihat baru saja turun dari mobilnya. Ia melenggangkan kakinya mendekati pintu rumah dan mengetuknya berulang kali sampai tak lama kemudian seseorang menyahut dari dalam dan membukakan pintu untuknya.

“Pagi tante.” Mesya memeluk Sandra hangat sambil mencium punggung telapak tangannya. Ia memang sudah akrab dengan keluarga Keyra hingga membuatnya tidak sungkan.

“Pagi juga Mesya.” Sandra membalas pelukan Mesya.

Mesya celingukan. Mengedarkan pandangan ke dalam rumah yang terhalang oleh tubuh Sandra. “Tumben rumah sepi banget tante, pada kemana?”

“Om dan Devan baru saja pergi. Ayo masuk, Sya.” jawab Sandra sambil mempersilahkan sahabat putrinya itu untuk masuk.

“Kamu langsung saja keatas ya, Key ada di kamarnya.”

“Siap tante. Mesya ke kamar Key dulu ya.” ujarnya sambil berlalu pergi menaiki tangga menuju kamar Keyra yang berada di lantai atas.

Mesya langsung masuk ke kamar Keyra tanpa mengetuk pintu. Mesya tidak menemukan sosok sahabatnya itu di dalam kamar. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.

Mesya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Keyra sambil menunggu ia keluar.

Setelah beberapa menit, Keyra keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya.

“Astaga… sejak kapan kamu disini?” tanyanya kaget, melihat sahabatnya itu sudah nangkring di atas tempat tidurnya.

Mesya nyengir, “Baru kok.”

Keyra mengambil baju dari dalam lemarinya dan bergegas masuk kembali ke dalam kamar mandi.

Setelah beberapa saat, Keyra keluar dan menghampiri Mesya yang sedang asik memainkan ponselnya.

“Ada apa pagi-pagi kesini?” tanyanya menyelidik. Kebetulan hari itu mereka tidak ada jadwal kuliah.

“Aku pengen tau apa yang terjadi kemarin. Certain donk!” jawabnya antusias. “Ardy ganteng gak?” tanyanya kemudian.

Beberapa detik, Keyra terdiam lalu menghembuskan napasnya berat.

“Ardy mengajukan surat perjanjian pranikah.”

Mesya membelalakkan matanya tidak percaya, "Masa? trus?" tanyanya penasaran.

Dengan malas, Keyra pun menceritakan semua yang terjadi kemarin pada Mesya di kafe itu. Tentang perjanjian pranikah yang diajukan oleh Ardy. Tentang bagaimana tampannya Ardy, sehingga ia merasa bahwa ia adalah wanita yang beruntung karena akan menjadi istrinya. Namun sayangnya hal yang terjadi tidak seindah bayangannya itu. Ia harus menerima kenyataan pahit yang akan menimpa dirinya nanti.

"Aku bakal jadi janda di usia muda." ujarnya lirih hampir tak terdengar.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
waah aku suka banget sama cerita romance yang kayak gini ... ngga sabar buat baca semua ceritanya~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status