Share

5. KEKHAWATIRAN KEYRA

Ardy masuk ke dalam mobil. Dia duduk bersandar, lalu terdengar helaan napas panjang. Hari ini begitu banyak meeting yang harus ia hadiri, padahal besok adalah hari pernikahannya.

“Tuan, sepertinya anda lelah. Mengingat besok adalah hari pernikahan anda. Kenapa anda tidak beristirahat saja dirumah? Biarlah pekerjaan kantor saya yang menangani.” Arga sudah duduk di belakang kemudi dan memasukan kunci mobil.

“Untuk apa aku memikirkan pernikahan itu. Bahkan pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku.” jawab Ardy datar.

“Apa ada yang harus saya siapkan untuk besok, Tuan?” Arga menghidupkan mobil, kemudian keluar dari area parkir dan melajukan mobil membelah jalanan yang mulai ramai.

“Tak perlu. Semuanya sudah disiapkan oleh kakek.” Ardy bicara dengan suara ringan.

Arga melirik tuannya melalui kaca spion. Bisa dilihat kalau wajah tuannya itu sedikit muram.

Ketika hendak melewati halte bis, terlihat seorang gadis yang ia kenali.

“Arga, kau lihat gadis itu!” tunjuk Ardy ke arah seorang gadis yg sedang menuntun seorang nenek tua.

Pandangan Arga mengarah ke arah yang ditunjuk tuannya.

“Iya Tuan, itu adalah calon istri anda.” Arga mengurangi laju kecepatan mobil yang dikendarainya secara perlahan.

“Aku lupa nama gadis itu.” Ardy bahkan tidak ingat nama gadis yang akan dinikahinya besok.

“Keyra Andini, tuan.”

“Sedang apa dia?” Ardy mengamati pergerakan yang ada didepannya.

“Saya tidak tau, Tuan.”

“Pinggirkan mobilnya. Aku ingin tau apa yang dia lakukan. Beri jarak, jangan terlalu dekat.” titahnya.

“Baik tuan.” Arga segera menepikan mobilnya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, terlihat Keyra sedang membantu seorang nenek tua menyebrangi jalan. Dituntunnya nenek itu dengan hati-hati sambil sebelah tangannya memberhentikan  mobil yang lalu-lalang di hadapannya sebagai tanda bahwa mereka mau menyebrangi jalan.

Setelah sampai di sebrang jalan, terlihat nenek itu memeluk Keyra sebagai tanda terimakasih karena telah membantunya.

Keyra pun membungkukkan kepala sambil tersenyum manis. Lalu nenek itu berlalu pergi. Setelah nenek tadi pergi, Keyra segera menyebrang jalan lagi menuju motornya yang ia parkirkan di dekat halte bis tadi. Keyra segera melajukan motornya dan hilang dari pandangan Ardy.

“Manis juga senyumnya. Haha…” ujar Ardy, tawanya pecah seketika.

 Arga melirik lagi ke belakang. Terlihat sang tuan tengah menikmati objek yang ada di depannya tadi.

“Apakah kita bisa pergi sekarang, Tuan? Pagi ini anda ada meeting dengan Mr. Rey pukul 8.” Arga mengingatkan.

“Ya, ayo jalan.” titahnya.

Arga menjalankan kembali mobilnya membelah jalanan ibu kota yang terlihat ramai.

***

Keyra memarkirkan motornya di halaman lalu berjalan memasuki rumahnya, membawa sebuah bungkusan pesenan mamahnya.

“Ya ampun, Key… kamu mampir kemana dulu? Beli ini aja kok lama banget!” sang mamah sewot.

Ya… tadi Sandra menyuruh Keyra membeli plastik di simpang jalan untuk membungkus makanan karena persedian yang ada dirumah habis. Setelah satu jam, anaknya itu tak kunjung kembali. Membuat Sandra cemas karena jarak rumah ke toko yang berada di simpang jalan tidaklah jauh. Hanya memakan waktu 10 menit menggunakan motor.

“Maaf, Mah… Tadi Key bantuin seorang nenek yang habis terserempet motor. Motor Key kebetulan ada di belakang motor yang nyerempet nenek tadi. Jadi Key bantu nenek itu dulu.” Keyra menjelaskan.

“Untung kamu gak kenapa-napa, Key. Besok kan kamu mau menikah, jangan sampai pernikahan kamu gagal.” Sandra mencubit hidung Keyra, "sekarang kamu cepat siap-siap. Kita ke butik!"

"Mau ngapain, Mah?"

"Ngambil kebaya, sekalian fitting kebayanya takut gak pas dipake kamu besok." Jawab Sandra sambil berlalu pergi.

Dengan lesu, Keyra berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Mengganti baju dan mengambil tas selempangnya, lalu kembali ke lantai bawah menemui mamahnya.

Setibanya di butik, pegawai butik menyerahkan baju kebaya untuk dicoba oleh Keyra. Baju kebaya berwarna putih dengan taburan kristal swarovski dari bawah perutnya hingga naik ke lehernya. Kebaya itu agak berani karena menampilkan belahan dada yang tinggi dengan bagian pundak yang agak terbuka dan terdapat sleting di bagian punggungnya.

"Cepet cobain, Key. Mamah mau lihat." Sandra tak sabar ingin melihat betapa cantik putrinya memakai kebaya itu.

Keyra segera masuk ke ruang ganti dan segera mengganti pakaiannya dengan kebaya itu. Beberapa saat kemudian, Keyra keluar dari ruang ganti.

"Ya ampun, Key. Kamu cantik banget pake kebaya itu. Muka kamu udah terlihat cantik walaupun belum pakai make up." Sandra berdecak kagum, "mamah jadi gak sabar lihat kamu besok." sambungnya lagi.

Drrrttt

Ponsel yang tergeletak di meja yang ada di butik itu bergetar, Keyra segera mengambilnya. Dilihatnya siapa yang menelpon, menampilkan nama Mesya disana.

"Mah, Key terima telpon dari Mesya dulu ya." Keyra segera menjauh dari mamahnya.

Sandra mengangguk.

“Hai calon pengantin…” suara cempreng Mesya mengawali panggilan video.

Keyra mengerucutkan bibirnya mendengar panggilan itu, “Apaan sih.” ujarnya kesal.

"Eh kamu lagi dimana, Key?"

"Di butik." jawabnya cuek.

"Kamu pakai kebaya buat besok ya? Coba donk aku mau lihat. Jauhkan ponselnya," Mesya heboh di sebrang sana.

"Besok aja lihatnya, biar kejutan."

"Ih pelit banget sih calon pengantin," Mesya menyilangkan kedua tangannya di dada.

Keyra terkekeh geli, "Besok aja ya Mesya sayang, biar surprise."

"Iya deh. Kok mukanya masam gitu sih, Key? Senyumnya mana nih calon pengantin?”

Keyra tersenyum dengan senyum yang dipaksakan. “Ada apa telpon?”

“Duh ketus banget deh. Bagaimana persiapan buat besok, Key? Ada yang bisa aku bantu?”

“Semuanya udah siap, Sya. Cuma hati aku aja yang belum siap.”

“Ya ampun, Key. Kenapa lagi?"

"Aku takut, Sya. Hidupku nanti gak bakal sebebas dulu. Mungkin nanti aku bakal dikurung di rumah. Apa aku kabur aja ya biar besok gak jadi nikah?" sebuah ide gila muncul di benak Keyra, "Tapi aku gak tau harus kabur kemana," ucapnya lagi lesu.

"Jangan konyol deh, Key. Kalo kamu kabur, yang ada nanti orangtua kamu yang malu karena calon pengantin wanitanya kabur dan aku gak bisa ngebayangin hal apa yang terjadi sama kakek kamu nanti mengingat kakek kamu itu punya penyakit jantung." Mesya bergidik ngeri di sebrang sana.

Seperkian detik, Keyra terdiam. Mencerna kata-kata Mesya barusan. Ucapan Mesya tadi ada benarnya juga. Jangan sampai ia melakukan hal konyol yang bisa berakibat fatal bagi keluarganya, terutama untuk kakeknya.

"Terus aku harus gimana, Sya?" tanyanya lirih.

"Pernikahan kalian tinggal besok, Key. Sabar ya, mudah-mudah nanti sebelum waktu yang ditentukan berakhir Ardy bakal jatuh cinta sama kamu. Kamu kan cantik, aku yakin Ardy bakal gampang jatuh cinta sama kamu.” ujar Mesya menyemangati.

“Ya mudah-mudahan, Sya. Aku gak mau jadi janda di usia muda.” mata Keyra berkaca-kaca.

“Jadi sedih deh.” Mesya ikut merasakan kekhawatiran yang menimpa sahabatnya itu. Di dalam hatinya Mesya berdoa agar rumah tangga sahabatnya akan berakhir bahagia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status