Ardy masuk ke dalam mobil. Dia duduk bersandar, lalu terdengar helaan napas panjang. Hari ini begitu banyak meeting yang harus ia hadiri, padahal besok adalah hari pernikahannya.
“Tuan, sepertinya anda lelah. Mengingat besok adalah hari pernikahan anda. Kenapa anda tidak beristirahat saja dirumah? Biarlah pekerjaan kantor saya yang menangani.” Arga sudah duduk di belakang kemudi dan memasukan kunci mobil.
“Untuk apa aku memikirkan pernikahan itu. Bahkan pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku.” jawab Ardy datar.
“Apa ada yang harus saya siapkan untuk besok, Tuan?” Arga menghidupkan mobil, kemudian keluar dari area parkir dan melajukan mobil membelah jalanan yang mulai ramai.
“Tak perlu. Semuanya sudah disiapkan oleh kakek.” Ardy bicara dengan suara ringan.
Arga melirik tuannya melalui kaca spion. Bisa dilihat kalau wajah tuannya itu sedikit muram.
Ketika hendak melewati halte bis, terlihat seorang gadis yang ia kenali.
“Arga, kau lihat gadis itu!” tunjuk Ardy ke arah seorang gadis yg sedang menuntun seorang nenek tua.
Pandangan Arga mengarah ke arah yang ditunjuk tuannya.
“Iya Tuan, itu adalah calon istri anda.” Arga mengurangi laju kecepatan mobil yang dikendarainya secara perlahan.
“Aku lupa nama gadis itu.” Ardy bahkan tidak ingat nama gadis yang akan dinikahinya besok.
“Keyra Andini, tuan.”
“Sedang apa dia?” Ardy mengamati pergerakan yang ada didepannya.
“Saya tidak tau, Tuan.”
“Pinggirkan mobilnya. Aku ingin tau apa yang dia lakukan. Beri jarak, jangan terlalu dekat.” titahnya.
“Baik tuan.” Arga segera menepikan mobilnya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, terlihat Keyra sedang membantu seorang nenek tua menyebrangi jalan. Dituntunnya nenek itu dengan hati-hati sambil sebelah tangannya memberhentikan mobil yang lalu-lalang di hadapannya sebagai tanda bahwa mereka mau menyebrangi jalan.
Setelah sampai di sebrang jalan, terlihat nenek itu memeluk Keyra sebagai tanda terimakasih karena telah membantunya.
Keyra pun membungkukkan kepala sambil tersenyum manis. Lalu nenek itu berlalu pergi. Setelah nenek tadi pergi, Keyra segera menyebrang jalan lagi menuju motornya yang ia parkirkan di dekat halte bis tadi. Keyra segera melajukan motornya dan hilang dari pandangan Ardy.
“Manis juga senyumnya. Haha…” ujar Ardy, tawanya pecah seketika.
Arga melirik lagi ke belakang. Terlihat sang tuan tengah menikmati objek yang ada di depannya tadi.
“Apakah kita bisa pergi sekarang, Tuan? Pagi ini anda ada meeting dengan Mr. Rey pukul 8.” Arga mengingatkan.
“Ya, ayo jalan.” titahnya.
Arga menjalankan kembali mobilnya membelah jalanan ibu kota yang terlihat ramai.
***
Keyra memarkirkan motornya di halaman lalu berjalan memasuki rumahnya, membawa sebuah bungkusan pesenan mamahnya.
“Ya ampun, Key… kamu mampir kemana dulu? Beli ini aja kok lama banget!” sang mamah sewot.
Ya… tadi Sandra menyuruh Keyra membeli plastik di simpang jalan untuk membungkus makanan karena persedian yang ada dirumah habis. Setelah satu jam, anaknya itu tak kunjung kembali. Membuat Sandra cemas karena jarak rumah ke toko yang berada di simpang jalan tidaklah jauh. Hanya memakan waktu 10 menit menggunakan motor.
“Maaf, Mah… Tadi Key bantuin seorang nenek yang habis terserempet motor. Motor Key kebetulan ada di belakang motor yang nyerempet nenek tadi. Jadi Key bantu nenek itu dulu.” Keyra menjelaskan.
“Untung kamu gak kenapa-napa, Key. Besok kan kamu mau menikah, jangan sampai pernikahan kamu gagal.” Sandra mencubit hidung Keyra, "sekarang kamu cepat siap-siap. Kita ke butik!"
"Mau ngapain, Mah?"
"Ngambil kebaya, sekalian fitting kebayanya takut gak pas dipake kamu besok." Jawab Sandra sambil berlalu pergi.
Dengan lesu, Keyra berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Mengganti baju dan mengambil tas selempangnya, lalu kembali ke lantai bawah menemui mamahnya.
Setibanya di butik, pegawai butik menyerahkan baju kebaya untuk dicoba oleh Keyra. Baju kebaya berwarna putih dengan taburan kristal swarovski dari bawah perutnya hingga naik ke lehernya. Kebaya itu agak berani karena menampilkan belahan dada yang tinggi dengan bagian pundak yang agak terbuka dan terdapat sleting di bagian punggungnya.
"Cepet cobain, Key. Mamah mau lihat." Sandra tak sabar ingin melihat betapa cantik putrinya memakai kebaya itu.
Keyra segera masuk ke ruang ganti dan segera mengganti pakaiannya dengan kebaya itu. Beberapa saat kemudian, Keyra keluar dari ruang ganti.
"Ya ampun, Key. Kamu cantik banget pake kebaya itu. Muka kamu udah terlihat cantik walaupun belum pakai make up." Sandra berdecak kagum, "mamah jadi gak sabar lihat kamu besok." sambungnya lagi.
Drrrttt
Ponsel yang tergeletak di meja yang ada di butik itu bergetar, Keyra segera mengambilnya. Dilihatnya siapa yang menelpon, menampilkan nama Mesya disana.
"Mah, Key terima telpon dari Mesya dulu ya." Keyra segera menjauh dari mamahnya.
Sandra mengangguk.
“Hai calon pengantin…” suara cempreng Mesya mengawali panggilan video.
Keyra mengerucutkan bibirnya mendengar panggilan itu, “Apaan sih.” ujarnya kesal.
"Eh kamu lagi dimana, Key?"
"Di butik." jawabnya cuek.
"Kamu pakai kebaya buat besok ya? Coba donk aku mau lihat. Jauhkan ponselnya," Mesya heboh di sebrang sana.
"Besok aja lihatnya, biar kejutan."
"Ih pelit banget sih calon pengantin," Mesya menyilangkan kedua tangannya di dada.
Keyra terkekeh geli, "Besok aja ya Mesya sayang, biar surprise."
"Iya deh. Kok mukanya masam gitu sih, Key? Senyumnya mana nih calon pengantin?”
Keyra tersenyum dengan senyum yang dipaksakan. “Ada apa telpon?”
“Duh ketus banget deh. Bagaimana persiapan buat besok, Key? Ada yang bisa aku bantu?”
“Semuanya udah siap, Sya. Cuma hati aku aja yang belum siap.”
“Ya ampun, Key. Kenapa lagi?"
"Aku takut, Sya. Hidupku nanti gak bakal sebebas dulu. Mungkin nanti aku bakal dikurung di rumah. Apa aku kabur aja ya biar besok gak jadi nikah?" sebuah ide gila muncul di benak Keyra, "Tapi aku gak tau harus kabur kemana," ucapnya lagi lesu.
"Jangan konyol deh, Key. Kalo kamu kabur, yang ada nanti orangtua kamu yang malu karena calon pengantin wanitanya kabur dan aku gak bisa ngebayangin hal apa yang terjadi sama kakek kamu nanti mengingat kakek kamu itu punya penyakit jantung." Mesya bergidik ngeri di sebrang sana.
Seperkian detik, Keyra terdiam. Mencerna kata-kata Mesya barusan. Ucapan Mesya tadi ada benarnya juga. Jangan sampai ia melakukan hal konyol yang bisa berakibat fatal bagi keluarganya, terutama untuk kakeknya.
"Terus aku harus gimana, Sya?" tanyanya lirih.
"Pernikahan kalian tinggal besok, Key. Sabar ya, mudah-mudah nanti sebelum waktu yang ditentukan berakhir Ardy bakal jatuh cinta sama kamu. Kamu kan cantik, aku yakin Ardy bakal gampang jatuh cinta sama kamu.” ujar Mesya menyemangati.
“Ya mudah-mudahan, Sya. Aku gak mau jadi janda di usia muda.” mata Keyra berkaca-kaca.
“Jadi sedih deh.” Mesya ikut merasakan kekhawatiran yang menimpa sahabatnya itu. Di dalam hatinya Mesya berdoa agar rumah tangga sahabatnya akan berakhir bahagia.
Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.Ceklek …
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka."Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar di
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa
Setelah operasi selesai dilakukan, terlihat kakek Bowo tengah dipindahkan menuju ruang perawatan untuk pemulihan. Keyra terus menunggui kakek Bowo di samping ranjangnya.Ardy melirik jam yang melingkar ditangannya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ardy telah menyuruh Keyra agar pulang karena hari sudah larut malam, tetapi Keyra tetap bersikeras dan memutuskan untuk tetap menunggui kakeknya.Mesya yang tadi datang bersama Keyra sudah pamit pulang sejak dua jam yang lalu.Mamah Sandra pun sudah pulang bersama Devan.Ardy juga sudah menyuruh kakek Rinto untuk pulang dengan diantar Arga. Ia berjanji kalau ada kabar dari kakek Bowo, ia akan segera memberitahunya.Yang tertinggal di rumah sakit sekarang hanyalah papah Satria, Keyra dan dirinya.Karena rasa ngantuk yang menyerangnya, Keyra tak sadar tertidur di samping ranjang kakeknya dengan posisi duduk dan kepala yang ditelungkupkan di antara kedua tangannya.Melihat itu, Ardy yang baru saj
Sudah beberapa hari Keyra bolak-balik antara rumah sakit dan kampusnya. Tak jarang ia pulang ke apartemen hingga larut malam karena jadwal kuliah yang padat serta menemani kakeknya di rumah sakit.Ardi melirik jam dinding yang terpajang di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Tak biasanya Keyra belum terlihat di dapur. Biasanya ketika ia baru saja terbangun, istri kecilnya itu sudah sibuk mengolah makanan di dapur.TokTokTokArdy mengetuk kamar Keyra, tak ada sahutan dari dalam. Ia berinisiatif untuk masuk ke dalam kamarnya.Ardy membuka pintu kamar Keyra. Ia menemukan Keyra sedang berbaring di ranjangnya. Ia tercengang karena melihat Keyra yang sedang menggigil kedinginan.Astaga!“Key…” panggilnya lirih.Tak ada jawaban apa-apa dari Keyra.“Keyra…” panggilnya lagi. Ardy semakin mendekati ranjang Keyra. Namun tetap tidak ada jawaba