Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.
“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.
“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.
“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.
“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.
“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.
“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.
Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.
“Kayanya seru nih.” Devan tersenyum menggoda.
“Apaan sih, Kak.” Keyra menyomot bakwan lalu melemparkannya kearah Devan.
Devan yang tidak menyangka atas serangan Keyra hanya bisa pasrah saat si bakwan tepat mengenai wajahnya.
“Wah, parah lo! Muka gue jadi berminyak nih.” sungut Devan tak terima, ia hendak membalas perlakuan adiknya itu.
“Lagian masih pagi kakak udah nanyain begituan.” ujar Keyra sebal sambil memonyongkan bibirnya.
“Udah, udah… Kalian ini kebiasaan, kalo berantem gak tau tempat. Malu donk sama Ardy.” Satria melerai pertengkaran adik kakak itu.
Ardy tersenyum kecil.
Acara sarapan pun berjalan dengan hening dan tenang tanpa ada yang mengeluarkan suara, hanya dentingan sendok yang saling bersahutan. Di dalam keluarga Keyra, memang telah tertanam peraturan bahwa dilarang berbicara pada saat makan.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Keyra membantu Sandra membereskan piring bekas sarapan mereka. Sedangkan para lelaki sedang berbincang di ruang keluarga.
“Udah siap, Key?” tanya Ardy saat Keyra bergabung di ruang keluarga.
Keyra mengangguk kecil.
“Mah, Pah… Ardy bawa Keyra pulang sekarang ya.” pamit Ardy.
“Dev, gw pamit ya.” ujar Ardy pada Devan.
Mereka mengantar Keyra dan Ardy sampai di depan mobil. Keyra menyalami orangtuanya, memeluk mereka seperti enggan berpisah.
“Baik-baik dirumah kalian ya, Key. Sekarang rumah Ardy udah jadi rumah kamu juga.” kata Sandra sambil mengurai pelukan mereka.
“Key masih boleh nginep disini kan, Mah?” tanyanya khawatir.
“Bolehlah…” Devan menagacak rambut adiknya gemas.
“Kakaaaaaakk… “ Keyra memelototkan matanya, menatap nyalang sang kakak yang telah berbuat tidak sopan. Rambut keyra yang sudah tertata rapih kini berantakan lagi.
Devan cekikikan sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
“Boleh, Key. Ini tetap rumah kamu, sayang.” ujar Sandra.
“Kapanpun kamu mau, kamu boleh nginep disini. Tapi dengan persetujuan Ardy ya.” Satria mengingatkan.
“Iya, Pah. Key pergi ya.” Keyra menatap orangtuanya bergantian. Rasanya ia memang berat berpisah dengan orangtuanya. Ia juga berat meninggalkan Devan, kakak semata wayangnya. Walaupun mereka senang sekali berantem, tapi mereka saling menyayangi satu sama lain.
Mereka segera menaiki mobil berwarna putih yang terparkir di garasi, mobil milik Ardy. Mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah Keyra.
***
Sepasang pengantin baru itu tiba di apartemen menjelang siang. Keyra menyeret langkahnya malas, memandangi Ardy dengan sebal yang kini berjalan di depannya dengan koper yang ia bawa. Ia masih enggan menerima fakta bahwa dirinya harus keluar dari rumah dan tinggal bersama laki-laki asing secepat itu.
Keyra pikir, urusan menikah ini hanya akan berhenti setelah ia mengatakan 'iya'. Apalagi setelah Ardy mengajukan surat perjanjian itu. Nyatanya, kerelaan orangtuanya melepasnya membuat ia sadar bahwa ia harus sudah siap menerima apapun yang akan terjadi nanti. Ia pikir bahwa walaupun ia sudah berstatus sebagai istri orang, ia masih bisa tinggal di rumah orangtuanya.
Kini ia tidak lagi tinggal di rumah orangtuanya, tidak akan lagi merengek manja pada sang mamah ketika ia membutuhkan sesuatu di rumah itu. Semuanya harus di lakukan sendiri nanti.
Menyadari seseorang tidak kunjung menginjakan kaki di dalam apartemennya, Ardy mendapati Keyra yang masih berdiri di ambang pintu, memandangi bagian dalam apartement itu dengan tatapan kagum. Apartement yang minimalis namun tetap berkesan elegan dengan warna hitam dan putih yang mendominasi.
“Tutup pintunya,” kata Ardy dingin sambil berlalu pergi.
Keyra terlihat salah tingkah, melangkah masuk lantas menutup pintu apartemen seperti yang suaminya perintahkan. Mengikuti Ardy yang berjalan ke arah dapur. Ia mengambil gelas lalu menuangkan air dari dispenser dan menenggaknya dengan sekali tegukan.
“Kalau mau minum, ambil sendiri.” ujar Ardi sambil berlalu ke ruang tamu dan mendudukan tubuhnya disana.
Keyra menghela napas panjang. Ia harus memantapkan hati untuk menghadapi sikap dingin Ardy.
Setelah mengisi gelas dan meminum air di dalamnya, Keyra menghampiri Ardy lalu duduk di hadapannya. Mereka duduk berhadapan yang hanya di batasi oleh meja.
Ardy sedang fokus dengan acara televisi yang menampilkan acara wawancara seorang top model terkenal.
“Itu kan Luna Anastasya.” Keyra bergumam memandangi wajah wanita itu. “Cantiknya.” Ia terkesima.
Ardy melirik Keyra sekilas lalu mengarahkan pandangannya kembali menatap layar televisi.
Ya, sebuah acara di televisi sedang mewawancarai seorang top model terkenal asal Indonesia yang berhasil go internasional. Kabarnya wanita itu akan kembali tinggal di Indonesia yaitu Jakarta.
Ardy segera mematikan televisinya yang baru saja menyiarkan acara infotainment, lalu melempar asal remote televisi itu ke atas sofa panjang yang saat ini ia duduki. Wajah Ardy lansung terlihat masam.
Keyra yang sedang asik menonton acara tersebut, langsung protes, “Kok di matiin, aku belum selesai nonton.”
“Ini rumah saya, jadi terserah saya mau ngapain.” ucap Ardy ketus. “Kamu bisa tidur di ruang tamu, saya tidur di kamar saya.” tambahnya sambil melangkah menuju kamarnya yang berada tepat di samping ruang tamu yang tadi ia tunjuk.
Keyra masih mencerna kata-kata Ardy tadi. Berarti mereka akan tidur terpisah. Bukankah di surat perjanjian sudah tertulis seperti itu? Kenapa Keyra masih mempermasalahkannya sekarang.
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa
Setelah operasi selesai dilakukan, terlihat kakek Bowo tengah dipindahkan menuju ruang perawatan untuk pemulihan. Keyra terus menunggui kakek Bowo di samping ranjangnya.Ardy melirik jam yang melingkar ditangannya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ardy telah menyuruh Keyra agar pulang karena hari sudah larut malam, tetapi Keyra tetap bersikeras dan memutuskan untuk tetap menunggui kakeknya.Mesya yang tadi datang bersama Keyra sudah pamit pulang sejak dua jam yang lalu.Mamah Sandra pun sudah pulang bersama Devan.Ardy juga sudah menyuruh kakek Rinto untuk pulang dengan diantar Arga. Ia berjanji kalau ada kabar dari kakek Bowo, ia akan segera memberitahunya.Yang tertinggal di rumah sakit sekarang hanyalah papah Satria, Keyra dan dirinya.Karena rasa ngantuk yang menyerangnya, Keyra tak sadar tertidur di samping ranjang kakeknya dengan posisi duduk dan kepala yang ditelungkupkan di antara kedua tangannya.Melihat itu, Ardy yang baru saj
Sudah beberapa hari Keyra bolak-balik antara rumah sakit dan kampusnya. Tak jarang ia pulang ke apartemen hingga larut malam karena jadwal kuliah yang padat serta menemani kakeknya di rumah sakit.Ardi melirik jam dinding yang terpajang di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Tak biasanya Keyra belum terlihat di dapur. Biasanya ketika ia baru saja terbangun, istri kecilnya itu sudah sibuk mengolah makanan di dapur.TokTokTokArdy mengetuk kamar Keyra, tak ada sahutan dari dalam. Ia berinisiatif untuk masuk ke dalam kamarnya.Ardy membuka pintu kamar Keyra. Ia menemukan Keyra sedang berbaring di ranjangnya. Ia tercengang karena melihat Keyra yang sedang menggigil kedinginan.Astaga!“Key…” panggilnya lirih.Tak ada jawaban apa-apa dari Keyra.“Keyra…” panggilnya lagi. Ardy semakin mendekati ranjang Keyra. Namun tetap tidak ada jawaba
Ardy keluar dari kamar Keyra. Ia melangkahkan kaki keluar apartemen menuju mobilnya di basement. Ardy telah menyuruh Arga menjemputnya. Setelah melihat keadaan Keyra yang sudah membaik, ia berencana pergi ke kantor untuk mengurusi beberapa pekerjaannya walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu siang.Arga segera menjalankan mobilnya menuju kantor.Setelah tiba di kantor, Ardy segera memasuki ruangannya. Ia sibuk memeriksa berkas yang telah diberikan oleh Arga.Tak lama kemudian terdengar suara kenop pintu yang dibuka dari luar.“Ardy…”Deg!‘Suara ini…’perlahan Ardy membalikkan wajahnya ke sumber suara itu berasal, dan seketika itu pula tatapan matanya bertumbukan dengan sepasang iris berwarna coklat yang juga tengah memandangnya kini.“Luna… dari mana kau tau kantor ku?”Suara Ardy terasa sedikit tercekat di tenggorokannya saat menyebutkan nama itu, nama d
“Ya Tuhan, Keyra…” Ardy segera berlari menghampiri Keyra yang tergeletak di lantai kamar mandi. Ia segera membawa Keyra ke rumah sakit terdekat. Ia membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai kerumah sakit.Tangan Ardy yang memegang setir kemudi kian mengerat, dengan segera ia menghidupkan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan lumayan tinggi. Beruntung hari sudah malam jadi jalanan sedikit lenggang hingga membuat Ardy cukup aman mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.Setelah tiba di rumah sakit, Ardy segera menggendong Keyra menuju ke sebuah ruangan. Ardy baru menurunkan Keyra begitu mereka telah tiba di sebuah ruangan bernuansa putih khas rumah sakit, telah ada seorang dokter didalamnya.Keyra tengah berbaring tak sadarkan diri. Seorang dokter yang diketahui bernama Mia sedang memeriksa keadaannya.Setelah selesai dengan pemeriksaannya, dokter Mia lantas menemui Ardy yang berada di luar ruangan. Ia menyuruhnya masuk ke ruangan
TingSebuah notifikasi masuk ke ponsel Keyra yang tersimpan di atas meja yang berada di samping ranjang tempatnya berbaring. Ternyata kemarin Ardy tidak lupa membawa ponsel Keyra untuk melihat nomor keluarganya untuk dihubungi.Keyra segera mengambil ponselnya lalu dibukanya aplikasiwhatsappyang menampilkan foto profil Mesya. Ternyata ada sebuahchatdari Mesya.Mesya : Key, kamu kemana? Kok gak ngampus hari ini?Keyra : Aku dirumah sakit, Sya.Tak lama, ponsel Keyra berdering.Mesyacalling…“Halo, Key.” suara Mesya terdengar panik di sebrang sana.“Iya, Sya.”“Kamu lagi jenguk kakek ya? tapi kok sampe gak ke kampus?”“Aku masuk rumah sakit, Sya.”“Hah?! Kok bisa, Key? Kamu di rumah sakit mana?” tanyanya khawatir.Keyra menyebutkan sebuah nama rumah saki