Share

Another Eye
Another Eye
Author: Andrea

Prolog

-πš™πš›πšŽπšœπšŽπš—πšπš’πš—πš πšπš˜πš› 𝚒𝚘𝚞-

π™Άπš˜πš˜πš πšπšŽπšŠπšπš’πš—πš

-

"Hah.. Hah.."

Hembusan nafas kelelahan itu menyatu dengan dinginnya udara, membentuk kepulan asap tipis di antara wajah pucat seorang bocah yang sudah begitu rapuh.

"Dasar anak iblis!"

"Tidak berguna, menyusahkan saja!"

"Kenapa masih hidup, hah?"

"Merepotkan!"

Bayangan senyum jahat orang-orang tergambar bersama ucapan bengis yang berdesing keras di telinganya. Sakit..

"Lebih baik kau mati saja!!"

Kaki kecil itu menapaki batu satu persatu, berusaha menggapai lebih tinggi meski terjatuh berulang kali. Angin kencang lautan menyibak selimut tipis yang membalut tubuh kurusnya, namun tak bisa menurunkan keinginannya sama sekali.

"Mati saja kau!"

"Mati!"

Bisikan-bisikan itu terus bergema di telinganya. Alunan suara kematian terus mendayu, merayunya untuk segera melompat ke bebatuan pantai yang begitu curam dan tajam di bawah sana. Haruskah ia tetap hidup? Haruskah ia tetap bernafas di dunia yang tidak menginginkannya sama sekali? Ia tak punya pilihan lain, selain satu.

"Mati.."

Tiada ragu yang tersisa saat telapak kaki kusam itu mulai melangkah ke depan. Segaris senyum yang tak pernah terlukis di bibir mungil itu perlahan tergambar, seiring wajah menengadah ke arah luasnya langit dengan ribuan awan menghitam.

Kini, tak akan ada yang menyakitinya lagi, di rumah itu, maupun di dunia ini..

Tukkk...

Sebuah batu tiba-tiba mendarat di kening sang bocah. Kelopak mata anak lelaki itu langsung terbuka.

"Hoy."

Suara berat mengintrupsi niat yang sejengkal lagi terlaksana. Bocah kumal itu menoleh seketika.

"Jangan mati dulu, anak manusia." Ucap sosok itu kembali.

Tidak pernah ia temukan sesuatu seperti yang tengah anak lelaki itu dapati saat ini. Sama sekali belum pernah ia lihat makhluk dengan bentuk seperti sosok di depan matanya ini. Bocah itu terlalu terkejut hingga hanya bisa terperangah dan terdiam bagai batu yang ia pijak.

Makhluk itu perlahan keluar dari bayangan bebatuan. Menampakkan sosoknya yang tinggi besar dengan kain lusuh yang menutupi tubuhnya, membuat anak lelaki itu beringsut mundur.

"Kau ingin kebahagiaan 'kan?"

Kalimat yang makhluk itu ucapkan seketika bergema di pikiran sang bocah.

"B-bagaimana.." Bingung, alisnya berkerut diantara rasa takut yang masih terasa.

"Aku tau semuanya, bocah." Iris merah itu menyala dibalik gelapnya mendung langit. "Termasuk perlakuan manusia-manusia itu padamu."

"Aku.."

Umpatan dan penderitaan sedikit demi sedikit melonjak ke dalam ingatan, kesedihan, amarah, dendam dan rasa sakit perlahan membuncah keluar.

"Bisa-bisanya kau mengasuh anak seperti itu!"

"Tak tau di untung!"

"Tidak pantas bahagia!"

"AKU MAU!" Tanpa rasa takut lagi, anak itu berdiri di depan sosok mengerikan di hadapannya. Sakit yang ia rasakan ketika menghadapi dunia ini menyalakan nyali di dalam jiwanya.

"Berikan aku kebahagiaan!!"

Makhluk itu tersenyum puas. Garis bibirnya perlahan naik menunjukkan taring besar dibalik tudung yang ia pakai. Membuat bocah kurus itu bergidik ngeri.

"Meskipun harus mengorbankan nyawamu sendiri?"

Bocah itu tercenung sesaat. Terkejut dengan pilihan sulit yang ditawarkan, sedangkan makhluk itu diam-diam tertawa meremehkan. Manusia selemah itu tak akan mungkin berani mengambil keputusan yang begitu berat.

"Akan ku lakukan apapun.. meski dengan bertaruh nyawaku sendiri."

Tepat setelah bibir pucat itu berkata, sebuah cahaya bersinar menghantam kegelapan. Disertai angin yang mengibas kuat, tawa makhluk itu berdenyar nyaring membelah keheningan.

"HAHAHAHAHAH!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status