Share

Chap 07: Soul holder

"Yeina, berhenti!"

"Jangan lari dariku, Yeina!"

"Kena kau!!"

"Jangan!"

"Hahahahahah!"

"Tidak, jangan.."

"TIDAAK!!"

Perlahan Zein membuka mata, kemudian mengatur nafasnya pelan. Kepalanya penuh dengan potongan-potongan memori yang masih saja membesit meskipun ia telah terbangun dari tidur. Serpihan cerita hidup para hantu yang ia lenyapkan selalu memenuhi mimpinya, membagi kisah yang harusnya diketahui oleh setiap orang. Namun sayangnya kisah yang mengakhiri hidup mereka itu harus terkubur dan bahkan tak disadari oleh siapapun. Hilang dan tertelan bumi begitu saja.

Zein mendengus pelan, kemudian bangkit dari posisinya. Kemeja putih yang ia kenakan nampak sedikit tersibak memperlihatkan dadanya yang bidang. Melihat langit yang masih menunjukkan malam, ia berjalan membuka daun pintu kamar yang lebar. Kakinya berhenti sebelum keluar, mendapati seseorang tengah menunggu tepat didepan pintu.

"Ada apa, Vinz?" Tanya Zein. Namun bocah yang masih berdiri dihadapannya itu tak bergeming sama sekali. Wajahnya menunduk dalam keheningan.

"Vinz?" Suara Ginna bergema seiring wanita itu muncul dari koridor kanan. "Apa yang kau lakukan tengah malam disini?" Pelayan senior itu berdiri khawatir di samping anak itu. Namun ia tak bereaksi sama sekali.

Mata Zein memicing ketika asap hitam perlahan keluar dari tubuh Vinz, membuat mata Ginna terbelalak dan terpekik terkejut. Sesaat kemudian, Vinz menengadahkan wajahnya dan menampakkan iris biru menyala. Zein yang merasakan sesuatu berbahaya akan dilakukan anak itu, dengan cepat menyentuh pundak Vinz. Dan seketika membawa mereka berteleportasi ke dalam hutan. Meninggalkan Ginna dengan kepanikan.

Dan disini mereka sekarang. Ditemani angin malam yang berhembus dingin, Zein berdiri memperhatikan bocah yang tengah mendesis geram di hadapannya. Irisnya masih menyala berkilauan ditengah kegelapan, menatap Zein bengis dengan tangan terkepal.

"Apa yang kau inginkan.." Suara Zein beralun dingin, "Derl?" Bertanya pada sosok yang kini menggeram kuat ketika namanya tersebut pelan.

Hembusan angin bertiup-tiup menerpa tubuh, menambah kebekuan yang mengunci posisi mereka. Derl membuat raga kecil itu bergetar hebat.

"Apa yang kau lakukan pada rekanku, Zein?!" Ia berteriak. Gumpalan angin melaju kencang mengiringi kemarahan yang Derl keluarkan. Zein berdiri tenang.

"Dia perlu dimusnahkan." Jawab Zein, Lagi-lagi mengundang amarah demon itu hingga membuatnya mendesis keras.

Perlahan, Derl membawa kaki kecil Vinz melompat dan berpindah secepat kilat disamping Zein. Irisnya bersitatap dengan tuannya sendiri, menatap wajah itu tajam. Dengan emosi, ia lalu melayangkan tinju ke arah wajah sang tuan muda. Sedangkan Zein tetap berdiri tenang meski melihat serangan yang diarahkan padanya. Dan sebelum tangan itu berhasil menghantam wajahnya, Zein menangkap lengan Derl, membuat sosok itu tercekat. Zein lalu menariknya cepat, menaikkan kakinya untuk menjangkau perut dan sesaat kemudian menendang Derl hingga ia terpental jauh. Menghasilkan debuman suara yang nyaring.

Derl yang berhasil menapak dengan kakinya berdiri kembali, "Kau tau apa yang sudah ia lalui, Zein. Tapi kau hanya diam saja.." Ucapnya bergetar hebat.

Zein tak berucap, menatap mata Derl yang berkilat-kilat.

"Kau tidak memberikannya keadilan sama sekali. Dan kini kau membiarkannya mati dalam kesedihan untuk yang kedua kali!" Lagi, tubuh kecil itu kembali menerjang dari segala arah dengan kecepatan luar biasa. Ia berulang kali melayangkan pukulan kepada Zein yang hanya menangkis serangan demi serangan, tanpa ingin menyakiti jiwa itu sama sekali.

Hanya perlu menyentuh dada Vinz untuk mengeluarkan Derl yang masih dalam pengaruh amarah itu dari tubuhnya. Namun jiwa itu dengan cepat menghindar dan menapak tanah dengan terengah.

"Aku tidak bisa merubah masa lalu, Derl." Ucap Zein, berusaha menenangkan.

"Tapi kau tidak perlu sampai melenyapkan Yeina!"

"Dia adalah ancaman untuk rakyatku."

"Aaaaargh!" Jeritan itu begitu keras. Api biru berkobar memenuhi tubuhnya, membuat powernya meningkat berkali lipat.

Zein menyipitkan mata, Derl dengan jiwa yang masih belum stabil sebagai demon muda begitu berbahaya sekarang. Sedangkan kini fisiknya mulai melemah. Akan sangat beresiko bila ia menghadapinya sendiri.

"Jangan meremehkanku, Zein." Ucap Derl penuh amarah. Ia dengan cepat melompat mendekat dan menyambarkan api biru ditangannya ke arah sang tuan. Zein tak kalah sigap menghindar, ia terus membendung dan berpindah tempat meski Derl berkali-kali menyerang tanpa henti.

Merasa mulai kehilangan kekuatan, Zein memberikan jarak pada pertarungan mereka. Fisiknya hampir menyerah, nafasnya sedikit sesak.

"Pinjamkan aku kekuatanmu." Ia berbisik. Meraih atensi pada sesuatu yang mendiami tubuhnya, hingga ia mendengar sosok itu tertawa pelan.

"Ingat dengan janjimu, Zein."

"Jiwaku adalah milikmu."

Dan sesaat setelah Derl menemukan sang tuan tengah berdiri lemah, ia langsung mengejarnya. Berusaha memberikan serangan dari belakang, namun tiba-tiba Zein menangkap tangannya. Derl terkejut dan langsung menatap mata itu. Mata yang berkilat tajam. Aura hebat nampak menyelimuti Zein hingga membuatnya tak mampu bergerak. Semua kekuatan yang ia miliki bagai tak berarti ketika sorot mata itu menatapnya tajam. Perlahan namun pasti, telapak tangan Zein mulai bergerak menyentuh dadanya.

"Tenangkan dirimu, Derl." Ucap Zein.

Dan ia pun terpental keluar dari raga sang anak manusia.

Pemuda itu terduduk lemah. Iris yang semula bersinar itu perlahan redup dan kembali menjadi sehitam jelaga. Zein menyandar pada batang pohon besar dibelakangnya. Memegangi perut sembari memperhatikan tubuh kecil bocah yang baru saja menjadi wadah bagi seorang demon kuat. Meski kekuatan Derl membuat fisik Vinz kebal dengan semua luka dan rasa sakit, Zein tetap merasa iba ketika melihat anak itu harus melakukan hal bukan atas kendalinya sendiri.

Hening, suasana sepi membawa bayang-bayang ucapan Derl di tengah amarahnya.

 

"Kau tau apa yang sudah ia lalui, Zein. Tapi kau hanya diam saja.."

"Kau tidak memberikannya keadilan sama sekali. Dan kini kau membiarkannya mati dalam kesedihan untuk yang kedua kali!"

Zein menyadari semua itu. Jiwa Yeina telah memberitahukan semua fakta yang terjadi selama ia hidup. Kejahatan ditengah masyarakat yang sama sekali tidak dipandang dan terkubur bagai tak pernah terjadi itu terkuak lebar dihadapannya.

Namun Zein tak bisa berbuat apapun. Kisah itu telah berlalu bertahun-tahun lamanya, hilang bersama kepemimpinan Elmardillo yang kini sudah berkali-kali berganti sebelum dirinya. Yeina, ia adalah salah satu korban dalam pelecehan. Keadilan yang tertutup bertahun-tahun, membuat jiwanya melebur menjadi demon jahat. Ditambah seluruh keharmonisan dan kesejahteraan rakyat yang seakan tak peduli sama sekali dengan penderitaan yang ia alami, membuatnya murka dan berniat menghancurkan semuanya. 

Tidak ada yang menyadari, kecuali Derl yang diam-diam mengerti perasaan Yeina. Demon dengan umur yang masih tergolong muda itu terlalu peduli hingga ikut terbakar amarah. Menghakimi sang tuan muda yang menghanguskan Yeina alih-alih menundukkan Demon itu menjadi pelayannya. Sayangnya ia tidak mengerti bila satu-satunya jalan untuk membuat Yeina tenang adalah membawanya ke dalam kedamaian abadi. 

"Aku tidak bisa merubah masa lalu.." Zein bergumam pelan, "tapi aku bisa merubah dan menentukan masa depan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status