Share

2. A New Friend

Sometimes, you never realize how the destiny will bring you to the next journey.

Alexandra yang kesal langsung mengikuti anak kecil itu dan kakaknya. Ia ingin sekali mencubit pipi merah anak itu dengan keras.

Maria, Kakak Selena, menarik lengan Alexandra dan bersembunyi di dalam sebuah gua di hutan itu. Gadis itu menaruh jari telunjuknya ke bibir. Isyarat matanya juga memerintahkan semua yang ada bersamanya untuk diam.

Derap langkah kuda itu terdengar dekat. Terdengar juga beberapa langkah para prajurit saat memindai sekitar. Lalu, suara mereka perlahan pergi menjauh.

"Ah, syukurlah… mereka pergi juga." 

Gadis itu menghela napas panjang dan mengembuskan kelegaan.

"Apa kita bisa ke luar sekarang?" tanya Selena.

"Ayo!" ajak Maria.

"Hei, tunggu! Katakan kepadaku di mana aku saat ini dan kenapa kalian bersembunyi dari kejaran prajurit tadi?" tanya Alexandra.

"Kau bilang kepadaku kalau kau belum menikah, kan?" tanya Maria.

"Iya, lalu kenapa?" 

Alexandra terlihat bertolak pinggang saat menanyakan hal itu.

"Di wilayah kerajaan ini, wanita yang sudah cukup umur dan belum menikah akan diambil secara paksa oleh pihak kerajaan." 

"Berarti mereka diculik? Untuk apa?" tanya Alex.

"Untuk dinikahkan dengan Raja Evander." 

"Wow, keren! Bukankah itu bagus jika dinikahkan dengan Raja berati kau akan menjadi ratu dan orang kaya, kan?" 

"Sayangnya jika kau bisa menaklukan naga di The Dark Hill." 

Maria menjelaskan dengan raut wajah yang serius.

"Apa, naga? Hahaha… kenapa lucu sekali sih penjelasan kalian dari tadi. Sudah berada di wilayah kerajaan lalu sekarang naga. Ya Tuhan… sebenarnya aku di mana ini…? 

"Jadi, kalau kau bisa mengalahkan naga di Bukit itu kau akan menjadi Ratu yang akan menikah dengan Raja Evander." 

"Wow, itu—" 

"Akan tetapi, jika kau tak bisa menaklukan naga itu kau akan mati, hahaha…" sahut Selena memotong ucapan Alexandra.

"Maksudku itu. Mana mungkin seorang gadis dapat melawan naga, itu sama aja bunuh diri, ya kan?" 

"Itulah yang terjadi, tak ada yang kembali setelah dibawa ke The Dark Hill, termasuk kakakku." 

Maria menunduk dan terlihat sedih. Raut wajah Selena juga sama, ia bahkan mengusap bulir bening yang tak terasa jatuh di pipinya. 

Alexandra sampai menyandarkan tubuhnya di pohon besar. Ia tak bisa mencerna dengan baik penjelasan gadis berambut cokelat di hadapannya itu. Ia terduduk lemas akhirnya di atas dedaunan kering di permukaan tanah itu.

"Di mana tempat tinggalmu, kau bukan warga penduduk kerajaan Anathema, kan?" tanya Maria.

"Come on, Kak! Tinggalkan saja dia di sini!" seru Selena menarik tangan kakaknya.

"Tunggu sebentar, Selena, aku masih ingin tau darimana dia berasal. Lihat pakaian yang ia kenakan berbeda, kan? Apa jangan-jangan dia penyihir yang datang dari bukit kegelapan?" 

"Hei, kau bilang aku apa? Penyihir?" 

Alex mendorong bahu kanan Maria dengan ujung telunjuknya. 

"Aku, aku 'kan hanya menduga saja," ucap Maria mulai terlihat takut sementara adiknya masih terlihat kesal dari tadi.

"Asal kau tau, ya, aku datang dari kota New Bluex, bukan dari wilayah pedesaan seperti ini," ucap Alexandra.

"Kota New apa katamu?"

"New Bluex, kota metropolitan penuh dengan surga dunia, mall dan club malam bertaburan," sahut gadis itu penuh kebanggaan seraya memutar satu putaran seraya menunjukkan detail mewah dress yang ia gunakan.

Maria menoleh ke arah adiknya lalu mereka gantian tertawa bersamaan menertawai Alexandra.

"Kenapa kalian tertawa?" tanya Alexandra dengan kesal.

"Kau lucu. Setau kami yang dimaksud kota itu, daerah yang berada di dalam area istana di kerajaan Anathema," jawab Selena sambil masih menertawakan.

"Kalian bilang apa, kerajaan Ant— apa tadi?" 

"Anathema." 

Selena dan Maria menjawab bersamaan.

"Apa kau tahu tahun berapa ini?" tanya Alexandra.

Maria dan Selena saling menatap kebingungan. 

"Huh, sepertinya aku terdampar ke masa lampau. Bagaimana ini, bagaimana aku bisa kembali ke tempat asalku?" 

Alexandra berjalan mondar-mandir sambil mengeluh. 

"Berarti, kau tersesat tak punya tempat tinggal?" tanya Maria.

"Sepertinya begitu, aku… aku bingung bagaimana bisa sampai sini," ucap Alexandra.

"Baiklah, kau boleh tinggal di rumahku," ucap Maria.

"Kak, kau serius? Dia orang asing untuk kita, bagaimana jika dia penyihir?" 

Selena berusaha mempengaruhi keputusan kakaknya.

"Sepertinya dia orang baik. Ingat kata ayah dan ibu kita kalau kita harus saling tolong menolong, kan?" 

"Tapi, kak—"

"Oke, oke, aku tak akan ikut kalian pulang, aku akan tinggal di gua ini saja." 

"Kau yakin? Kalau kau tidak ditangkap prajurit kerajaan maka kau juga akan mati karena diterkam singa gunung." 

"Astaga, aku tak akan jauh dari kematian jika seperti itu. Apa aku harus bunuh diri, ya? Tapi, aku takut…" 

"Sudahlah, ikut kami pulang!" 

Alexandra menelisik gadis di hadapannya itu. Dia terlihat sangat baik dan tulus, berbeda dengan adiknya yang ketus. 

"Ummm… Baiklah aku ikut denganmu."

***

Alexandra sampai di sebuah perkampungan yang rata-rata rumah di sana berukuran kecil dan terbuat dari kayu. Ada sepuluh rumah di sana yang ia amati saat ia memasuki wilayah itu. Semua mata menatap ke arahnya.

"Maria, kurasa kau jangan kembali ke sini lagi," ucap seorang wanita paruh baya bernama Bibi Gayle. 

"Apa para prajurit sampai ke sini, Bibi Gayle?" tanya Maria.

"Jordan memberitahukan tentangmu," ucap wanita itu.

"Astaga, pria itu benar-benar menyebalkan, dia bilang dia akan melindungiku," ucap Maria terlihat cemas.

"Dia akan melindungimu, kak, tetapi nyatanya kau menolak cintanya, wajar dia menghianatimu sekarang," sahut Selena.

"Tinggallah di hutan dekat tepi sungai untuk sementara ini," ucap Bibi Gayle.

"Baiklah, aku akan mengambil barang-barangku dulu," ucap Maria.

"Cepatlah, jangan sampai Jordan tau, aku takut dia akan mengadu lagi pada prajurit kerajaan." 

Bibi Gayle lalu menoleh pada Alexandra yang pakaiannya kelihatan berbeda itu.

"Dia siapa?" tanya Bibi Gayle.

"Teman baruku, dia tersesat, dia juga lari dari prajurit kerajaan," jawab Maria. 

"Oh, kelihatannya dia sangat berbeda." 

"Baiklah, Bi, aku akan segera berkemas. Ayo bantu aku!" 

Maria menarik lengan Alexandra menuju ke rumahnya. 

Setelah di rumah itu, Maria menyerahkan pakaian untuk Alex agar terlihat tak berbeda dengan lainnya. Sementara itu Selena sibuk berkemas sambil menangis. Ia sangat merasa sedih saat harus pergi dari rumah kenangan masa kecilnya itu.

"Maafkan Kakak, Selena. Karena aku, kita harus bersembunyi ke hutan." 

Maria mengusap rambut cokelat milik adiknya.  

"Kenapa harus minta maaf, bukankah sebagai keluarga kita harus saling melindungi? Tenang saja, Kak, aku akan melindungimu." 

Selena memeluk tubuh sang kakak. Alex yang sudah berganti pakaian itu sempat melihat adegan mengharukan kakak dan adik itu.

"Gadis kecil itu, ternyata baik hati juga," gumam Alex.

***

To be continue...

See you next chapter.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status