Sometimes, you will never know what destiny is waiting for you.
***
"Di sana, Maria ada di sana bersama adiknya!"
Pria bernama Jordan yang sakit hati pada Maria itu mengadu pada prajurit kerajaan. Akhirnya dua gadis itu ditangkap dan dibawa ke sebuah kastil di dalam wilayah kerajaan Anathema.
"Lepaskan adikku, cukup bawa saja aku!" seru Maria meneriaki para prajurit itu.
"Bawa mereka semua, anak kecil itu nantinya akan berguna!"
Seorang prajurit berseru dari atas kuda yang ia tunggangi.
Derai air mata mengalir di wajah Selena. Dalam hatinya berkecamuk mengenai nasibnya dan Maria. Lalu, bagaimana dengan Alexandra kala ia pulang tak menemukan mereka?"
"Aku harus bertahan, adikku," bisik Maria sebelum akhirnya mereka terpisah menaiki kuda yang berbeda.
***
Malam itu sepulangnya Alexandra dari berdagang di pasar, ia berada di sebuah jalan setapak menuju hutan. Akan tetapi, ia merasa hilang arah. Cahaya bulan sabit tak mampu memberi penerangan lebih saat itu. Ditambah lagi cahaya sekitar juga minim penerangan.
"Duh, apa aku tersesat, ya?" gumamnya pada diri sendiri seraya mencoba membaca peta yang dibuatkan Selena.
Gadis pemberani itu lalu menemukan sebuah rumah tua dalam hutan itu. Tiba-tiba, gadis itu mendengar suara seseorang menjerit.
Alexandra sempat berpikir kalau ia akan bermalam di rumah itu, tetapi suara itu malah membuatnya tersentak. Gadis itu akhirnya datang menuju ke rumah tua itu untuk mengintip dari jendela.
Betapa terkejutnya gadis itu ketika melihat seorang berjubah hitam itu sedang menyeret seorang pemuda berusia sekitar 15 tahun.
"Apa pemuda itu sudah mati, ya?" gumam Alexandra.
Sesuatu yang mengerikan terjadi, sosok berjubah itu sudah membelah dada si pemuda lalu mengumpulkan organ jantung, hati, ginjal, pankreas yang masih segar dan kedua mata pemuda itu lalu memasukkan ke dalam toples berisi air pengawet.
Alexandra merasa mual dan ingin memuntahkan isi perutnya kala itu. Namun, ia harus tetap tenang dan diam agar tidak ketahuan.
"Apa dia penyihir yang Selena pernah bilang ya, dan dia nantinya akan memakan organ manusia seperti itu?"
Alexandra terus berpikir keras mengenai kejadian yang ia liat
Sosok itu membuang penggalan kepala si pemuda dan isi tubuh tak terpakai ke dalam sebuah tungku. Sosok misterius itu lalu memisahkan bagian tubuh si pemuda dan memotong daging tubuh manusia itu menjadi lebih kecil-kecil dan mengirisnya. Sosok itu hanya bekerja sendirian tetapi rapi, cepat dan cekatan dalam memutilasi tubuh korban.
Alexandra merasa pusing dan hampir limbung melihat kengerian di hadapannya itu.
Akan tetapi, sesuatu menyentak penglihatan gadis itu. Tak ada lagi ia temukan sosok misterius yang ia intip di tempat tadi.
Mendadak sebuah bayangan terlihat di dinding kayu tempat ia mengintip.
"Oh, no… dia ada—"
Tebasan pedang tajam di punggung Alexandra langsung membuatnya berteriak.
Alexandra langsung berbalik badan dan mencoba lari, tetapi sayangnya ia tak dapat melihat jelas wajah sosok berjubah hitam itu. Bau busuk menyeruak kala ia berhadapan dengan si sosok misterius tersebut.
"Apa yang kau lakukan di sini, gadis kecil, apa kau sedang mengamati cara kerjaku?"
Suara berat nan parau terdengar dari sosok itu. Ia menancapkan pedangnya kembali di tubuh Alex bagian depan.
"Aarrgghh!" pekik Alex.
"Sayangnya aku tak suka daging wanita, maka aku akan membunuhmu."
Sosok itu mencengkeram leher Alexandra dan mengangkatnya. Kini, gadis itu dapat melihat wajah menyeramkan di balik tudung hitam itu. Banyak borok dan bisul dengan nanah bercampur darah yang terlihat.
"Makhluk ap-ap-pa kau?"
Alex berusaha melepaskan cengekram sosok berjubah hitam itu.
Napas gadis itu terasa sesak dan sulit rasanya ia mencari oksigen kala itu.
"Kenapa kau berani sekali mengusik pekerjaanku?" ucap sosok itu sambil mencengkeram leher Alexandra yang sedari tadi meronta - ronta.
Gadis itu akhirnya pasrah kala tercekik tak berdaya. Ia tak bisa berpikir bagaimana caranya lepas dari genggaman sosok jahat itu. Apalagi kuku tajam sosok itu menusuk ke permukaan kulit lehernya.
Tiba-tiba, makhluk itu menyeringai dan menjilat darah yang mengucur dari leher Alexandra. Tak berlangsung lama kemudian ia lalu melempar tubuh gadis itu sampai jatuh ke jurang yang berada di belakang rumah kayu itu dengan kekuatan tak terduga.
"Selamat tinggal gadis kecil," lirihnya.
***
Sinar mentari pagi menyilaukan kelopak mata Alexandra yang mulai terbuka perlahan. Tubuhnya berbaring telungkup jala itu.
"Aku ada di mana ini?"
Gadis itu mengamati sekelilingnya.
"Kau sudah bangun rupanya, bagaimana bisa kau hanyut di sungai, Nak?"
Wanita paruh baya berusia kurang lebih 60 tahun itu sedang membersihkan luka di punggung gadis itu.
"Aww!" Pekik Alex.
"Maaf aku tak bermaksud membuatnya lebih sakit. Kenapa kau berpakaian pria padahal kau seorang wanita?" tanya wanita itu.
"A-aku, aku hanya ingin bertahan hidup dari prajurit kerajaan," jawab Alex.
"Hmmm… Aku mengerti jika itu tujuannya. Lalu, kenapa kau bisa hanyut di sungai?"
Alexandra menceritakan sesuatu yang ia lihat semalam dan bagaimana dia hampir mati dibunuh oleh makhluk menyeramkan itu. Namun, sesuatu menyentak wanita paruh baya itu. Luka di punggung Alexandra perlahan menutup tak berbekas.
"Ba-bagaimana, bagaimana bisa lukamu itu menutup sendiri dan tak berbekas?"
"Apa yang Nenek katakan, lukaku menghilang?"
Alexandra mencoba menyentuh punggungnya dan berapa terkejutnya ia kala rasa sakit di tubuhnya itu menghilang.
"Kenapa luka aku menghilang?" tanya Alexandra.
"Apa kau penyihir? Atau kau Lycan?" tanya Nenek itu.
"Penyihir, Lycan? Aku makin tak mengerti, Aku hanyalah manusia biasa dan aku masih tidak tahu bagaimana bisa seperti ini," ucap Alex berusaha meyakinkan.
Suara ketukan terdengar di pintu kayu itu.
"Ibu Rose, paduka raja memanggilmu untuk membawakannya sup daging," ucap pria berpakaian prajurit itu.
"Baiklah, aku segera ke sana."
Setelah mendapat jawaban, pria itu pergi.
"Paduka raja? Apa aku berada di wilayah kerajaan?" tanya Alex.
"Iya, Nak, aku menemukanmu hanyut di sungai dan memutuskan untuk membawa dirimu ke sini. Maaf sebelumnya," ucap wanita bermata hijau itu.
Alexandra menatap tak percaya kalau dia berada di dalam wilayah kerajaan.
"Nek, kau membawaku ke kerajaan ini sama saja bukan menolongmu tetapi malah mau membunuhku," ucap gadis itu bersungut-sungut.
"Panggil saja aku ibu Rose, apa aku terlalu tua sekali sampai kau panggil Nek?"
"Kan kau memang — maaf."
Tatapan tajam wanita paruh baya itu memang terlihat menyeramkan.
"Siapa namamu?"
"Alexandra tapi karena kau menyamar seperti laki-laki, maka panggil saja Alex,"
"Baiklah Alex, aku akan membantu menyembunyikan identitas asli dirimu yang perempuan itu, nanti jika sudah aman aku akan bantu mengeluarkanmu," ucap Alexandra.
Ibu Rose bangkit lalu ke luar dari kamar itu menuju ke kamar paduka raja. Gadis itu mencoba mencari cermin untuk melihat ke arah punggungnya. Bagaimana bisa tebasan benda tajam itu mendadak menghilang.
***
To be continued…
See you next chapter.
They will forget so many good from you but they will remember one mistake from you.*****Alexandra masih berpikir keras bagaimana luka di punggungnya bisa menghilang. Apa karena makhluk mengerikan yang semalam berusaha membunuhnya?"Alex, apa kau mau membantuku di dapur kerajaan?" tanya Ibu Rose."Hah? Kau memintaku untuk memasak?" tanya gadis itu terperanjat tak percaya."Apa kau tak bisa memasak?"
Fight your way then you will feel happy and never regret."Kau pria yang kutemui di sungai Esen, iya kan?" tanya Raja Evander.Duh, sepertinya aku akan dipenjara karena sudah menghinanya dan membicarakan kekejaman dia kala itu.Alexandra berusaha menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya dari tatapan sang raja. Pria itu menyentuh dagu si gadis dan membuatnya mendongak."Benar kan, kau si pemuda yang di sungai dan menumpang padaku menuju pasar," ucap Evander.
Love never wrong even love come in wrong place, wrong time and wrong person. ***** "Aku menemukannya!" Seorang prajurit berseru pada yang lainnya kala melihat sosok Alexandra di dalam hutan tersebut. Gadis itu bangkit dan menghampiri si prajurit. "Kenapa kau di sini?" Prajurit itu menatap Alexandra dengan tatapan tajam. "Aku tersesat saat melihat kelinci yang ingin aku buru tadi," ucapnya berbohong. "Lekas kembali, Yang Mulia mencarimu!"
Love come unpredictable!*****Raja Evander makin tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Baru itu Alexandra mendapati sang raja tertawa dengan sangat lepas. Wajah pria itu semakin terlihat tampan."Ah… manisnya…" ucap Alexandra.Tawa Evander terhenti menjadi tatapan sinis."Apa yang kau katakan barusan?"Pria itu menatap tajam pada gadis di hadapannya.
Every moment has a secret that you don't know and maybe that secret can bring you to the next journey.*****Di dalam sebuah gua dalam kawasan Bukit Dark Hill, seekor naga sedang tertidur di sana. Tubuh besar layaknya kadal besar atau seperti makhluk purba zaman dinosaurus itu menggeliat. Punggung naga itu terdiri dari barisan bagian tubuh layaknya perisai yang rapat. Saking rapatnya, bahkan udara pun tak bisa masuk melewati.Dengusan naga itu terdengar sampai membuat sosok kerdil di sampingnya terbangun dan tersentak dengan gerakan sang naga bernama Ares. Naga terakhir yang ada di kawasan kerajaan Anathema.
Human can be wild like the animal and can be more dangerous than wild animal itself.*****"Tentu saja mereka akan menjualnya, bahkan beberapa di antaranya sampai ke rumah bordir.""Apa? Rumah bordir?"Gadis itu langsung terperanjat dan terlihat cemas. Ia juga mengkhawatirkan Maria, kakaknya Selena."Tuan Daniel, apa kau tau di mana tempat pasar perdagangan budak?" tanya Alexandra.
Kalau Tuhan tidak menjadikan perhambaan dan perbudakan, tentu tidak akan timbul keinginan hendak mengejar kemerdekaan. Memang kalau tiada kesakitan, orang tidak mempunyai keinginan untuk mengejar kesenangan.Oleh itu tidak keterlaluan jika dikatakan bahawa sakit dan pedih adalah tangga menuju kejayaan. (Buya Hamka)***Keesokan harinya, Alexandra nekat menuju pasar budak. Ibu Rose terlihat cemas saat melepas gadis itu."Hati-hati, Nak, banyak orang jahat yang akan kau temui di sana," ucapnya."Tenang saja, Bu, aku akan menjaga dirik
Aku tidak terikat untuk menang, tapi aku terikat untuk benar. Aku tidak terikat untuk berhasil, tapi aku terikat untuk hidup dengan cahaya yang aku miliki. Aku harus berdiri dengan orang-orang yang berdiri dengan benar, dan berdiri di sampingnya ketika ia benar, dan menjadi bagian dirinya ketika ia mulai melakukan kesalahan.(Abraham Lincoln)*****"Hei, anak muda! Apa yang kau lakukan dengan gadis kecilku!"Seorang pria berbadan besar dengan perut buncit itu menunjuk Alexandra dengan teguran kerasnya. Wajah penuh brewok dan jenggot y