Share

Mengambil Kesempatan

Setelah pulang dari Rumah Dilah, Reno merasa kesal. Hatinya hancur karena gagal menikah dengan pujaan hatinya. Reno berjalan mendekati anak buahnya yang seram dan berotot.

"Kalian semua, cari calon istriku sampai ketemu, jika kalian bertemu pemuda yang bersama calon istriku bunuh saja dia," amarah Reno menggelegar. Hatinya hancur, kepalanya mendidih. Ia benar-benar murka pada pemuda yang menculik Dilah.

"Baik Bos," mereka menunduk dan berpencar untuk mencari Dilah.

Reno mengacak-acak rambutnya kesal. Ia menendang angin sangkin kesalnya.

"Lelah sekali aku mencarimu sayang, semoga kau baik-baik saja. Pemuda itu harus mati di tanganku." gumam Reno dengan senyum iblis miliknya.

Reno keluar dari rumah mencari sesorang untuk di bunuh untuk menghilangkan rasa kesal.

"Ini Bos, laki-laki tua yang tak mau membayar utang," lapor anak buah Reno.

Sreeetttt

Reno menyayat laki-laki paruh baya tersebut dengan ganas. Setelah puas membunuh, ia pergi ke tempat hiburan malam untuk mabuk seperti biasanya. Sifat Reno inilah yang membuat Dilah menolak menikah dengan Reno. Reno adalah sosok pria kejam, manja dan bersifat seperti iblis.

"Layani aku!" pintanya kepada wanita-wanita penggoda.

Reno mabuk berat, ia bergumam tak jelas. Wanita-wanita tersebut membawanya ke kamar.

Pagi hari, Reno membayar wanita-wanita tersebut setelah itu ia berlanjut mencari Dilah. Ia menyusuri seluruh lokasi sambil menunjukkan foto calon istrinya. Namun, orang yang ia temui tak mengetahui keberadaan Dilah. Jika pun mereka tahu tentang keberadaan Dilah, mereka tak akan memberi tahu karena pada dasarnya mereka paham jika hidup bersama Reno akan menyakitkan.

"Lihat wanita di foto ini!" bentak Reno pada wanita tua.

"Tidak, Tuan," menggeleng kemudian cepat-cepat pergi.

Semoga wanita tersebut dalam lindungan Allah. Betapa malang nasib wanita itu jika ia bertemu dengan Reno. Doa wanita tua tersebut.

Kemana lagi aku harus mencarimu sayang? Aku akan membalas pemuda yang bersamamu. Jika dia mengambil mahkotamu, aku akan membunuhnya dengan sangat keji, Reno membatin.

Reno pantang menyerah, ia mencari sampai ke berbagai kota. Cintanya kepada Dilah sangat luar biasa besarnya. Sudah sejak lama ia memendam rasa tersebut.

"Bos, Dilah masih belum ditemukan aku sudah mencarinya di bandara tidak ada atas nama Dilah maupun pemuda bernama Ali." ucap anak buahnya gemetaran.

Sreeet!

Reno menyayat anak buahnya tanpa ampun dan ia melangkahi mayat tersebut tanpa dosa. Setelah merasa lelah dengan kerja keras untuk mencari calon istrinya. Akhirnya ia pulang ke rumah dan memecahkan barang-barang di kamarnya.

"Reno, kau sudah gila," kesal ayahnya.

"Ayah, bagaimana aku tidak hancur? Wanita yang paling aku cintai diculik dihari pernikahanku. Bahkan aku belum mengucapkan ijab kabul. Apakah aku tidak pantas menjadi suaminya?" kesal Reno mengacak-acak rambutnya dan memukul dinding.

"Kau sangat pantas sekali Reno, Jangan sakiti dirimu. Kita akan menemukan Dilah secepatnya. Kita punya kekuasaan. Pemuda gila itu pasti akan cepat kita dapatkan dan kita bunuh dia tanpa ampun." ayah Reno memberi penjelasan agar Reno merasa tenang.

"Iya Ayah, aku akan mengulitinya seperti domba yang sudah disembelih." ucap Reno tersenyum iblis.

Reno menelepon anak buahnya dengan amarah yang menggelegar.

"Hallo bodoh, cari Dilah sampai ketemu. Kalian tidak boleh menghadapku kecuali kalian membawa Dilah." teriak Reno marah.

"Baik, Bos."Segera menutup telepon karena begitu ketakutan.

Dilah duduk di sofa membuah semua sepatu tas ke sembarang arah.

"Ikut aku ke kamar!" ujarnya sambil melempar barang-barang miliknya.

"Ikut ke kamar?" Franz benar-benar bingung apa tujuan wanita cantik yang dia culik bukan bukan maksudnya wanita cantik yang menculiknya mengajak Franz ke kamar. Nafas Franz membara, kata-kata Dilah membuatnya berpikiran kotor.

"Tidak mau mengambil kesempatan, kita cuma berdua disini." ucap Dilah tersenyum manis. Dilah beranjak ke kamar diikuti langkah Franz.

"Nona ini tidak benar," ucap Franz takut, ia tak mungkin menyentuh wanita tersebut yang ia inginkan adalah uangnya kembali.

"Apanya yang tidak benar, ayo ke kamar! Kamu mau uangmu kembali tidak?" tanya Dilah mengancam membuat Franz menelan ludah.

"Baiklah jika kau memaksa aku akan melakukannya," ucap Franz bimbang. Hatinya masih sangat takut. Lambaian tangan Dilah menandakan mengajak membuat Franz berjalan perlahan dibelakang Dilah.

"Hei, mengapa buka baju kau sudah gila?" Dilah bertanya sambil mengernyitkan dahi bingung.

"Tapi Nona yang meminta?" tanya yang bingung dibuat anak Menir tersebut.

"Aku bilang mengambil kesempatan maksudnya mengambil kesempatan untuk mengancam ayahku. Yang benar saja aku mengajakmu begituan." tawa Dilah sambil merogoh saku celana Franz.

"Baiklah telepon Ayah!" ucap Dilah setelah menyimpan nomor ayahnya di ponsel Franz.

"Apa ini tidak salah, kau akan merugikan ayahmu sendiri." ucap Franz gugup, hatinya mulai berdebar kencang. Dilah benar-benar menyuruhnya sebagai penculik.

"Cepat telepon ayahku dan minta uang tebusan!" teriak Dilah sambil melotot tajam.

"Baiklah, baiklah," pasrah sudah, Dilah begitu menakutkan dipandang Franz.

Franz menelepon ayah Dilah dengan tujuan meminta uang tebusan. Dengan tangan gemetaran Franz menelepon Menir.

"Hallo," suara Menir mengangkat telepon.

Dilah menatap tajam pada Franz karena Franz belum mau bicara. Karena terus ditatap akhirnya Franz mengeluarkan nafas keras dan berbicara.

"Hallo, aku Ali. Anakmu ada bersamaku." suara kejam Franz yang berpura-pura menjadi penculik yang kejam.

"Ayah, tolong aku Ayah!" teriak Dilah ditelepon Ali. Setelah mengucapkan kata-kata tersebut Dilah tersenyum puas.

"Sabar Nak, Apa kau tidak apa-apa ,Nak? Ayah sangat menghawatirkanmu." ucap Menir cemas mendengar suara anaknya.

Dilah menyenggol Ali dengan tangannya dan mengisyaratkan dari bibirnya agar Franz berkata sesuai ucapan bibirnya tanpa suara.

"Anakmu aman Menir bersamaku, asal secepatnya kau membawa uang 100 juta padaku. Hahaha," ucap Franz seperti iblis. Ia berusaha berakting agar Dilah tak mencubit tubuhnya.

"Baik, baik. Tolong jangan apa-apakan putriku!" suara Menir yang dilanda kecemasan. Dari nadanya ia benar-benar cemas sekali.

"Menir putrimu akan bebas secepatnya temui aku di desa F secepatnya jika kau tak mau maka anakmu habis." ucap Franz seperti iblis. Ia benar-benar pandai memerankan perannya.

"Ayah, berikan dia uangnya Ayah, aku tidak sanggup. Aaaa," teriak Dilah menegangkan yang membuat jantung Menir berdetak kencang seperti mau copot.

"Sayang, ayah akan menyelamatkanmu," teriak  Menir ketakutan.

"Sudah dengar suara anakmu, cepat berikan uang tebusannya!" Franz menutup telepon tanpa mendengar jawaban dari Menir. Ia memegang dadanya dan menghembuskan nafas keras. Jantungnya sudah mau copot karena harus berpura-pura jadi jahat ini jauh dari karakternya.

"Bagus!" senyum Dilah memberikan jempol. Ia tertawa setelah berpura-pura tersakiti.

"Huh! menakutkan," ucap Franz gugup.

"Tenang semua akan baik-baik saja. Kau mendapatkan uang dan aku tidak jadi menikah." Dilah tersenyum misterius.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status