Share

Chapter 10 - The Crazy Girl

This Novel is owned by Ailana Misha

Please, don’t copy and remake!

“Saya bisa saja polisikan anda segera! Now!” kata pria asing itu dengan nada tenang yang tak disukai oleh Dania.

Eh? Ini kenapa pak polisi jadi disangkut-pautin disini? Dania menggerutu dalam hati mengetahui arti kata dari lawan bicaranya. Memangnya salahnya dia apa? Yang mana? Iris hitam milik gadis muda itu membeliak lucu saat pria itu mengatakan akan mempolisikan dirinya.

Seumur-umur Dania Adelaine Sanders menjadi warga negara Australia, berdomisili di Melbourne sebagai kota kelahirannya, ia tak pernah berurusan dengan satupun polisi negara ini. Menghilangkan anak anjing tetangganya dulu saja ia hanya berhadapan dengan security perumahannya. Dia, Dania, lebih sering berurusan dengan Mrs. Jolie, ibu dosen galaknya malah. Duh, lagi-lagi yang ia bahas jadi Mrs. Jolie.

‘Stop it, Dania!’

‘Take a focus!’

Tidak menyukai cara bicara orang itu yang terdengar bossy, Dania yang awalnya ingin meminta maaf berubah haluan, gadis muda itu dengan refleks menaikkan nada bicaranya. Dia bahkan maju selangkah untuk pasang badan menghadapi orang asing yang ada di depannya. Jeanne, sahabatnya yang tomboy itu pernah bercerita apabila orang berlaku kasar kepada seseorang bisa jadi karena orang itu terlihat terlalu lemah dan mudah diperlakukan buruk oleh orang lain.

Dania tak mau diperlakukan buruk hanya karena ada hardikan milik pria asing itu, dia juga tidak mau dimasukkan ke dalam penjara dengan tuduhan paling konyol sepanjang sejarah kriminal kota Melbourne, menumpahkan hot chocolate milkshake! Maka dari itu, Dania berpura-pura sok berani sekarang, padahal aslinya Dania mah penakut dan menciut kalau urusan hukum dan pihak berwajib.

“Tuan, sini saya luruskan, salah saya apa tuan? Mengotori baju seseorang bukan suatu tindakan kriminal?” Dania berfikir sebentar, “Err- Kecuali baju anda seharga mobil tentunya.”

Saat mata beriris hitam milik gadis itu tertuju pada setelan suit milik pria itu, Dania menelan ludahnya dengan sekali tegukan. Ya ampun, itu bukannya setelan jas Dior yang baru launching itu, yang dipakai oleh Sehun Oh sebagai musenya. Setelan pakaian kantor paling mahal yang keluar bulan Oktober kemarin? Bisa-bisa beneran seharga mobil semua pakaian orang itu jika ditambah jam tangan silvernya, begitu pikir Dania dalam hati.

“Anak muda sekarang, kalau dinasehati ada saja sanggahannya. Gadis yang tidak tahu sopan santun.”

Tidak punya manner sama sekali! Apa saja yang telah diajarkan oleh orang tua gadis itu kepada putrinya? Pria itu berkata dengan suara desisan, seakan gadis yang ada di depannya adalah kuman, si mikroba kecil. Dulu Dania pernah ingin jadi amoeba yang membelah diri saja di mata pelajaran Mrs. Rose Jolie, dan sekarang dia sungguhan dianggap kuman oleh seseorang. Keinginan gadis muda itu terkabul dengan jalur sangat express.

Pria itu masih menatap kesal ke arah gadis itu, lalu beralih ke arah lengannya yang basah. Kulit dan lengan kain kemejanya terasa lengket mengingat ia terkena tumpahan minuman manis yang ia belum bisa kenali. Sebenarnya apa yang baru saja diminum oleh gadis itu? Ekor matanya lalu memicing kembali ke arah gadis di depannya, gadis bodoh yang tak mau mengakui kesalahannya.

“Kayak anda punya sopan santun saja?” gerutu Dania ingin mencaci maki. Jujur saja ya, Dania kesal jika dirinya disebut tidak tahu sopan santun. Begini-begini ia anak kesayangan mamanya. Apa kata mamanya jika beliau sampai tahu akan hal ini?

“Kamu bilang saya apa?” tanya laki-laki itu terus terang.

“Saya tidak bilang apa-apa,” elak Dania. Gadis itu tak tahu kalau pria di depannya itu sempat mendengar ucapannya dengan jelas tadi. Bukan sempat, tetapi memang mendengarnya.

“Kamu tadi bilang sesuatu.”

“Tidak, saya tidak bilang apapun. Anda pasti sedang berimajinasi.” Dania kekeh tidak mau mengaku, dan tidak mau dituntut.

You say that you’ve said nothing. Kamu pikir saya tuli?”

Si pria asing sudah kehilangan rasa sabarnya. Sejak pagi tadi dia telah sibuk, banyak sekali hal yang harus ia kerjakan di perusahaannya. Ia tidak berharap akan menghabiskan waktunya dengan sesuatu hal yang sia-sia, yang membuang waktunya. Namun kejadian kecil di luar jadwal super padatnya malam ini mengapa jadi menyia-nyiakan waktunya sekali.

Bertemu dengan gadis gila yang sangat aneh ini contohnya?

“Kok anda memaksa sih, saya bisa lho melaporkan anda ke polisi jika seperti ini?”

Dania berubah cemberut dengan memasang wajah masam. Jika melihat raut muka Dania, orang lain pasti mengira dialah yang korban disini. Andai Jeanne dan Angela ada disana, mereka berdua pasti sudah sangat malu melihat tingkah labil sahabatnya itu. Mungkin hanya Kevin seorang yang akan membiarkan Dania bersikap bodoh dan konyol seperti ini. Bagi Kevin, berani kotor itu baik, dan untuk kasus Dania, taglinenya diganti berani konyol itu baik.

“How can I meet a crazy girl like you here? How can?” tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri.

“Huh? Apa sih? Ngomong apa sih?” Dania berseru tidak mengerti. Pria itu berbicara dengan suara rendah yang Dania tidak dapat dengar dengan jelas.

“Ok, nona.... Sampai disini, I assume our case is over. Tolong, kita jangan sampai bertemu kembali.”

Pria itu langsung pergi, meninggalkan Dania yang terbengong-bengong sendiri. Dia berjalan menjauhi jalan dimana WISE Employment Melboune CBD berada. Sepatu mahalnya mengeluarkan suara langkah rendah saat bertemu dengan permukaan rata bahu jalan. Yang dapat dipikirkan oleh pria itu adalah, ia harus lekas pergi dari tempat dimana gadis gila itu berada.

Tepat di bawah lampu jalan yang menyala, seorang wanita cantik menunggu pria itu di samping mobil bermerk Mercedez-Benz tipe S Class. Saat melihat kedatangannya, wanita itu langsung tegap berdiri dari tempatnya bersandar tadi. Sebuah tas Hermes bewarna cokelat tua menggantung di lengannya.

Where have you been? Mengapa mobilmu kamu tinggalkan begitu saja disini?” kicau wanita yang memakai blazer bewarna peach itu, dari nadanya wanita itu terlihat khawatir.

“Kamu belum pulang?” tanya pria itu pelan, menyadari jika lawan bicaranya seharusnya tidak disana di jam sekarang.

“Belum, aku menunggu supirku. And then I’ve seen your car here, dengan pemiliknya yang pergi entah kemana,” Perempuan itu tersenyum kecil, lipstick bewarna magenta pucat terpulas cantik di bibirnya. Wanita itu terlihat masih semuran dengan pria yang baru saja datang tadi.

“Habis dari mana kamu memangnya?” Wanita itu mengulang lagi pertanyaannya.

“Hemm, tadi aku baru bertemu dengan anak dari teman papaku, lalu..” ucapannya menggantung, “Sialnya malah ketemu dengan satu gadis gila disini.”

Perempuan cantik itu terdengar bingung dengan arah pembicaraan pria itu. Mana ada orang gila di lingkungan eksklusif seperti ini. Namun saat pria itu melepas jas Diornya, lalu menggulung lengan kemeja putihnya. Manik mata perempuan itu nampak terkejut.

“Apa yang terjadi dengan pakaianmu, Aiden? What have you done?” pekiknya sambil mendongak ke atas, melihat wajah pria yang tingginya melebihi dirinya belasan sentimeter itu. Pria yang tidak lain merupakan Aiden William Weygandt itu memang sangat tinggi, dengan kaki yang begitu jenjang.

“Akibat bertemu dengan gadis gila. Mau bagaimana lagi?” Aiden mengedikkan bahunya, seakan sudah pasrah, “Jangan sampai aku bertemu gadis itu lagi.”

“Apa? Gadis gila?” ulang wanita itu, seakan tertarik dengan topik bahasan yang dilontarkan oleh seorang Aiden William Weygandt. Hanya sayangnya pewaris Shark Weygandt Group itu tak ingin membahas ‘Si gadis gila’ lebih banyak lagi. Cukup sampai disini.

“Ayo masuk mobilku, aku antar kamu pulang, Lois.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status