Share

Pendekar Mayat Bertuah.
Pendekar Mayat Bertuah.
Penulis: Mas_Hudi_6902

Eyang Reksa Jagad

"Bisawara ..." panggil Eyang Reksa.

"Iya Eyang," sahut Biswara sambil bergegas menghampiri Eyang Reksa.

"Ada apa Eyang?"

"Kemarilah ada yang ingin eyang sampaikan kepadamu," ujar Eyang Reksa.

Lalu Biswara pun duduk bersimpuh di depan Eyangnya itu.

"Duduk bersila jangan bersimpuh seperti itu!" seru Eyang Reksa. 

"Seperti yang eyang janjikan dulu.. bahwa kamu akan Eyang beri batu mustika "Pager Rogo" dan saat ini sudah tiba waktunya kamu untuk menerimanya," ujar Eyang sambil menatap cucunya itu.

"Apa kegunaan mustika itu Eyang?" tanya Biswara. 

"Sesuai namanya, batu ini akan memberi perlindungan kepadamu dari orang-orang yang hendak berbuat jahat." 

"Dan dengan kekuatan batu ini pula kamu akan bisa membuka pintu Goa tempat jasad Eyang nanti."

"Ingat pesan eyang cucuku, setelah Eyang nanti meninggal hanya kamulah yang bisa mengunjungi jasad Eyang, nanti jasad eyang akan berada di sebuah Goa yang berada lereng gunung Arga Pura itu," ucap pertapa sakti yang bernama Eyang Reksa. 

"Apakah secepat ini Eyang akan meninggalkan aku?" tanya Biswara sambil menatap laki-laki tua yang ada di depannya itu. 

"Jatah umur Eyang sudah habis cucuku, namun meski begitu jasad Eyang nanti tidak akan pernah membusuk, Eyang akan melepaskan nyawa ini di dalam Goa di lereng gunung Arga Pura itu." 

"Baiklah Eyang," jawab pemuda cacat yang memiliki nama Biswara itu. 

"Kamu tidak perlu takut jika ada orang yang hendak berbuat jahat kepadamu, selama batu yang akan Eyang berikan ini tetap berada di dalam tubuhmu." 

Lalu Eyang Reksa pun duduk bersila berhadapan dengan Biswara. 

Sesaat kemudian nampak Eyang Reksa memejamkan kedua mata dengan telapak tangan mengepal di atas kedua lututnya sambil mulut komat-kamit membaca mantra. 

Seiring dengan berhentinya mulut eyang, tiba-tiba keluar asap dan sinar kuning kemerah-merahan dari kedua telapak tangannya yang masih mengepal itu. 

Semakin lama asap yang keluar itu semakin tebal hingga sinar yang memancar dari kepalan tangan itupun tidak bisa jelas menerangi. 

Saking pekatnya asap itu Biswara yang duduk berhadapan itupun tidak lagi bisa melihat Eyangnya tersebut. 

Namun meski ruangan rumah kayu itu penuh dengan asap, tetapi Biswara tidak merasakan pengap apalagi sesak, tidak sama sekali, justru Biswara mencium aroma harum disertai udara yang terasa dingin sejuk. 

Sejurus kemudian terdengar dari mulut Eyang Reksa suara seperti orang yang mengeluarkan kekuatan dari dalam tubuhnya. 

"Hep! Hiaah ..." 

Bersamaan dengan itu tiba-tiba asap yang menyelimuti ruangan itu berangsur-angsur hilang, dan sinar yang keluar dari kepalan tangan Eyang Reksa pun perlahan berubah menjadi putih kebiru-biruan. 

Begitu ruangan itu telah menjadi terang Biswara melihat telapak tangan kanan Eyang Reksa diangkat ke atas seperti menggenggam sesuatu dengan telapak tangan kiri didekapkan ke dada.

"Buka bajumu Nak dan kemarilah agak mendekat ke Eyang," pinta Eyang Reksa

"Baik Eyang," nampak Biswara pun segera menanggalkan bajunya dan langsung menggeser duduknya itu kedepan hingga lututnya menempel dengan lutut Eyang Reksa. 

Lalu dengan perlahan Eyang Reksa menurunkan kepalan tangannya itu dan langsung menempelkan dengan sedikit menepukkan ke dada Biswara, "Hepp!".

Biswara pun merasakan seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam dadanya, dan sesudah itu dia merasakan tubuhnya terasa lebih ringan dan lebih segar bugar. 

"Saat ini di dalam tubuhmu sudah bersarang batu mustika putih "Pager Rogo" yang akan memberimu kekuatan dan melindungimu dari orang yang hendak berbuat jahat."

"Meskipun begitu Eyang tidak menghendaki kamu menjadi seorang pendekar, jika tidak dirasa perlu, jangan sekali-kali kamu bertarung kecuali hanya untuk melindungi diri saja, tetap lah kamu tinggal disini." 

"Pada saatnya nanti akan banyak orang yang menginginkan jasad Eyang untuk dijadikan sebagai kekuatan."

"Karena barang siapa yang bisa memiliki jasad Eyang dia akan memiliki kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh pendekar manapun kecuali kamu." 

"Dan pada saatnya kelak, kamu pun juga harus menyerahkan batu mustika putih itu kepada orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi pendekar penumpas kejahatan di muka bumi ini, dan pendekar itulah yang selayaknya mendapatkan jasad Eyang nanti."

"Siapakah kiranya pendekar itu Eyang?" tanya Biswara. 

"Belum saatnya kamu tahu sekarang, yang menjadi tugas kamu adalah menjaga Goa itu dari tangan-tangan jahat yang hendak mencuri jasad Eyang."

"Baiklah Eyang, akan selalu saya ingat pesan Eyang," balas pemuda berumur delapan belas tahun itu. 

"Kalau begitu Eyang akan pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik," ujar Eyang Reksa sambil menepuk-nepuk pundak Biswara sebelum akhirnya pergi meninggalkannya. 

Wusss ...!!! 

Secepat kilat tubuh Eyang Reksa pun menghilang tertutup kabut yang menyelimuti kaki gunung Argapura itu.

Biswara berdiri memandang ke arah Eyangnya pergi, lalu sesaat kemudian dia pun kembali masuk ke dalam rumah. 

Sementara itu setibanya di mulut Goa tiba-tiba ada sekelebat tiga bayangan manusia yang menghantam tubuh Eyang Reksa. 

"Hep, hiak..hiak..hiak!" Sergap tiga bayangan itu menghantam tubuh Eyang Reksa secara beruntun, meskipun sempat terhempas dan terjatuh Eyang Reksa pun segera bangkit. 

"Hahaha ... mau pergi ke mana kau Reksa?" tegur salah seorang dari tiga pendekar aliran hitam itu. 

"Mau apa lagi mencari aku? Apa kamu belum merasa cukup dengan kekalahan yang kau derita kemarin?" tanya Eyang Reksa sambil memandang ketiga pria yang ada di depannya itu. 

"Cuih! Bedebah! Jangan sombong kau Reksa! Kemarin kamu boleh mengalahkan aku tapi tidak untuk saat ini!" sergah pendekar yang berjuluk Bagaspati itu. 

"Eh, eh, eh, eh, memang apa bedanya kamu yang sekarang dengan yang kemaren? Apa karena kamu sekarang bertiga?"

"Hey Reksa Jagat! Jangan kau kira kedatanganku ini untuk membantu Bagaspati dalam menghadapimu, kami berdua kesini karena ingin membalas kematian guruku," sahut pendekar yang bernama Kolonyowo itu. 

"Benar, selama kita belum bisa membawa kepalamu ke pusara Eyang Guru Gundala Sakti kita tidak akan pernah kembali, lebih baik kami mati dari pada hidup dengan menanggung dendam!!" timpal Jakawulung

"Oh begitu, bagus.. aku hargai keberanian dan pengorbanan kalian untuk guru kalian itu, dan dengan berkumpulnya kalian bertiga disini, itu akan lebih memudahkan bagiku untuk menghantarkan kalian menyusul mereka," timpal Eyang Reksa dengan tenangnya. 

"Keparat jaga ucapanmu itu dan terimalah ini hiak ...!" serang Jakawulung dengan brutalnya. 

Meski mendapat serangan secara tiba-tiba dan brutal namun dengan mudahnya Eyang Reksa menghindar, dan nampak disini kesakitan Eyang Reksa jauh diatas lawannya itu. 

Melihat Jakawulung seperti diremehkan oleh Eyang Reksa Jagat, Bagaspati dan Kolonyowo pun tidak tinggal diam mereka berdua pun langsung ikut menyerang. 

Setelah mendapatkan tambahan lawan, Eyang Reksa yang semula meladeni Jakawulung dengan berdiri kini malah mengambil posisi duduk dengan menggunakan tongkatnya sebagai tunggangan. 

Dan anehnya lagi tubuh Eyang Reksa mulai pinggang ke atas bisa berputar tiga ratus enam puluh derajat laksana sebuah Kincir angin yang bisa berubah arah putarnya sesuai arah angin yang meniup. 

Sehingga meskipun dia dikepung oleh tiga pendekar sekaligus namun sedikitpun serangan yang mereka lancarkan itu bisa mengenai dirinya dan bahkan selalu bisa ditangkisnya dengan mudah. 

Melihat keanehan gerak tubuh Eyang Reksa itu Jakawulung nampak mundur sedikit untuk mengambil jarak, lalu setelah dirasa tepat waktunya dia pun bergerak merendah sambil mensleding tongkat yang diduduki oleh Eyang Reksa itu. 

Heppp!

Ssttt! 

Kontan saja karena saking kerasnya gerakan sleding dari Jakawulung itu maka tongkat itupun terpental dan langsung patah. 

Setelah tongkat yang didudukinya itu patah, bukannya jatuh atau ikutan terpental tubuh Eyang Reksa malah terbang ke atas dengan posisi masih duduk bersila. 

Setelah merasa serangannya belum bisa melumpuhkan lawannya, yaitu si pertapa sakti Eyang Reksa Jagat, ketiga pendekar itupun nampak menghentikan sejenak serangannya. 

Mereka terlihat seperti merencanakan sesuatu kepada eyang Reksa Jagat.

Bersambung ... 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ady Lazuardy
Seharus nya ada pemberitahuan dong. Jangan main ilang2 aja.
goodnovel comment avatar
Mas Hudi
Sepurane .. karang yo nyambi lho leek ...
goodnovel comment avatar
Ady Lazuardy
Apakah penulis ini masih hidup,kalau memang sudah tiada kenapa goodnovel masih mempertahankan tulisan yang tidak pernah tamat,bukankah ini nama nya penipuan bagi pmbaca yang membeli coin yang juga tidak murah harga nya tapi akhir nya kecewa karena membaca tulisan yang tidak lengkap.?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status