“Gue pernah denger gosip. Banyak cewek yang rela buat jalan sama dia, terus ya gitu menggoda dia buat tidur sama dia. Tapi DITOLAK SEMUA!” ucap Nurri dengan penekanan.
“UHUK … UHUK.” Elaine terbatuk, dia tersedak mie ayam yang sedang dia makan. Karena dia terkjeut dengan ucapan yang baru saja dia dengar, dari gadis yang duduk di sampingnya itu.
Veni yang melihat Elaine tersedak langsung panik dan memberikan minum pada temannya itu. Sedangkan Timmi dan Nurri, mereka terkejut dan langsung terdiam tak melanjutkan lagi pembicaraannya.
“Lo kenapa?” tanya Veni khawatir.
Elaine masih meneguk air pemberian Veni. “Duh … keselek,” jawabnya. “UHUK.” Dia terbatuk lagi. Tenggorokannya kini terasa tidak enak sekali, seperti ada sesuatu yang mengganjal.
“Kenapa sih bisa keselek, macem bocah aja,” keluh Veni.
Elaine merasa sedang diperhatikan oleh dua orang yang sedang dud
“Kak, kakak ada kelas lagi habis ini?” tanya Veni ketika pembagian kelompok selesai.“Ada, kenapa?” balas Darell.“Oh, kalau gitu kita bahas untuk materinya nanti ya. Kita coba cari jadwal yang sama-sama kosong. Sekarang saya boleh minta nomor kakak?” tanya Veni dengan sopan. Dia masih tidak tahu sifat Darell seperti apa, jadi dia berbicara secara formal.“Mana handphone lo?” pinta Darell. Sejurus kemudian Veni memberikan ponselnya pada laki-laki tampan itu. Darell langsung memencet layar ponsel milik Veni dan menyimpan nomornya, kemudian memberikan pada Veni. “Nih, nanti calling aja. Btw, ngomongnya santai aja. Pake gue lo juga nggak papa. Sesantainya lo aja,” ucap Darell yang kemudian beranjak dari kursinya.“Oh, oke kalau gitu, Kak,” balas Veni senang. Ternyata anaknya slow juga, nggak kaku dan senioritas.“Yuk ah, gue pamit dulu,” ucapnya dan k
“Kenapa nggak lo aja yang nolongin dan nyamperin dia sih, Rell?” tanya Ghaida kepada laki-laki yang sedang bersamanya itu.Ternyata laki-laki yang meminta Ghaida untuk menyelamatkan Elaine adalah Darell. Ketika dia sedang duduk di selasar FEB, matanya menemukan Elaine yang ditarik paksa oleh seorang laki-laki. Dia bisa melihat bahwa gadis itu tidak suka. Namun apa daya, Elaine terlihat tak bisa melawan.“Gue? Kalau gue yang nyamperin, lo bisa nanggung kalau dia baper sama gue? Dia anak Manajemen 31, sekelas sama gue di matkul Pak Dzul. Kalau dia baper gimana? Lo tau kan, cewek nggak bisa dibaikin sedikit sama cowok. Apalagi cowok ganteng kayak gue,” jawab Darell. Padahal dia tidak Elaine menjadi curiga, bahwa sebenarnya Darell tak sanggup berpura-pura tak mengenal Elaine.Kenangan malam itu selalu muncul di benaknya. Darell sangat menikmatinya, tapi tidak dengan lawan mainnya. Itu merupakan pengalaman pertama, ketika sang wanita tak memba
“Oh iya. Gak usah di bawa pulang kali ya. Ini gue kenalin sekarang. Namaya Darell, dan ini cowok gue,” ucap Elaine angkuh.DUAR!Tiba-tiba Darell dikagetkan dengan ucapan Elaine untuk kali kedua. Pertama, jelas saja saat dia meminta untuk tidur bersamanya. Kedua, ya saat ini! Yang dengan secara tiba-tiba dia meperkenalkan Darell sebagai pacaranya pada kedua orang peremuan yang Darell tak tahu mereka siapa.“Hah? Masa cowok seganteng ini mau sama lo sih, Laine?” cibir Elsa. Jujur dari raut wajahnya, Elsa benar-benar tak percaya dengan ucapan Elaine. “Hei! Lo bener pacarnya Elaine?” tanya Elsa pada Darell.Darell masih melongo. Dia benar-benar merasa bingung dengan ini semua. Sebenarnya ada apa ini?“Bilang iya aja, nggak usah malu.” Tiba-tiba Elaine menggandeng tangan Darell. Wajahnya mendongak menatap laki-laki itu. Kemudian dia mengedipkan sebelah matanya, mengirimkan sinyal pada Darell.
Darell melangkahkan kakinya keluar dari fakultas. Rencananya dia akan nongkrong bareng Valen dan Kale. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti, ketika melihat seorang gadis yang tak asing di matanya sedang ditarik paksa oleh seorang laki-laki.Darell memfokuskan matanya pada objek yang sedang dia pindai. Kemudian dia mendapati laki-laki yang menarik gadis itu adalah laki-laki yang beberapa hari lalu juga melakukan hal yang sama pada sang gadis. Merasa ada yang tidak beres, Darell mencoba mengikuti mereka. Entah kenapa cowok ini tiba-tiba ingin tahu dengan urusan orang lain. Intinya sih, ini perintah dari hatinya.“Apa sih?” ucap sang gadis. Darell mengintip sepasang manusia yang tadi dia buntuti. Gadis itu terlihat sangat emosi pada sang laki-laki. Nada bicaranya sudah meninggi dari tadi.“Jangan ke PD-an! Plis Tirta, gue udah nggak ada rasa sama lo lagi. Udah sana lo fokus sama Elsa. Bahagiakan dia, jangan sampe lo bikin dia sakit hati. Apa
Satu hari sebelumnya...Sepulang dari mengantar Elaine ke kosannya pasca membeli buku, Darell langsung pulang ke apartemennya. Karena lapar dia mencoba memasak makanan yang tersedia di kulkasnya. Tadi sepulang dari membeli buku, Elaine enggan untuk makan siang terlebih dahulu. Jadi terpaksa Darell juga menunda rasa laparnya.“Itu cewek kenapa sih? Random banget sumpah. Nggak pernah godain gue, tapi dia malah bilang ke orang lain kalau gue pacarnya?” ucap Darell disela-sela makan siangnya. Dia sedang bertanya pada dirinya sendiri.Kemudian dia teringat momen ketika gadis itu mengajaknya tidur. “Itu termasuk godain gue nggak sih?” gumamnya bingung. “Kayaknya iya. Tapi … kenapa dia bilang untuk nggak saling kenal kalau ketemu lagi. Itu cewek kenapa sih?” Lagi-lagi, Darell mulai penasaran dengan Elaine.Laki-laki itu mencoba menghabiskan makanan yang ada pada piringnya. Setelah itu dia meraih ponselnya untuk
Dengan sigap Darell meraih tangan Elaine. Gadis itu menundukkan pandangannya, enggan menatap mata coklat Darell.“Lo mau kemana? Pembicaraan kita belum selesai!” tegur Darell pada sang gadis.“Mau pulang,” jawabnya polos. Nada bicaranya mulai bergetar. Elaine merasa kesal sekaligus takut. Kenapa tiba-tiba laki-laki ini meminta hal yang sebenarnya tak bisa dilakukan oleh Elaine.Apa ini hukuman untuknya? Karena dia melakukan sebuah pelampiasan yang salah. Ah, benar ini adalah sebuh hukuman. Tuhan maafkan kesalahan Elaine. Dia hanya bisa merengek dalam hatinya.“Terus pembicaraan kita bagaimana?” tanya Darell dengan nada sedikit kecewa.Elaine hanya bisa mengigit bibirnya. Dia tidak mau jadi teman tidurnya Darell. Alasannya? Karena Elaine tak menyukai Darell. Malam itu Elaine hanya mencari sebuah pelampiasan yang sebenarnya salah.Jujur saat itu Elaine sedang kalut, dia tidak bisa berpikir jernih. Dalam hati
BIP.Ponsel Darell berbunyi. Dia langsung mengecek pesan yang baru saja masuk.From Elaine:Besok bisa ketemu? Ada yang mau gue omongin, perihal obrolan kita tempo hari.“Ck.” Darell berdecak kemudian dia menyeringai, senang. Tak butuh waktu satu minggu ternyata gadis itu sudah menghubunginya.“Kenapa lo senyum-senyum gitu? Di gombalin cewek lagi ya? Cewek mana sekarang?” tanya Kale pada sahabatnya. Di antara mereka bertiga, Darell lah yang ponselnya tak pernah sepi.“Nggak kok, bukan apa-apa,” elak Darell. Dia enggan menceritakan hal ini pada sahabatnya.“Btw, Valen. Kenapa lo nggak lanjut sama Grace? Kan doi tipe lo,” tanya Darell. Seingatnya dia belum pernah menanyakan hal ini pada sahabatnya itu.“Grace tipe gue. Tapi kayaknya gue bukan tipe Grace,” jawab Valen jujur. Memang selepas kencan buta itu mereka masih berhubungan by chat. Namun beberapa minggu kemudian Gr
Sepanjang jalan pulang, Elaine merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia bisa sebodoh ini? Memang dari awal dia sudah salah, Elaine sadar akan kesalahannya itu. Tapi kenapa dia malah memperkeruh suasana? Kini antara pikiran dan hati Elaine tidak sinkron.‘Elaine ingat, teman tidur!’Dia membenturkan kepalanya pada kasur beberapa kali. Saat ini dia merasa sama berengseknya dengan Tirta dan Elsa. Malah dia merasa dirinya lebih rendah dari Elsa. Kenapa dia mau untuk menyerahkan tubuhnya pada Darell, laki-laki yang baru saja dia kenal?Tapi ... jika Elaine memikirkan alasan kenapa dia melakukan hal seperti ini. Dia langsung memikirkan kedua orang itu, semua berawal dari Tirta dan Elsa. Mereka berdua lah yang membuat Elaine menjadi brengsek seperti ini.Elaine menghela nafas kencang. Ia merasakan pusing di puncak kepalanya. Gadis itu memutuskan untuk memejamkan mata, dan mengatur nafasnya agar dirinya bisa tenang. Tak lama kemudian Elaine mulai terlelap