"Jangan sakiti Mamih!" Teriak Basti sambil melempar barang di meja rias ke arah laki-laki yang sedang menindih sang Mamih.
"Wah, jagoannya Jonas sudah datang. Hai jagoan, Om tidak akan menyakiti Mamih kamu kok. Om mau buat Mamih kamu enak," Aldri menyeringai mesum.
"Diam kamu Aldri!" Teriak Helen. Pandangan wanita itu kini beralih ke arah sang anak. "Basti keluar! Keluar kata Mamih!" Perintah Helen masih dengan suaranya yang lantang. Saat itu, Helen tidak bisa berkutik karena tubuhnya di kunci dengan sangat kuat oleh Aldri, sang mantan kekasih yang kini menjadi selingkuhannya.
Aldri tersenyum sinis lalu mencium paksa bibir Helen di depan Basti dengan penuh gairah. Saat dia melirik ke arah pintu, Basti sudah tidak ada di sana. Tampaknya bocah kecil itu sadar kalau usahanya menolong sang Mamih hanya akan berakhir sia-sia.
Sepeninggal Basti, Aldri semakin menggila di tempat tidur. Dia terus mencumbui Helen bagai seorang singa yang lapar. Bahkan rintihan wanita itu tak sama sekali dihiraukannya.
"Kamu tidak akan pernah bisa menghindariku lagi Helen! Ingat, kartu matimu ada ditanganku. Bukankah selama ini kita saling mencintai? Aku hanya ingin kamu merayu Jonas untuk mengalihkan seluruh hartanya kepadamu, lalu kita akan hidup bahagia bersama. Bukankah itu rencana kita sejak awal? Tapi kenapa sekarang sikapmu berubah? Kamu bahkan lebih sering membela Jonas? Apa mungkin hatimu sudah berpindah pada Jonas?" tutur Aldri panjang lebar. Napas lelaki itu kian memburu.
Helen hanya diam meski tubuhnya masih tetap meronta-ronta.
Aldri memperkuat cengkramannya pada ke dua pergelangan tangan Helen.
"Aku tak akan melepaskanmu begitu saja. Aku sudah menunggu terlalu lama untuk bisa mewujudkan semua impian kita sejak awal. Mungkin jika kamu tidak di jodohkan dengan Jonas, kita sudah bahagia sekarang! Semua ini tidak perlu terjadikan?"
Ancaman Aldri membuat seorang Helen kian di rundung perasaan cemas luar biasa. Wanita bergaun tidur itu mulai menangis. "Aldri, aku mohon, lepaskan aku. Lupakan aku Aldri. Lupakan semua rencana kita dulu. Jonas sudah begitu baik padaku selama ini. Aku tidak mau mengkhianatinya lebih jauh lagi. Tolong Aldri, kamu bisa mencari wanita lain yang bisa mencintaimu dengan tulus. Tolong jangan ganggu aku lagi" mohon Helen dalam tangisnya yang terdengar pilu.
Sayangnya, Aldri sudah tidak perduli.
Walau kenyataannya Aldri sangat mencintai Helen, namun rasa kecewanya pada Helen yang sudah mangkir dari semua janji dan kesepakatan mereka untuk menghancurkan Jonas justru lebih mendominasi atas apapun juga.
Bagaimanapun, Jonas sudah merebut Helen darinya dan Aldri tidak terima.
"Maafkan aku Helen, aku tidak menginginkan wanita lain lagi selain dirimu. Ayolah, aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu. Aku sangat merindukanmu Helen. Sejak Jonas di penjara, lalu kamu melahirkan, kita tidak pernah berhubungan lagikan?"
Aldri hendak menuntaskan niatnya untuk menyetubuhi Helen ketika sesuatu tiba-tiba saja terjadi.
Srettttt!
"Argh!"
Aldri berteriak kencang saat tiba-tiba tangannya seperti di cincang sesuatu.
Darah segar menetes bersamaan dengan nyeri luar biasa akibat sayatan benda tajam pada lengannya. Dan mereka jadi terperanjat saat melihat Basti, si bocah laki-laki yang baru berumur enam tahun itu, berdiri tak jauh dari mereka dengan sebuah pisau di tangannya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Raline Septia Wulandari binti Ibnu Jamil dengan maskawin tersebut, tunai." "Bagaimana saksi? Sah?" "Sah!" "Sah!" "Alhamdulillah..." Seluruh keluarga dan tamu undangan di ruangan itu menyeru kalimat Hamdalah secara bersamaan. Acara ijab dan kabul itu pun di tutup dengan doa bersama yang di pimpin oleh bapak penghulu dan di iringi kata Amin oleh para hadirin sekalian. Kini, waktunya pengantin di sandingkan di atas pelaminan karena acara selanjutnya adalah acara resepsi. Keluarga Bapak Ibnu Jamil dan Ibu Rani Kalila selaku orang tua dari mempelai wanita terlihat duduk menemani putri tercinta mereka di atas pelaminan. Mereka ikut menyambut para tamu undangan yang hendak bersalaman dengan ke dua mempelai. Beberapa ibu komplek perumahan seberang tampak berkumpul di tengah-tengah para tamu undangan. Mereka tampak bercakap-cakap santai. "Nggak nyangka ya si Raline, bisa nikah sama
Malam ini cuaca sedikit mendung. Tak ada satu pun bintang yang muncul. Awan hitam itu begitu pekat menggulung di angkasa. Berjalan pelan dan berarak tanpa sedikit pun perduli, bahwa kehadiran mereka telah menjadi penghalang bagi bulan dan bintang untuk saling melepas rindu.Sudah hampir setengah jam berlalu, Raline masih asik bergumul dengan lamunannya. Menatap langit melalui jendela kamarnya.Satu hal yang menjadi kebiasaan Raline sejak kecil, yaitu termenung sendirian menatap ke arah langit dalam waktu yang bisa di bilang cukup lama. Berjuta beban pikirannya seolah berkurang saat dia melakukan hal itu. Tapi sayangnya, malam ini Raline tak merasakan apapun. Bahkan setelah kepalanya hampir pegal karena terus menerus menatap ke arah langit.Luka batin di dalam dirinya masih saja menggelayut dan berdenyut.Raline beranjak dari sisi jendela kamarnya, dia menghela napas berat lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar.Sebuah kamar kec
Hari ini nasib Basti tak jauh lebih sial dengan Raline. Mereka sama-sama pergi mencari pekerjaan, tapi sama-sama gagal.Hanya saja Raline pulang lebih awal dari pada Basti yang pulang setelah jam makan malam sudah lewat.Basti terlihat kusut malam ini. Dia pulang dalam keadaan yang cukup memprihatinkan setelah tadi sempat terkena sasaran amukan seorang pengendara bermotor yang kesal padanya karena menyeberang jalan sambil melamun.Alhasil, dia mendapat tanda mata dari si pengendara motor berupa bogem mentah di pelipis kirinya."Ya ampun Bas, pipi kamu kenapa biru begini?" tanya Rani yang langsung berhambur ke arah Basti saat menantunya itu muncul dari balik pintu.
Keesokan harinya, Basti memutuskan untuk pergi ke luar kota. Setelah semalam, dirinya dan Raline sudah membuat kesepakatan bersama.Meski setelahnya Basti menyesali kesepakatan itu.Basti tidak memiliki pilihan lain. Jika itu satu-satunya jalan keluar yang terbaik bagi Raline, Basti tidak bisa berbuat apa-apa. Bukankah tujuan Basti adalah membahagiakan Raline?Jika dengan menjauh dari hadapan Raline bisa membuat Raline bahagia, maka Basti akan melakukannya. Walau dia sendiri belum yakin dengan apa yang akan dia lakukan di Makassar nanti, karena sebelumnya Basti memang belum pernah ke sana. Dan alasan yang membuat Basti memilih Makassar sebagai tujuan persinggahannya, karena di sana dia memiliki kerabat yang bisa dia jadikan tumpuan hidup, sebelum dia benar-benar m
"Ini, Bu rumahnya," beritahu Hans pada sang majikan. "Saya masuk duluan ya, Bu?" ucap lelaki itu lagi.Setelah mendapat komando,Hans keluar dari dalam mobil dinas yang dikendarainya. Sebuah mobil dinas milik seorang wanita paruh baya berparas cantik yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI. Hans melangkah masuk ke dalam rumah yang dia maksudkan tadi.Seorang wanita berseragam dinas harian bermotif batik dengan sebuah jilbab maroon yang terlilit rapi di dalam kerah bajunya terlihat melongok dari dalam mobil dinasnya. Dia memperhatikan Hans yang kini sedang mengetuk-ngetuk pintu rumah dihadapan mereka sambil mengucapkan salam.Seorang laki-laki berjas hitam dengan potongan rambut cepak terlihat keluar dari dalam mobil lain di belakang mobil Dinas Toyota land cr
Malam ini, keluarga Kisyan kembali kedatangan tamu. Rumah sederhana itu terlihat ramai oleh tamu-tamu mereka."Ini, nih Mah, yang namanya Aksel. Dia ini anak Pak Johanes, rekan usaha Papa di Jakarta dan ini Kakaknya Aksel, namanya Marcel. Dia ini stylish jebolan The John's Salon. Jago make over dan sudah terkenal namanya di kalangan artis-artis ternama sekarang, Mamah mau di make over nggak sama Marcel, biar tambah cantik?" jelas Narendra, suami Kisyan. Dia melirik genit ke arah Kisyan yang langsung mencubit perutnya.Kisyan berkenalan dengan Aksel dan Marcel."Aksel ini masih kuliah atau sudah bekerja juga?" tanya Kisyan setelah dia mempersilahkan para tamu-tamunya itu untuk duduk."Aku sekarang, bekerja sebagai kru film Tante. Sebagai Casting Director," jawab Aksel dengan suara bassnya."Wah, Om Aksel sering ketemu
Satu bulan kemudian...Kisah RalineSatu bulan belakangan cukup menjadi waktu yang panjang bagi Raline melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Saat dirinya harus terpaksa berlelah diri mencari pekerjaan dalam keadaan hamil muda.Bahkan tanpa adanya peran suami di sisinya.Namun, semua ini terjadi atas kehendak Raline sendiri. Meski terkadang, ada saatnya dia merasakan kerinduan menusuk relung hatinya yang terdalam.Basti telah benar-benar mengabulkan permintaan Raline untuk menghilang dari pandangannya. Laki-laki itu pergi bahkan tanpa dia berpamitan pada Raline."Lin, Raline?" teriak Rani dari luar rumah. Wanita sete
Perjalanan dari London menuju Indonesia cukup melelahkan.Seorang laki-laki berperawakan tinggi menjulang dengan kostum santai ala ABG kekinian terlihat berjalan keluar dari arah pintu kedatangan luar negeri. Dia menarik kopernya perlahan ke arah luarBandara Soekarno Hatta.Empat tahun ternyata cukup membuatnya merasa asing dengan tanah airnya sendiri. Kehidupannya yang serba bebas di London cukup menjadikannya pribadi yang berbeda.Dia bukan laki-laki sepolos dulu yang bahkan tidak tahu rasa dan caranya berciuman.Dia bukan laki-laki selugu dulu yang kesehariannya hanya dia habiskan untuk belajar dan berkutat mencari uang di jalanan.Dia bukan laki-laki sebodoh dulu yang cuma bisa menangis saat hatinya tersakiti karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan.Kini, dia adalah seorang laki-laki dengan segala kepribadian yang sempurna. Bermodalkan gelar master yang dia peroleh saat ini, dia percaya bahwa hidupnya akan berubah seratus delapa