Share

2. HARI PERNIKAHAN

"Saya terima nikah dan kawinnya Raline Septia Wulandari binti Ibnu Jamil dengan maskawin tersebut, tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah..."

Seluruh keluarga dan tamu undangan di ruangan itu menyeru kalimat Hamdalah secara bersamaan.

Acara ijab dan kabul itu pun di tutup dengan doa bersama yang di pimpin oleh bapak penghulu dan di iringi kata Amin oleh para hadirin sekalian.

Kini, waktunya pengantin di sandingkan di atas pelaminan karena acara selanjutnya adalah acara resepsi.

Keluarga Bapak Ibnu Jamil dan Ibu Rani Kalila selaku orang tua dari mempelai wanita terlihat duduk menemani putri tercinta mereka di atas pelaminan. Mereka ikut menyambut para tamu undangan yang hendak bersalaman dengan ke dua mempelai.

Beberapa ibu komplek perumahan seberang tampak berkumpul di tengah-tengah para tamu undangan. Mereka tampak bercakap-cakap santai.

"Nggak nyangka ya si Raline, bisa nikah sama anak Gubernur, mana ganteng banget lagi. Pake pelet apa dia itu?" ucap Bu Hindun, salah satu anggota dari kumpulan ibu-ibu tukang gosip di daerah sekitar komplek.

"Tapi denger-denger, Raline itu hamil duluan. Coba deh liat, nggak ada satu pun keluarga dari mempelai laki-laki yang hadir, mereka itu nggak setuju kalau anak mereka nikah sama orang miskin," lanjut Femi si ibu RT.

"Kalau gitu, bisa jadi Bastian itu cuma terpaksa menikahi Raline, cuma demi menyelamatkan nama baik Bu Helen. Beliaukan baru naik jadi gubernur DKI," kali ini Ibu Ratna yang bicara.

"Atau bisa jadi, Raline dan keluarganya sengaja pakai cara kotor untuk ngejebak Bastian. Ah, saya sih udah paham cewek macem apa si Raline itu. Asal Ibu-ibu tau ya, saya pernah loh, pergokin Raline jalan sama Om-om di mall," kata Ibu Femi lagi.

"Hah? Serius? Wah, nggak bener tuh anak. Kasian banget si Basti. Tau gitu mending sama anakku aja, yang udah jelas masa depannya," sahut Bu Hindun.

"Haha, Bu Hindun ngarep banget deh," balas Bu Ratna.

Dan gosip masih terus berlanjut sampai akhirnya terhenti dengan sendirinya ketika seseorang datang menghampiri mereka.

Kiara sengaja duduk tepat di sebelah Ibu Femi dan santai menikmati santapannya. Dengan adanya dia di sini, Kiara yakin, ibu-ibu tukang gosip itu akan berhenti mencela kakaknya. Kiara sudah sangat gerah mendengar ocehan ibu-ibu julid itu. Punya mulut kok fungsinya cuma buat nyinyirin hidup orang! Huh!

Hari ini resepsi berjalan dengan lancar. Meski sempat di warnai oleh sedikit berita-berita miring karena tak adanya satu pun keluarga dari pihak mempelai laki-laki yang hadir. Hal itu jelas memancing pertanyaan para tamu undangan. Belum lagi mengenai merebaknya isu kehamilan Raline serta latar belakang Bastian, suami Raline yang di gadang-gadang berasal dari keluarga terpandang.

Semua hal itu terangkum menjadi satu berita panas yang pastinya kini menjadi buah bibir di kalangan warga setempat. Terutama oleh ibu-ibu komplek penghuni perumahan elit yang berhadapan langsung dengan rumah Raline yang bisa di bilang sangat sederhana.

"Kiara heran deh, kenapa sih selalu keluarga kita yang kena cibiran dan jadi jelek di mata umum cuma karena kita ini orang miskin?" seru Kiara saat acara resepsi selesai. Kini, dirinya dan ke dua orang tuanya sedang beristirahat di ruang keluarga. Kiara baru saja selesai melepas kondenya di bantu oleh Rani, sang Ibu.

"Tidak usah di dengar, Ra. Biarkan saja mereka mau bicara apa, mulut-mulut mereka ini, dosa kita berkurang kalau kita ikhlas," ucap Rani dengan gayanya yang keibuan dan lembut.

"Ibu dan Bapak nggak denger sih apa yang di bilang sama komplotannya Bu RT tadi, kalo aja nggak mandang perasaan Mba Raline, udah Kiara cekokin tuh mulut mereka pake kuah bakso panas! Biar melepuh bibirnya," omel Kiara lagi. Dia benar-benar tidak terima jika nama baik kakaknya selalu di injak-injak.

"Yang harusnya di salahkan itu kan si Basti! Laki-laki brengsek! Gara-gara dia hidup Mba Raline jadi menderita!" lanjut Kiara tanpa menyadari bahwa nama laki-laki yang tadi dia sebut-sebut itu kini baru saja keluar dari arah dapur hendak memasuki kamar pengantinnya.

Rani menendang kaki Kiara. Memberi isyarat supaya anak bungsunya itu berhenti bicara. Tapi dasarnya Kiara, dia justru semakin menjadi begitu tahu kini Basti sedang berjalan di belakangnya.

"Kalau Kiara jadi Bapak, Kiara jelas lebih memilih buat jeblosin Bastian Dirgantara ke penjara, supaya dia bisa belajar bagaimana caranya menghargai wanita! Jangan mentang-mentang anak orang kaya, bisa bertindak seenaknya sama orang lain! Anak sama Ibu kok sama aja! Bisanya cuma bikin hidup orang lain susah!" teriak Kiara, sarkas. Dari balik wajahnya, dia mencoba menyembunyikan senyum penuh kepuasan. Bahkan dia tidak perduli dengan pelototan Rani padanya.

Hingga akhirnya, terdengar sebuah suara pintu yang tertutup. Itu artinya, laki-laki itu kini sudah masuk ke dalam kamar.

Kiara hanya menggumam saat mendengar omelan Rani dan Ibnu di ruang keluarga. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan orang tuanya terhadap kehidupan Kakaknya. Jika Kiara menjadi Raline, Kiara akan lebih memilih kabur dari rumah daripada harus dinikahkan dengan laki-laki brengsek macam Basti.

Laki-laki yang sudah dengan tega memperkosa Raline hingga hamil.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
semoga Bastian sadar setelah nikahin Ralin dn mempunyai anak dr Ralin ...
goodnovel comment avatar
ww afts
rasa²nya berkonflik berat nih. tapi baguss sejauh inii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status