"Kau perawan?" tanya Romeo yang di balas anggukan Ruster dengan wajah semakin merah padam.
Pertanyaan Romeo sungguh membuat Ruster malu setengah mati. karena di tanya secara tetiba seperti itu.
Romeo mengangkat satu alisnya ke atas, wanita di depannya ini membuatnya tertarik dan sekaligus penasaran. tepatnya ia bergairah untuk menikmati wanita yang masih bersih, sehingga tidak perlu capek-capek memakai perlindung rudal yang ukurannya menyiksa rudal dirinya yang ukuranya di atas pelindung itu.
"Kenapa kau ingin mencari jodoh disini, apa karena kau ingin punya kekasih atau lebih dari pada itu? seperti.... aku harap kau bisa menebaknya?" tanya Romeo dengan nada introgasinya di sertai dengan nada cibirannya yang menyelidiki di mulai dari sekarang. seperti yang ia lakukan kepada korban sebelumnya yang rata-rata mengaku ingin mencari suami di klub malam milik Vio. tapi kenyataanya berbeda dengan yang di mulut.
"Aku ingin mencari pendamping hidup bukan kekasih," balas Ruster singkat. tepatnya ke inti pembicaraan.
"Seandainya aku memintamu untuk menjadi istriku, apa kau menerimanya?" tanya Romeo dengan tatapan seriusnya.
Romeo merasa ia perlu permainan baru untuk menghilangkan kebosanan dan sekaligus menikmati para orang bodoh yang menyerahkan diri dengan suka rela karena uang dan apa yang mereka incar dari keluarganya. sekaligus membuat mereka merasakan penderitaan yang berani-beraninya menginjakkan kaki ke dalam keluarga Van Diora.
Deg
Jantung Ruster berdetak dengan kencang. kata-kata yang di ucapkan oleh Romeo sungguh mengaketkannya.
Ruster menatap Romeo dengan tatapan tidak percaya, ia mengejapkan matanya beberapa kali di depan mata Romeo yang masih memandanginya dengan tatapan menunggu jawaban.
"Kau bercanda tuan?" ucap Ruster terkejut.
"Aku sangat serius,” jawan Romeo serak.
"Tapi ini terlalu cepat, kau belum mengenal keluargaku seperti apa dan aku pun begitu. takut tidak sesuai selera tuan," Kata Ruster dengan sikap malunya.
"Kalau itu permasalahannya, maka sekarang juga aku akan menemui keluargamu. Bereskan?" balas Romeo dengan nada serius yang menyakinkan Ruster.
Ruster ternganga, apakah ia sedang bermimpi. seorang pria hampir terlihat sempurna melamarnya dalam hitungan menit setelah perkenalan pertama. tanpa saling berpacaran dulu dan mengenali satu sama lain.
"Lebih cepat lebih baik bukan,” ucap Romeo yang menungkan wine ke dalam gelas, kemudian salah satu gelas di berikan kepada Ruster. sebagai tanda permainan akan di mulai malam ini. sesaat ia yakin, Raven pasti akan melemparkan bom untuknya. atas rencana jahat tanpa sepertujuan Raven.
Ruster menerima gelas tersebut dengan hati penuh ketakutan dan keraguan tentang minuman di tangannya. Takut-takut sudah di masukkan obat perasang atau obat tidur oleh pria tampan di depannya.
Sedangkan Romeo menuangkan minuman selanjutnya ke gelasnya dan meneguknya sampai tandas. Dengan tatapan mata yang mengunci sosok Ruster yang entah kenapa merasa aneh dengan wanita ini. tapi ia tidak mau berpikir terlalu jauh dulu.
***
Setelah dari club, Romeo memutuskan untuk mengantarkan Ruster pulang dengan mengendari mobil brand Mayback hitam yang khusus di buat oleh para pekerja keluarga Van Diora. Karena mobilnya banyak fungsi dan berapa pengaman keselamatan untuk menjaga diri dari serangan peluru dadakan dan sebagainya.
Ruster yang duduk di samping Romeo yang sedang menyetir mobil. Mata Ruster melirik sesekali pada pria itu. dengan pikiran, mungkin Romeo akan mengurungkan niatnya. setelah mengetahui kehidupan dirinya yang boleh di bilang bukanlah dari kalangan orang kaya atau dari keluarga terpandang. Yang bisa sederajat dengan Romeo. Di tambah lagi ia punya beban keluarga yang harus di cukupin yang merupakan beban berat yang membuat para pria kabur.
"Kau tinggal dengan siapa?" tanya Romeo yang memecahkan suasana keheningan di dalam mobil, sekaligus terganggu dengan tatapan Ruster padanya yang sejak tadi memandanginya seakan tidak sabaran melahap tubuhnya sampai habis. Yang membuat bulu roman Romeo berdiri semua. sambil mengutuk Raven di dalam hati yang membuatnya terjerat dengan permainan konyol yang di ucapkannya barusan. Sialnya, wanita di sampingnya juga ikutan terjerat benang laba-laba dari mulutnya yang beracun.
"Ibu dan adikku, kami hanya bertiga!" balas Ruster dengan wajah tersipu malu, saat Romeo menoleh ke arahnya dengan tatapan panas. Saat mobil berhenti di lampu merah.
"Ayahmu, dimana keberadaannya?"
"Ayah sudah meninggal sejak umurku 17 tahun. aku sudah bekerja pada saat itu untuk membantu perekonomian ibu dan adikku yang sering sakit-sakitan,” jelas Ruster dengan keandaan keluarganya tanpa ia tutup-tutupi.
Romeo hanya terdiam, setelahnya tidak ada pembicaraan di antara mereka. Mobil mayback hitam edisi terbatas. perlahan berhenti di sebuah gang sempit, mata Romeo menatap sekeliling suasana kediaman Ruster, terlihat seperti sebuah perkampungan kumuh dengan penduduk miskin dan sedang. Berbaur menjadi satu di perkampungan di depan matanya yang seperti ia lihat di chanel tv dan film action.
"Kau tinggal disini?" tanya Romeo dengan nada suara tidak percayanya. karena ia sangat yakin akan mencium berbagai aroma bau campur aduk. saat ia keluar dari dalam mobil.
Hidup sebagai pangeran dari keluargan Van Diora, membuat Romeo tidak pernah melihat kearah bawah dan jijik untuk mengetahuinya. tapi kali ini, ia terpaksa melakukannya. karena kebodohannya menebar jaring laba-laba dan telah berhasil menangkap sang kupu-kupu cantik yang akan menjadi santapan makan malam.
"Benar-benar sial," batin Romeo mengutuk dirinya yang mengeluarkan jaring laba-laba.
"Iya, aku bukan orang kaya, kau bisa pulang dan lupakan pembicaraan kita tadi. aku sama sekali tidak mengambil hati dengan apa yang kamu katakan tadi, karena semuanya hanya candaan untukku!" balas Ruster dengan senyuman manisnya yang sekaligus memerintahkan Romeo pergi dari wilayah kemiskinan yang membuat Romeo mengerutkan dahi sedari tadi.
"Kau banyak bicara dan berpikir yang tidak-tidak mengenai diriku, tepatnya kau salah menilaiku!" balas Romeo yang keluar dari dalam mobil dengan gaya elegan. sambil menahan mual di perutnya. yang pasti akan meledak dalam wakru setengah jam, untuknya ia bisa menahan dan bukan Raven yang datang ke sini. karena kembarannya itu lebih parah darinya soal mencium aroma aneka bau.
Ruster hampir tidak percaya pria ini mau bertamu kerumah kecilnya dan seperti gubuk perternakkan kuda.
Romeo mengikuti langkah Ruster masuk ke dalam gang sempit dan berhenti di sebuah rumah sederhana dengan cat yang kusam, atap rumah berkarat, kayu rumah yang hampir roboh, Di sertai lampu penerangan yang remang-remang. Semakin menambah betapa miskinnya keluarga tersebut di mata Romeo.
"Ibu, aku pulang!" saut Ruster dengan mengetuk pintu kayu berwarna putih ke kuningan itu dengan ketukan pelan.
Tidak lama kemudian, pintu terbuka menampakan wanita paruh baya dengan wambut yang hampir memutih semua. mengeluarkan tatapan heran kepada pria muda yang berdiri di belakang Ruster.
Setelah diam cukup lama, wanita paruh baya itu mulai bersuara. "Sayang, siapa pria ini?" tanya wanita paruh baya itu kepada putrinya yang kebinggungan entah dari mana harus menjelaskannya semua ini kepada ibunya. Romeo mengulurkan tangannya pada wanita itu. "Saya kekasih Ruster dan sebentar lagi akan menjadi menantu anda," Romeo memperkenalkan siapa dirinya kepada ibu Ruster yang semakin terkejut. Ibu Ruster terkejut dengan apa yang di katakan oleh Romeo. kemudian, menyambut tangan Romeo, lalu mempersilahkan Romeo masuk ke dalam ruang tamu. Ruster berjalan masuk kedalam. di iringi dengan Ibu Ruster menatap putrinya dan pria yang baru pertama kali bertamu kerumahnya. Karena selama ini Ruster tidak pernah mengajak pria untuk menemuinya. "Apa karena kena aku desak, maka ia mulai terbuka untuk memperkenalkan pacarnya?" batin ibu Ruster. "Namamu siapa?" tanya ibu Ruster pada Romeo yang duduk di hadapanya. "Romeo Van Di
"Di mana Raven," tanya Romeo yang berjalan dengan langkah lebar memasuki ke dalam rumah sebesar istana. "Tuan Raven ada di dalam ruang kerja," balas Jimmy yang menutup pintu utama. “Ternyata sudah pulang,” gumam Romeo yang bergegas ke ruangan kerja untuk mencari keberadaan Raven yang merupakan kembarannya. Pintu di buka sangat perlahan, Romeo menatap sang kakak yang terlihat sibuk dengan beberapa dokumennya. Mimik wajahnya selalu terlihat datar, tampan dan berkarisma. Serta aura dingin mengelilingi tubuhnya. "Kenapa kau tidak masuk?" ucap Raven melirik pada Romeo yang setengah tubuh bersandar di tiang pintu. Romeo menyunggingkan senyumnya melangkah mendekati kakaknya dan duduk di seberang meja dengan tangan bersedekap di dada. "Ada apa?" tanya Raven yang menutup dokumennya. ia menatapi adiknya dengan tatapan heran dan curiga. karena tidak biasanya Romeo senyum-senyum sendiri seperti ini. "Aku menemukan wanita yang cocok u
“Bisa jadi, kan aslinya terbuat dari jantung Kakek Karlos dan bisa saja pandora heart pergi menyusul kakek Karlos ke alam kematian. Sewaktu Kakek Karlos masih hidup. Kita hanya di perlihatkan duplikat yang mirip dengan aslinya,” jelas Raven yang mencoba mengingat-ingat kemasa lalu. di mana Zeus di perintahkan oleh Kakeknya untuk memperlihatkan Pandora heart sebesar jantung manusia kepada dirinya dan Romeo. Kemudian kakek Karlos mengatakan kepada mereka berdua. Bahwa pandora Heart tidak berguna lagi di masa kini dan keturunan mendatang. Karena iblis dalam pandora Heart sudah menghilang, saat tujuan pandora heart terselesaikan dan semua akan menjadi legenda dan mitos di masa depan maupun seterusnya. “Lalu untuk apa, musuh mengincar pandora heart lagi? Seharusnya mereka sudah tahu, kalau Pandora heart yang asli sudah menghilang lama?” tanya Romeo yang masih belum mengerti bagian ini, sehingga ia dan kembarannya selalu menjadi incaran para musuh. Karena di anggap sebagai pewaris
"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven. Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo. Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster. "Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding. Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata. "Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya. "Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu
Dengan senang hati Ruster membalas ciuman Romeo, sebelum menjelang pernikahan dia membaca buku novel erotis yang tentang malam pertama sepasang pengatin agar ia sudah siap untuk melayani kebutuhan biologis Romeo. Bahkan ia juga melihat berapa video khusus dewasa. sambil memperlajari setiap trik di dalam video tersebut. “Aku sudah tidak tahan,” bisik Romeo dengan suara seraknya yang sensual. Dengan sebelah tangan meraba-raba sleting gaun pernikahan untuk di lepaskan. mendapatkan keberadaan sleting gaun, Romeo langsung menarik sletingnya menurun. Ruster berdesir, saat Romeo melepaskan gaun pengatinnya yang pelahan meluncur turun dan tergolek di antara mata kaki Ruster. Romeo tidak hentinya melumat bibir Ruster dengan rakus. seperti yang ia lakukan kepada para jalang. hingga Ruster hampir kehabisan nafas karena ulah Romeo yang sungguh liar. Romeo terkekeh menjilat leher Ruster sampai ke daun telinganya sambil mendengar desahan kecil yang lolos dari bibir R
Suara decakan lidah dengan inti Ruster saling beradu mengisi ruangan kamar yang hening. Ruster hampir mengejang mendapatkan orgasme, keringat mulai mengalir dipelipisnya. Dengan nafas tersengal-sengal. ia masih berusaha menolak sentuhan Romeo yang semakin membuatnya semakin mengila sejak tadi. "Meo..." pekik Ruster yang semakin tidak terkendali dengan rasa di tubuhnya. rasa yang membuatnya mengila. tepatnya sangat gila, untuk menerima semua ini. kepalanya sampai pening dengan rasa yang semakin mengairahkan yang semakin membuatnya menginginkan lebih dan lebih. tapi dalam hati, Ruster takut untuk melakukannya. ia takut kesakitan dan akan menjadi ketakutan. Romeo mentapi wajah Ruster yang merah mengoda yang tidak berdaya atas apa yang di rasakan barusan. Tepatnya, kenikmatan yang di berikan oleh Romeo kepada Ruster barusan. yang merupakan pertama kali untuk Ruster. "Kau suka?" tanya Romeo kembali menyambar bibir Ruster dengan gemasnya, kemudian menurun dengan hi