"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven.
Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo.
Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster.
"Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding.
Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata.
"Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya.
"Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi anggota baru di keluarga besar kami!" ucap Raven dengan sikap yang di buat ramah untuk menutupi sikap aslinya dan tidak lupa ia memaksa diri untuk tersenyum ramah. sampai merasa otot-otot di wajahnya tertarik dengan sikap pura-puranya yang penuh kebohongan. begitu juga dengan otot sekitar bibirnya yang terasa sunguh kaku.
Ruster tersipu malu, memang ini terlalu cepat dia menerima Romeo sebagai calon suaminya. tapi Ruster telah yakin pilihannya kali ini tidak akan salah lagi. Karena Romeo sosok yang baik, buktinya Romeo dengan kesungguhan hati menemui ibunya untuk meminta izin menikahi dirinya. yang merupakan tekat pria serius, walau sudah tahu keandaan keluarganya yang miskin sekarang mengenalkan dirinya kepada Raven yang merupakan satu-satu keluarga Romeo. walau Ruster sedikit curiga dengan keluarga Romeo, apa benar hanya sisa Raven seorang.
Jabatan tangan mereka terlepas, Raven memperhatikan Ruster dengan ujung matanya dan menyelusuri tubuhnya yang hanya terbalut gaun sederhana berwarna crem kusam sebatas lutut. tetiba, Raven merasakan desiran aneh di dalam tubuhnya, rasa haus ingin menikmati tubuh Ruster tidak tertahankan menguasai otaknya. Bahkan mulai menguasai pikirannya semakin perlahan-lahan.
“Rasanya mungkin sangat menyenangkan mengingat dirinya sudah lama tidak menyentuh wanita,” batin Raven yang mengalihkan matanya ke arah Romeo. Yang sama mempunyai niat dengannya. bahkan wajah Romeo sudah mengeluarkan tetesan liur dari bibir dengan mata menatapi kemolekkan tubuh Ruster.
"Lalu setelah ini kalian mau kemana?" Tanya Raven yang buka suara membuyarkan lamunan Romeo yang berdiri di belakang Ruster yang sedang berliur sampai menampilkan wajah mirip babi mesum.
Diam-diam Romeo memperhatikan kemolekkan bokong Ruster yang membangkitkan gairahnya sejak tadi. Hingga membuat rudalnya teriksa karena sesak di dalam penjara.
"Kami akan ke butik untuk membeli gaun pengantin Ruster, apa kau mau ikut dengan kita?" balas Romeo yang berusaha bersikap normal mungkin. Yang tidak ingin di curigai oleh Ruster. bahwa ia barusan sudah berliur dengan mata jahilnya menatapi kemolekkan tubuh Ruster.
"Secepat ini?" tanya Ruster yang menoleh pada Romeo yang kini berdiri di sampingnya.
"Iya sayang, karena hari minggu ini kita akan segera menikah dan aku tidak ingin kehilanganmu. Maka aku mempercepat pernikahan kita berdua,” jelas Romeo yang merangkul pinggang Ruster dengan intim.
Hal itu pun tidak luput dari lirikan mata Raven yang sedari menyusuri lekuk tubuh Ruster dengan seksama. Ada rasa cemburu mengisi hati Raven secara mendadak. karena melihat Romeo merangkul seorang wanita dengan begitu perhatian dan mestra.
"Silahkan kalian mempersiapkan keperluan pernikahan kalian, aku sudah tidak sabar menunggumu tinggal di kediaman kami dan aku tidak bisa ikut. Aku harus selesaikan berapa pekerjaan penting. Agar pernikahan kalian secepatnya di laksanakan," jelas Raven pada Ruster.
Mata Ruster menatapi Romeo yang duduk kembali ke kursi CEO.
“Menunggu dalam arti lain,” batin Raven yang membalas tatapan mata Ruster.
“Kalau begitu. kami pergi dulu, Ven,” pamit Romeo dengan merangkul pinggul Ruster untuk segera keluar dan di tatapi oleh Raven dengan mata menuju ke bokong Ruster yang berisi padat. yang sungguh membangkitkan sisi liar tubuhnya.
“Sial,” umpat Raven yang merasakan bagian sesak di bawahnya yang semakin menjadi-jadi. ia segera berdiri sebentar untuk menyesuaikan duduknya.
Pintu kantor tertutup, Raven segera duduk di kursi mewahnya dan mengelus bagian yang membesar. Yang menjerit untuk meminta di keluarkan dari dalam. Dari penjara yang mengurungnya.
“Sebentar lagi, bersabar lah!” ucap Raven pada rudalnya yang memberontak untuk keluar dari siksaan penjara yang sempit. Yang mengurung kebebasannya untuk berpetualangan menuju ke celah yang sempit dan mencengkram badan rudalnya.
***
Di salah satu toko pakaian mahal yang khusus menjual gaun pernikahan. Romeo dengan malas memperhatikan Ruster yang mencoba gaun pengantin dengan model terbaru berulang kali di depan cermin.
Sedangkan Ruster terlihat bersemangat menatap pantulan dirinya di dalam cermin. yang terlihat seperti seorang putri kerajaan yang akan menikah dengan seorang pangeran tampan.
"Bagaimana menurutmu apa aku pantas mengenakan gaun ini?" tanya Ruster dengan suara bahagia berjalan ke arah tempat Romeo duduk dengan membolak-balikan majalah berapa kali.
Kepala Romeo mendongak ke atas dan senyuman lembut menghiasi wajah tampannya. lalu, kedua mata Romeo menatapi tubuh Ruster yang di balut dengan gaun putih yang glamour.
"Sangat cantik...kau terlihat seperti bidadari," puji Romeo yang menghampiri Ruster dan merengkul pinggangnya.
Wajah Ruster langsung merona kemerahan karena malu dengan pujian Romeo padanya yang merupakan pujian pertama kali ia dengar. sejak mengenal Romeo dalam waktu semalam dan hampir tidak sampai 24 jam dalam perkenalan mereka berdua. bahkan sepakat melanjtkan ke jenjang serius.
“Aku rasanya tidak sabar lagi untuk membawamu menghangatkan tempat tidurku," bisik Romeo mengecup leher Ruster yang putih dan lembut.
Deg
Ruster merasa meleleh dan lemas hanya sebuah kecupan ringan dan kalimat terkesan vulgar dari bibir Romeo yang benar-benar merasang tubuhya.
"Mau gaun yang mana?" tanya Romeo yang melirik tumpukkan gaun yang pernah di coba oleh Ruster.
"Mau yang ini, yang sedang aku pakai. boleh tidak?" tanya Ruster dengan suara sedikit manjanya.
"Boleh."
Perlahan Romeo menjauh dari Ruster. Kemudian melangkah ke arah kasir.
"Aku ambil gaun itu?" ucap Romeo pada kasir wanita yang menantapnya dengan tatapan penuh nafsu.
Romeo tidak akan heran lagi dengan tatapan para wanita terhadap dirinya dan Raven. Karena hampir semua wanita menginginkan dirinya dan Raven dalam arti lain.
Wanita kasir itu memproses apa yang di minta oleh Romeo. Kemudian menyerahkan kartu dan struk pembelian kepada Romeo dengan sengaja menyentuh jemari Romeo, sebagai isyarat tertentu.
Sayangnya, Romeo tidak tertarik sedikit pun. Karena ia sudah menemukan target baru yang sedang ia mainkan saat ini. siapa lagi jika bukan Ruster yang kini akan menjadi istrinya dalam sebuah permainan dengan nama pernikahan iseng.
.
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu
Dengan senang hati Ruster membalas ciuman Romeo, sebelum menjelang pernikahan dia membaca buku novel erotis yang tentang malam pertama sepasang pengatin agar ia sudah siap untuk melayani kebutuhan biologis Romeo. Bahkan ia juga melihat berapa video khusus dewasa. sambil memperlajari setiap trik di dalam video tersebut. “Aku sudah tidak tahan,” bisik Romeo dengan suara seraknya yang sensual. Dengan sebelah tangan meraba-raba sleting gaun pernikahan untuk di lepaskan. mendapatkan keberadaan sleting gaun, Romeo langsung menarik sletingnya menurun. Ruster berdesir, saat Romeo melepaskan gaun pengatinnya yang pelahan meluncur turun dan tergolek di antara mata kaki Ruster. Romeo tidak hentinya melumat bibir Ruster dengan rakus. seperti yang ia lakukan kepada para jalang. hingga Ruster hampir kehabisan nafas karena ulah Romeo yang sungguh liar. Romeo terkekeh menjilat leher Ruster sampai ke daun telinganya sambil mendengar desahan kecil yang lolos dari bibir R
Suara decakan lidah dengan inti Ruster saling beradu mengisi ruangan kamar yang hening. Ruster hampir mengejang mendapatkan orgasme, keringat mulai mengalir dipelipisnya. Dengan nafas tersengal-sengal. ia masih berusaha menolak sentuhan Romeo yang semakin membuatnya semakin mengila sejak tadi. "Meo..." pekik Ruster yang semakin tidak terkendali dengan rasa di tubuhnya. rasa yang membuatnya mengila. tepatnya sangat gila, untuk menerima semua ini. kepalanya sampai pening dengan rasa yang semakin mengairahkan yang semakin membuatnya menginginkan lebih dan lebih. tapi dalam hati, Ruster takut untuk melakukannya. ia takut kesakitan dan akan menjadi ketakutan. Romeo mentapi wajah Ruster yang merah mengoda yang tidak berdaya atas apa yang di rasakan barusan. Tepatnya, kenikmatan yang di berikan oleh Romeo kepada Ruster barusan. yang merupakan pertama kali untuk Ruster. "Kau suka?" tanya Romeo kembali menyambar bibir Ruster dengan gemasnya, kemudian menurun dengan hi
Romeo tersenyum, ia menaruh kepalanya di ceruk leher Ruster dan mulai memompa dengan cepat pinggulnya untuk menghujam Ruster semakin dalam untuk memberikan kepuasan nikmat pada ubuh Ruster. Desahan demi desahan dari Ruster semakin menghiasi ruang kamar. tanpa mereka sadari, dari celah pintu seseorang menatapinya dengan mata bergairah tinggi. orang itu memilih kembali ke dalam kamarnya. sebelum ia hilang kendali dan menerjang masuk ke dalam yang bisa berakibat fatal dan mengagalkan semuanya. Gairah Romeo seakan meletup. Begitu gagah di atas tubuh ramping wanita yang kini terdorong-dorong ke atas tubuhnya. “Aku keluar...arhhhhh...” “Sayang, intimu begitu ketat. Sungguh mencengkeram milikku,” ucap Romeo yang menghentikan hujamnya sejenak. Untuk memberikan ruang waktu untuk Ruster menikmati orgasme pertamanya yang di lakukan oleh rudalnya. Ruster yang menikmati setiap hentakkan dari Romeo. hanya bisa bernafas erengah-engah sambil mengikui setiap i
"Kau fikir aku peduli, jalang ini mau kelelahan atau tidak?” balas Raven tetap dengan nada dinginnya ke arah Romeo. ia ingin segera menarik pergelangan tangan Romeo untuk segera keluar dari dalam kamar terkutuk ini. yang di tepati oleh wanita bernama Ruster, yang sialnya menjadi istri bohongan Romeo dengan pernikahan palsu dari Romeo yang menipu Ruster. Melihat sikap keras kepala sang kakak, sekaligus kembarannya. Romeo memilih duduk di samping ranjang dan membuka selimut yang menutupi tubuh Ruster untuk di perlihatkan pada Raven. "Bercak darah masih ada di seprai, pasti miliknya masih terasa sakit!" ucap Romeo lirih dan kasihan pada Ruster. tepatnya melindungi Ruster dari kegilaan Raven yang tidak mau tahu apa yang di rasakan oleh para jalang. kali ini, Romeo sangat takut. Raven akan menghancurkan Ruster sampai tulang berlulang. Raven mengeraskan rahangnya memperhatikan kemolekan tubuh wanita di depannya, entah kenapa kali ini ia tidak bisa menunggu lebih la
Setelah sosok Raven menghilang jauh dari hadapan mata Romeo. Romeo menghela nafas panjangnya, ia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Kembali ke atas ranjang untuk tidur bersama dengan wanita yang kini menjadi istrinya. tepatnya istri dalam sebuah permainan. *** Pagi hari, wangi parfum pria yang maskulin melekat di indra penciuman Ruster yang baru saja terbangun dari tidur lelahnya. setelah semalaman di gempur habis-habisan oleh pria yang di depan. yang kini menjadi suaminya. Ruster mengejapkan matanya menatapi Romeo yang sudah rapi dengan stelan jas berwarna biru dongkar. bahkan sudah mengikat dasi dengan rapi. "Maaf, aku bangun kesiangan!” ucap Ruster yang membuat Romeo yang memakai jam tangannya tersenyum membalas tatapan Ruster. "Tidurlah kembali, mungkin kau masih kelelahan. seharusnya aku tidak masuk ke kantor tapi karena teman dari Singapura datang hari ini, aku harus melupakan cutiku yang berharga!" ujar Romeo dengan wajah sedihny
Romeo terkekeh menangkapi perkataan Raven dan ia berdiri dan merapikan jasnya. “Karena Ruster sangat polos dari wanita sebelumnya yang menjadi mainan kita," ucap Romeo datar. "Bagiku itu tidak ada pengaruhnya. Mau polos atau liar di atas ranjang," balas Raven yang melipat korannya dan meletakkan di atas meja dengan suaranya yang semakin dingin dari biasanya. keduanya langsung hening berapa saat. dengan tatapan saling melihat satu sama lain. "Ok! Silahkan kau lakukan apa yang kau mau dan aku tidak akan mencampuri apa yang kau lakukan! Asal kau ingat saja, jika terjadi kesalahan, maka nyawa kita taruhannya!" ucap Romeo yang memperingatin Raven yang suka gegabah dalam menjalankan suatu misi tanpa pikir panjang. karena terbawa arus cemburu dan main emosi. Raven terdiam, ia mengakui. Apa yang di katakan oleh Romeo memang ada benarnya. Nyawa mereka taruhannya, jika salah sedikit saja dan bisa lebih parah. Ia akan kehilangan Romeo selamanya dar