Share

Rumah Baru

Tanggal pernikahan mereka telah tiba, semua persiapan acara telah sangat matang. Perasaan gugup dan khawatir merambati hati kedua insan yang belum saling kenal itu. Mereka semakin canggung, hanya saja mencoba untuk bersikap biasa dan bodo amat. Saling melempar senyum dan bersikap ramah kepada semua tamu, itulah hal manis yang mereka berdua lakukan.

Cukup memacu adrenalin memang, tetapi mereka lega karena semua acara berjalan dengan lancar serta sangat melelahkan. Ada sedikit drama ketika mantan kekasih Icha mengirimkan sebuah kado yang sangat besar yang mencuri perhatian para tamu. Tetapi Icha tidak mau membuka kado tersebut, dia menyuruh para sepupunya untuk membuka dan membagikan isi dari kado tersebut.

Iya, memang sebegitu tidak mau nya Icha berurusan lagi dengan sang mantan. Hal ini membuat Aldy tertawa geli, dia terus menerus menggoda Icha yang ekspresinya sangat tidak nyaman.

Kado besar tersebut berisi meja rias indah yang lengkap dengan paket perawatan wajah yang dipakai oleh Icha. Sepertinya, pria itu masih mengingat dengan jelas merk produk kecantikan itu.

Walau itu adalah hadiah yang sangat dibutuhka olehnya, Icha sama sekali tidak ingin memilikinya. Sesuatu hal yang dapat dia beli dengan uangnya sendiri, dia tidak akan merasa berterimakasih karena mendapatkannya dari seseorang yang tidak ia inginkan.

“Untuk kalian aja, aku serius. Aku sudah memilikinya, lagian sekarang aku sudah punya suami jadi aku bisa meminta padanya untuk membelikanku meja hias yang jauh lebih besar,” ujar Icha ketika para sepupu kembali memastikan mengenai keputusannya.

Aldy yang mendengar samar perkataan Icha tersebut hanya menoleh dan sedikit memiringkan kepalanya, pertanda kalau dia bingung sekaligus tidak setuju dengan hal itu.

Keduanya telah resmi menjadi pasangan suami istri. Selama beberapa hari pertama mereka tinggal di rumah Icha sekaligus menunggu pemberkasan pembelian rumah Aldy selesai. Selanjutnya mereka akan tinggal di rumah yang sudah dibeli oleh Aldy yang berlokasi tidak begitu jauh dari kantor Icha bekerja.

Mereka menyusun semua perabot dan peralatan yang dibutuhkan, mereka juga membagi kamar, kamar yang diatas adalah kamar Aldy sementara kamar di lantai bawah adalah kamar Icha dengan alasan Icha akan lebih banyak akses untuk ke dapur yang letaknya di lantai bawah jadi dia tidak akan capek untuk naik turun hanya untuk menggoreng telur dadar.

Mereka juga membuat jadwal untuk bergantian membersihkan rumah, seperti menyapu dan mengepel bergantian per harinya, serta membersihkan halaman setiap hari minggu mereka berdua merapikan taman dan halaman depan, untuk mencuci piring mereka membuat peraturan setiap kali selesai makan harus dicuci. Mereka bahkan mencetak semua jadwal dan peraturan itu lalu menempelnya di dinding dekat dapur agar mudah untuk dilihat.

Pasangan muda ini memiliki dua buah mobil, karena masing-masing dari mereka memiliki mobil. Untung saja halaman rumah mereka luas sehingga mereka dapat membangun garasi yang muat untuk mobil mereka. Walaupun menyukai otomotif, Aldy tidak ada melakukan modifikasi sedikitpun pada mobilnya karena dia sangat menyayangi mobil itu karena mobil hasil kerjanya selama bekerja sejak kuliah. Aldy juga ada memiliki sebuah motor gede yang sering kali digunakan untuk berkumpul dan touring dengan komunitasnya.

Pindahan, bukan kegiatan sederhana sesederhana ‘kata’nya. Pasangan baru itu bahkan harus membereskan rumah selama dua hari penuh sebelum akhirnya rumah benar-benar siap untuk dihuni dengan nyaman.

Benar-benar hanya berdua, mereka mengatur seluruh ruangan sesuai dengan selera masing-masing. Hanya ruang TV yang mereka susun bersama karena mereka akan menggunakannya secara bersamaan pula.

“Masalah daput, kuserahkan ke kamu. Terserah mau kamu susun bagaimana, aku akan bantu,” ujar Aldy ketika Icha meminta pendapat mengenai susunan perabot dapur.

“Kamu berikan kesan saja, jika kamu makan di sini, apakah posisi perabotan itu enak dipandang atau malah membuatmu tak nyaman. Oke?”

“Oke.” Aldy mengiyakan sekenanya.

Mereka mengubah posisi meja makan agar dapur mereka menjadi sedikit luas. Mereka sangat beruntung, rumah itu benar-benar sudah jadi saat mereka membelinya.

Aldy sudah mengatakan kalau dia membelinya sudah sejak lama dengan permintaan khusus agar saat pindahan tidak terlalu ribet. Dia juga meminta untuk isinya sekaligus disiapkan sehingga ketika Aldy masuk ke rumah, dia hanya perlu menyusun ulang sesuai dengan keinginan hati.

“Anak muda yang mapan,” gumam Icha seraya memandangi sekeliling rumah barunya.

***

Sudah sangat larut, suasana malam yang sunyi membuat Icha dapat mendengar jelas suara-suara di sekitarnya. Walau agak berat untuk membuka mata, Icha memutuskan untuk bangun dan keluar dari kamar untuk mengecek suara apa yang telah mengganggu mimpinya.

Icha menghampiri sosok pria yang tengah terlelap di atas sofa depan TV, pria itu tampak lelah karena telah beberes seharian dan sorenya ada acara dengan komunitas motornya. Jarum jam telah menunjukkan pukul satu dini hari, menurut perkiraan Icha, suaminya itu pulang sekitar jam dua belas lalu dia membuat segelas susu dan menonton TV tetapi dia tertidur di sofa.

Icha mencoba untuk membangunkan Aldy dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya perlahan, “Dy jangan tidur disini ya, dingin,” ujar Icha lirih, dia tidak ingin mengejutkan.

Tetapi tidak ada pergerakan dari Aldy. Pria yang kini menjadi suaminya itu masih dengan posisi tidurnya yang tenang. Icha mengambilkan selimut di kamar, dengan sedikit mengomel dia menutupi seluruh tubuh suaminya dengan kain tebal itu.

“Tau aja pindahan, eh malah ikut acara sampai malem gini ihh,” omelnya sambil merapikan selimut dan mengalihkan remote TV yang masih digenggam Aldy.

“Kamu disini aja yaa ....” Tiba-tiba Aldy yang masih tidur menarik lengan Icha dan menggenggamnya erat. Hal ini membuat Icha kaget sekaligus bingung, sepertinya Aldy sedang bermimpi, tetapi genggaman tangannya begitu kuat sehingga Icha tidak dapat melepaskannya.

“Dy, bangun dy ....” Icha kembali menggoyangkan badan Aldy, tetapi masih tidak ada respon. Dia kenapa? Pikir Icha. Icha segera mematikan TV lalu menemani Aldy dengan duduk di dekatnya.

Dia kembali mencoba untuk membangunkan, kali ini Aldy hanya melenguh dan mengubah sedikit posisi tubuhnya. Icha mehala napas panjang, dia agak kesal.

Dia memperhatikan wajah suaminya yang bergeming, pandangannya teralih ke lengannya sesaat. Pria itu benar-benar menggenggamnya dengan erat hingga Icha harus menunggunya kembali benar-benar terlelap untuk menarik lengannya.

Kembali dibenarkan selimut Aldy agar seluruh tubuh pria itu tertutupi dan hangat. Dia melihati jam dinding yang terus berputar dan mengingatkan kalau dirinya pun membutuhkan waktu untuk istirahat. Segera saja Icha membereskan gelas di atas meja dan membawanya ke dapur.

Sambil membersihkan gelas, perempuan berambut pendek itu masih saja memperhatikan suaminya dari kejauhan. Dia masih terpikir sedikit mengenai genggaman eratnya tadi, mungkin karena terlalu lelah, Aldy mengalami mimpi yang menganggunya.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
melisamelany
Can't wait for the next updates!!! This is so great! I wish you could share any social media I could follow so I can send you lots of love!!
goodnovel comment avatar
Co.com
Bagus nih, awalnya tanpa cinta akhirnya pasti cinta mati deh hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status