Share

Demam Tinggi

Aldy sedang duduk di sebuah kursi sambil menyandarkan kepalanya pada dinding. Dia meminum secangkir kopi panas dengan perlahan. Tatapan matanya sangat sayu tetapi kepalanya terus memikirkan banyak hal.

Melihat sikap temannya yang tak biasa, Adhan segera menghampirinya untuk memastikan keadaan teman baiknya itu. Benar saja, tubuh pria berponi itu hangat bahkan nampak tidak bertenaga sama sekali.

“Wah pengantin baru sepertinya sedang sakit. Kamu pulang saja, Dy. Daripada nanti kamu pingsan disini kan malah repot, mana kami enggak berani merawat suami orang,” cletuk pria berhidung mancung seraya menggoda temannya.

Aldy hanya memandanginya tak minat masih terus sambil meminum kopinya.

“Tenang saja, kami bisa urus semua ini. Kamu istrahat saja dulu, nanti kami laporkan hasil keputusan dan persiapan lainnya setelah semuanya beres.” Adhan menepuk pelan bahu Aldy.

Aldy yang merasakan pusing dan badan agak meriang hanya mengangguk pelan, dia merasa sangat lemas dan hanya ingin bersandar. Adhan segera meminta tolong kepada rekannya yang lain untuk mengantar Aldy pulang dengan menjadi supirnya, lalu akan dijemput oleh rekannya yang lain karena Aldy datang ke kafe dengan menaiki mobilnya.

“Hati-hati, Bro. Pengantin baru nih jangan sampai kenapa-kenapa!” ujar Adhan pada Frasa yang akan berperan sebagai supir untuk Aldy.

Aldy hanya berdecak sambil memukul pelan perut temannya itu. Ekspresi Adhan yang cengengesan kembali menjadi datar setelah bergabung dengan anggota komunitas yang lain.

Sepanjang perjalanan pulang, Aldy hanya diam dan menyandarkan kepalanya dengan memejamkan mata mencoba menetralkan pikiran dan tubuhnya. Sayup sayup dia mendengar suara deru mobil di jalanan yang membuatnya semakin tak nyaman. Beberapa kali dia mengernyitkan dahi tak suka, tetapi hal itu tidak dapat mengubah suasana.

Frasa berhenti dan memarkirkan mobil saat telah sampai di halaman rumah Aldy. Dia segera menepuk pelan rekannya itu untuk memberitahunya kalau mereka telah sampai.

Aldy turun dari mobil dan segera masuk ke rumah dengan gontai. Tidak lupa dia berterimakasih kepada rekannya.

“Sudah selesai? Biasanya sampai tengah malem gitu?” ujar Icha sambil ngemil di depan TV ketika Aldy telah masuk kedalam rumah.

Suaminya itu tidak merespon, dia hanya fokus berjalan menuju kamarnya dengan sedikit sempoyongan.

Icha yang memperhatikan langkahnya, segera saja menghampiri dan membantunya untuk berjalan, “Badan kamu panas banget, ya ampun. Mau di sofa aja atau langsung kekamar?”

“Aku mau tidur,” jawab Aldy dengan lemas.

Icha membantu Aldy berjalan menuju kamar miliknya, bukan kamar Aldy karena kamarnya ada di lantai dua jadi akan sedikit susah dan kasian juga Aldy nya sudah sangat lemas.

Langsung saja Icha membantu Aldy untuk merebahkan tubuh, lalu dia pergi ke dapur untuk mengambilkan air dingin untuk mengompres Aldy dan segelas susu hangat untuk memberinya sedikit tenaga.

“Kamu tadi kehujanan kan? Makanya kalau disruh mandi pakai air hangat itu nurut, ngeyel sih. Kan kalau sakit gini aku repot, mana sinetron kesukaan lagi tayang lagi,” Icha menggerutu sambil mengompres Aldy yang berebah diatas tempat tidur.

“Diem bawel, aku pusing!” sahut Aldy tanpa membuka matanya.

“Ini minum dulu susunya, biar enakan,” kata-kata Icha sama sekali tidak dihiraukan oleh Aldy.

Pria itu masih memejamkan matanya seraya mengatur napasnya yang tersengal karena dia merasakan dingin dan panas dalam waktu bersamaan.

Icha duduk di lantai sambil terus mengompres Aldy. Saat Aldy nampak lelap dan tenang, dia keluar kamar untuk mengambil minum dan mematikan TV yang tadi kelupaan belum dimatikan. Icha memandangi wajah Aldy, ini kali keduanya ia memandangi Aldy yang tertidur dari dekat. Padahal orangnya ceria gitu, tapi kok kaya sendu banget ya kalau pas tidur? Pikir Icha.

Panas tubuhnya tak kunjung berkurang, pria itu bahkan belum sepenuhnya terlelap dia hanya tidak ingin bergerak karena itu akan menambah tidak nyaman keadaannya. Selain terus mengompresnya, Icha sambil sedikit memijat bagian kepala dan lengan Aldy. Itu adalah hal yang selalu dilakukan oleh mama ketika dia sakit dan sulit tidur.

Icha akhirnya tertidur di dekat Aldy dengan posisi yang masih duduk di lantai, hanya kepala dan tangannya yang di atas tempat tidur, posisi yang membuat semua tubuhnya terasa sakit ketika bangun di pagi harinya. Tangan kanannya masih dalam keadaan menggenggam lengan Aldy sementara tangan kirinya menggenggam kain kompres. Benar, dia benar-benar tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.

Cahaya matahari sudah mulai tinggi dan menyilaukan siapapun yang tidur dengan menghadap ke jendela. Perlahan Aldy membuka matanya karena merasa hangat dan silau. Masih dengan kepala yang agak pening, dia memandangi sekitar dan dia merasa asing dengan kamarnya. Dia juga bingung karena di dahinya masih ada kain kompres. Segera dia mengubah posisi menjadi duduk, kepalanya masih sedikit pusing dan badannya masih sangat lemas. Di meja, di sampingnya, ada semangkuk bubur dan sup yang masih panas dan juga segelas susu yang sudah dingin. Aldy sedikit memijat kepalanya dan menyandarkan tubuhnya pada tempat tidur.

“Eh sudah bangun, makan tuh bubur sama sup nya untuk sarapan. Enak kalau dimakan pas masih pagi gini. Sama ada vitamin di kotak putih diminum juga biar kembali fit badannya. Kamu enggak usah kerja hari ini, nanti siang aku pulang pas jam istrahat buat masakin kamu. Aku berangkat dulu, kalau ada perlu atau apapun telpon saja,” ujar Icha yang berbicara tanpa henti sambil bersiap-bersiap untuk berangkat kerja, mulai dari merapikan rambut dan memakai make up semuanya dilakukan sambil berbicara kepada Aldy yang baru saja bangun.

Aldy mehela napas, dia baru sadar kalau ternyata dia tertidur di kamar Icha. Tadi malam, dia tidur disampingku? Pikirannya menambah sakit dikepalanya.

Bergeming, pria berponi itu memandangi meja yang tadi dimaksud oleh istrinya. Bubur, sup, susu dan obat. Bahkan tidak ada satupun yang menarik minatnya. Dia hanya ingin terus istirahat hingga tubuhnya benar-benar kembali pulih.

Aldy mengingat kejadian tadi malam, saat dia pulang dari kafe dan lemas karena demam tinggi. Dia juga ingat kalau Icha merawatnya seraya mengomel tadi malam, hal itu membuatnya berdecak.

“Dia sangat berisik!” ujarnya kesal.

Dipandanginya halaman dari jendela kamar yang telah dibuka lebar oleh Icha, menampakkan suasana pagi yang cerah dan hangat sangat berbeda dengan hari kemarin yang redup dan tampak tidak bahagia.

Telah sekitar lima belas menit Icha pergi kerja, mereka bahkan tidak ada interaksi apapun pagi ini. Hanya si perempuan bawel yang terus berbicara tanpa membiarkannya merespon, Aldy bahkan merasa sesak napas karena perempuan itu berbicara cepat tanpa ada jeda.

Diubahnya posisi dan diraihnya mangkuk sup yang berada di meja di samping tempat tidur itu. Agak malas, dia mulai mencicipi kuahnya yang masih hangat dan nyaman di perutnya. Benar saja dia merasa sangat sakit, dia tidak ada memakan apapun sejak pulang dari kantor kemarin, dia juga langsung menikmati kopi panas ketika di kafe. Tidak hanya demam karena kehujanan, dia sangat yakin kalau lambungnya pun sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status