Share

Kabar Tidak Menyenangkan

Sesampainya di kantor, Icha langsung ditemui oleh sekretarisnya yang eembawa berita tidak sedap. Nita bilang posisi Icha sebagai Manager Digital Marketing akan digusur oleh pria bernama Tono yang merupakan keponakan pak direktur. Ah benar-benar bukan asupan yang bagus di pagi hari.

“Dia siapa?” tanya Icha yang meminta informasi lebih lengkap dari Nita.

“Dia lulusan dari Australia mba, katanya sih dia lulusan terbaik nah terus dia pulang ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan milik keluarganya. Ternyata ayahnya yaitu adik dari yang punya perusahaan kita ini, yang berarti dia juga adalah keponakan dari pak Direktur. Gitu.” Nita menunjukan biodata lengkap tanpa foto milik Tono yang dia dapatkan dari temannya di bagian Human Resource.

“Kalau menurut kabar sih, dia mau menggantikan posisi emba tapi saya kurang yakin juga sih, kan dia fresh graduate ya mba, mana bisa langsung jadi Manager,” tambahnya lagi.

Icha mehela napas panjang, “Kita masih ada pendingan tugas dari pimpinan, enggak?” tanya nya kepada Nita. Dia benar-benar serius kali ini.

“Enggak ada mba, kita tinggal nunggu keputusan pimpinan dari semua pekerjaan dan ide baru kita untuk project digital.”

“Aku mau semua tim Marketing Digital berkumpul dan kita bahas satu per satu pekerjaan kita yang belum disetujui oleh pimpinan. Kita evaluasi lagi semuanya dan jangan sampai ada cacat ide sedikitpun.”

“Baik, mba.” Nita langsung keluar dari ruangan Icha dan segera mengumpulkan semua tim untuk rapat.

Icha memang tidak merasa ada celah dalam pekerjaannya, tapi beberapa waktu belakangan dia memang ada sempat mendengar kalau Direktur perlu pembaharuan tim di Marketing Digital. Beliau merasa ide dari tim yang ada sekarang masih belum maksimal, karena mereka harus bisa menjual produk sampai luar negeri jadi mereka merasa perlu sosok yang memahami pasar luar negeri.

Awalnya Icha hanya menganggap angin lalu mengenai isu itu, karena memang Direktur tidak pernah sama sekali menyinggung mengenai hal itu langsung dengan Icha bahkan beliau selalu mengapresiasi pekerjaan tim Marketing Digital yang sekarang.

Sebagai perusahaan furniture, perabotan rumah tangga, strategi penjualannya memang berbeda dengan perusahaan makanan ataupun pakaian yang merupakan kebutuhan pokok. Hal ini menyebabkan, kantor tempat Icha bekerja ini sangat berambisi untuk menjadikan furniture adalah kebutuhan pokok semua orang, karena berdasarkan analisa mereka semua orang kini pasti menggunakan perabotan, baik barang kecil maupun yang besar semuanya dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Tidak jarang Icha merasa sangat tertekan karena tuntutan pekerjaan, bahkan terkadang dia merasa terlalu muda untuk menghadapi semua ini. Bagaimana tidak, manager yang lain usianya sudah diatas 35-40 tahun yang mana mereka semua telah bekerja lebih dari 8-10 tahun di perusahaan itu. Sementara Icha, dia baru genap satu tahun bekerja dan langsung diangkat menjadi manager dan kini dia baru menuju tahun ke-tiga nya bersama perusahaan itu. Terlalu muda juga terlalu perburu-buru, namun dirinya merasa itu adalah bagian dari alat ukur kemampuan bagi kemampuannya.

Setelah cukup lama menunggu, seluruh tim Marketing Digital telah berada di ruangan Icha. Mereka semua membawa berbagai jenis berkas yang mereka rasa perlu untuk dibahas bersama.

Icha kembali mehela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya di kursi, dia menganalisa semua project nya bersama tim. Dia juga mulai berfikir kalau dia akan membicarakan mengenai hal ini dengan Direktur, karena dia tidak ingin mencerna isu dan langsung percaya begitu saja.

Sambil memijat pelan dahinya, dia mendengarkan pemaparan seluruh tim mengenai project yang telah dikerjakan dengan baik. Ia pun mengecek seluruh penjualan yang dilakukan di Market Place yang sebelumnya sempat bermasalah karena adanya mis komunikasi antara perusahaan Icha dengan pihak ekspedisi yang bekerja sama.

Semuanya aman, seharusnya.

“Apa kendala yang kalian alami selama aku menjadi Manager?” Tanya nya spontan membuat seluruh tim hanya saling pandang heran.

“Maksudku, apakah ada kebijakanku untuk tim yang tidak mengenakan kalian? Lalu mungkin ada hal yang memang harus kita perbaiki bersama saat ini? Hal yang benar-benar beresiko?” tambahnya.

“Aku tidak pernah merasa demikian,” jawab Cica, salah satu tim market place. “Mengenai kendala dan resiko, kurasa itu akan selalu ada, Mba. Walaupun kita bekerja maksimal, hal-hal semacam itu akan selalu ada karena itulah tantangannya. Buka begitu, Nita? Kita selalu terkendala masalah penjualan yang tidak stabil, jasa pengiriman yang sempet ngambek karena kontrak kerja sama tidak kita patuhi. Semuanya adalah pembelajaran untuk kita dan kurasa itu bukan hal yang sangat buruk karena sudah sangat wajar. Itu pendapatku.”

Benar, Icha hanya mengangguk mendengar kalimat panjang salah satu rekannya itu.

Karyawannya yang lain jga menyetujui pernyataan Cica. Dalam tahun ini penjualan mereka mengalami kenaikan pada grafik yang itu artinya kinerja merekapun sudah semakin baik. Jumlah anak sekolah menengah yang hendak magang di divisi Marketing Digital juga bertambah, dengan alasan yang mereka ketahui yaitu para anak magang hendak belajar menjadi Marketing yang hebat dan elegan.

“Apa ada hal yang mengganggu fikiran Mba Icha? Biasanya kita selalu melakukan rapat evaluasi jika ada masalah, tapi sepertinya sekarang kita sedang baik-baik saja. Apa memang ada perubahan jadwal rapatnya?” tanya salah satu karyawan yang telah senior.

“Tidak ada gangguan di fikiran saya, Pak. Saya hanya ingin kita kedepannya menjadi semakin bagus lagi dengan selalu mengevaluasi pekerjaan secara rutin,” jawab Icha dengan ramah.

Rambu pendeknya bergerak pelan terkena udara dari pendingin ruangan yang bernyala full. Senyum simpulnya nampak anggun, hanya saja itu tidak dapat menutupi raut wajah penuh tekanan yang sedang ia alami.

Masih sambil terus berbincang dengan seluruh rekan satu timnya, Icha merasa suasana hatinya sedikit membaik karena seluruh tim benar-benar bersemangat untuk melakukan project-project besar yang telah dijadwalkan.

Kling

Ada pemberitahuan pada ponsel manager muda itu, sebuah pesan dari suaminya yang sedang tidak sehat di rumah..

“Enggak jadi pulang?” begitu isi pesannya.

Icha segera mengecek jam tangannya, benar saja telah saatnya untuk istirahat.

Dia tidak berniat untuk membalas pesan suaminya itu, dia kembali melanjutkan rapatnya sebentar lagi, walau bukan pertemuan rutin tapi kali ini cukup genting baginya karena dia benar-benar harus mendapatkan jawaban atas apa yang hendak ia sampaikan kepada pak Direktur.

“Terimakasih semuanya, tetap jaga kekompakan dan loyatitas tim. Semoga kedepannya kita bisa menjadi tim yang semakin kuat dan hebat.” Icha berdiri mengakhiri rapat dadakan itu.

Rekan satu timnya yang lain juga membalas senyum ramah Managernya. Mereka sempat menggoda Icha mengenai status barunya yang telah menjadi seorang istri, tetapi perempuan berambut pendek itu hanya meresponnya dengan senyuman.

Entah, dia menjadi sangat tersipu setiap kali ada yang membahas mengenai statusnya kini.

Kembali dilihatnya jam tangannya yang terus berdetik menunjukkan saatya makan siang. Segera saja dia berpamitan kepada Nita untuk pulang dan brjanji akan kembali tepat waktu karena ada misi untuk bertemu dengan DIrektur bersama sekretarisnya itu.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status