Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Madeline Crawford keluar dari rumah sakit, memegang hasil tes di tangannya yang gemetaran. Air mata menggenang di matanya, namun tidak bisa dipastikan apakah dia senang atau sedih.“Miss Crawford, Anda hamil.” Sekali lagi, kata-kata dokter tadi terngiang di telinganya.Tiga bulan yang lalu, ia menikahi Jeremy Whitman; tuan muda pertama dari sebuah keluarga bergengsi yang menjadi sumber rasa iri di seluruh Glendale. Pada hari pernikahan mereka, setiap wanita di kota ini sangat iri dengannya. Ia juga berpikir kalau ia adalah gadis yang paling bahagia dan paling beruntung di muka bumi.Sejak ia bertemu Jeremy saat ia berusia sepuluh tahun, sebuah bibit telah tertanam di hatinya.Dalam usaha membuat dirinya sederajat dengan Jeremy dan kembali mencuri pandang ke arahnya dalam kerumunan, ia bekerja keras untuk memperbaiki dirinya selama dua belas tahun penuh. Ia selalu merasa bahwa mereka berasal dari dua dunia yang berbeda. Ia seperti anak liar yang tumbuh besar dalam reruntuhan. B
Keesokan harinya, Madeline bangun dari tidurnya.Sebelum ia sadar sepenuhnya, satu kotak pil kontrasepsi dilemparkan ke arahnya.“Minum ini.”Madeline mengangkat kepalanya dan melihat Jeremy sudah berpakaian lengkap. Ia terlihat dingin dan elegan, sama sekali berbeda dengan iblis kasar di malam sebelumnya.Menatap kotak pil kontrasepsi itu, jantung Madeline mulai gemetaran.Ia sudah terlanjur hamil dan tidak seharusnya meminum pil kontrasepsi. Nekat meminumnya bisa mengakibatkan cacat pada bayinya.“Kenapa kau tidak meminumnya? Kau ingin aku menyuapimu?”Jeremy mulai gelisah saat melihat Madeline tidak segera bergerak.“Madeline, aku peringatkan, ya. Jangan sedikitpun berpikir bahwa kau bisa mengandung anakku. Kau ini cuma manusia rendahan yang tidak punya malu yang menggigit tangan yang memberimu makan. Kau tidak pantas punya anak dariku!”Kata-kata Jeremy menghantam jantung Madeline.Sudah masuk musim panas, tapi Madeline bisa merasakan angin dingin menyerang hatinya dengan
Madeline terjerembab ke lantai setelah menerima sebuah tendangan entah dari mana. Alam bawah sadarnya menyuruhnya untuk melindungi perutnya. Kemudian, sebelum ia bisa memberi penjelasan, Jon menempeleng kepalanya.“Dasar pelacur! Bisa-bisanya Meredith bunuh diri karena seseorang sepertimu! Kau yang lebih pantas mati!”Lewat gigi yang terkatup, Jon melepehkan setiap kata, semuanya. Ia membenci Madeline sampai ke tulang sumsum.“Dad, tidak apa-apa. Aku tidak ditakdirkan untuk bersatu dengan Jeremy. Aku tidak menyalahkan Maddie.” Suara isak Meredith pelan-pelan mulai terdengar dari sisi lain ruangan.Sudut bibir Madeline berdarah dan kepalanya berdengung oleh rasa sakit. Ia menahan rasa sakitnya dan mengangkat kepalanya. Hasilnya, ia melihat Meredith bersandar di dada Jeremy. Akibatnya, matanya mulai digenangi oleh air mata.Jeremy memeluk Meredith yang masih terisak. Matanya dipenuhi kelembutan saat ia melindungi Meredith.Pemandangan itu sungguh membuat nyaman, tapi menusuk Madeli
Madeline tidak bisa menemukan rantai yang menghubungkan gadis yang memanggilnya ‘anak dusun’ barusan dengan Meredith yang ia kenal selama ini.Sejak ia masuk ke dalam Keluarga Crawford dan bertemu Meredith, ia merasa kalau Meredith adalah gadis muda yang murah hati, elegan, baik, dan lembut. Namun, sekarang ini …“Aku sangat marah! Aku membuang banyak waktu dan tenaga untuk membuat rencana yang sempurna dan membuat Jeremy meminum minuman yang sudah dicampur obat itu. Aku bahkan menelepon wartawan untuk mengambil foto dan merekam bukti bahwa aku menghabiskan malam bersama Jeremy pagi-pagi sekali agar kakek tua Whitman itu setuju untuk menikahkan Jeremy denganku. Siapa mengira kalau aku salah membaca nomor kamar dan tidur dengan seorang gelandangan yang menyedihkan. Tanpa direncanakan, aku membiarkan Madeline memetik keuntungan dari kejadian itu!”Jadi, inilah kebenarannya; inilah wajah asli saudara perempuan yang baik yang beberapa menit yang lalu memintakan ampun atas namanya.Jan
Mereka tidak menyangka Madeline akan muncul dan mengatakan itu. Ketiga orang di ruangan itu membatu.Setelah beberapa detik, ekspresi Meredith berubah. Raut wajah yang biasanya lembut dan penuh sopan santun menghilang. Sebaliknya, dia terlihat sangat keji. “Madeline, kenapa kau masih di sini?” Mata Madeline memerah. Ia tertawa kecil mengejek dan berkata, “Bukankah aku datang tepat waktu untuk ambil bagian dalam rencana yang baru saja kalian ajukan?”Meredith menyadari apa yang terjadi dan wajahnya terkulai. “Berani-beraninya kau menguping pembicaraan kami!”Madeline berkata, “Yeah, kalau tadi aku tidak mendengar apa yang kau katakan, aku tidak akan pernah tahu kalau kakakku yang baik hanyalah pelacur bermuka dua yang tidak punya malu!”“Berani-beraninya kau memanggil Meredith dengan kata itu, berandalan! Kau menggali kuburmu sendiri!” dengan marah Rose mengangkat tangannya, dia bersiap untuk memukul Madeline lagi.“Mom, buat apa kau marah-marah pada anak dusun yatim piatu ini?” M
“Tidaaakk! Jeremy…”Wajah Madeline memucat oleh rasa takut. Ia merasa ngeri dengan tindakan Jeremy.Ia tidak pernah melihat sisi Jeremy yang dingin dan kejam seperti ini sebelumnya. Ia takut kalau-kalau bayi di dalam kandungannya memaksa keluar karenanya.Akan tetapi, Jeremy tidak memberikannya kesempatan untuk melarikan diri. Dia memenjarakannya dalam cengkeramannya.Ia tidak pernah mengira kalau Jeremy sangat membencinya.Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Madeline hanya merasakan sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya. Akibatnya, ia jatuh dalam tidur yang sangat lelap, dan di dalam mimpinya, ia dikirim kembali ke musim panas yang indah dua belas tahun yang lalu.Matahari bersinar cerah di pantai dan di sana terdapat sebatang pohon kapur barus.Madeline kecil memunguti cangkang-cangkang kerang di sepanjang pantai. Dari kejauhan ia menatap seorang anak lelaki pendiam yang sedang duduk di atas sebuah batu. Dia terlihat tidak bahagia.Itulah pertama kali