Tuduhan pria itu mengaliri tubuh Madeline, dan ia merasa sangat ironis.“Bukankah kau sudah tahu tentang hal itu, Mr. Whitman?”Jawaban Madeline semakin membuat Jeremy marah. Dengan murka dia mengangkat dagu Madeline dan memelototinya dengan mata hitam tak berdasarnya yang dipenuhi kemarahan.“Jadi, kau pergi untuk mencari cinta lamamu, hmm?”‘Cinta lama? Maksudnya pasti Daniel.’Dulu Daniel adalah teman sekelas Jeremy. Mereka berdua dua tahun lebih tua darinya, adalah senior-seniornya.Saat Daniel menyatakan perasaannya ke Madeline pada saat upacara kelulusan, semua orang di sekolah mengira mereka akan mulai berpacaran setelah itu.Madeline tidak tahu kalau Jeremy juga percaya dengan gosip itu.“Madeline, aku bilang padamu, bahkan jika aku mengusirmu suatu hari nanti, jangan pikir kalau kau bisa melarikan diri ke pelukan laki-laki lain. Aku ingin melihat siapa yang berani memungut sampah yang sudah aku pakai sebelumnya!”Sampah.Dia mendeskripsikan dirinya dengan kata-kata d
Madeline mengira dia membuat pembalasan dengan cemerlang, namun, setelah mendengar kata-kata Meredith, ia merasa sudah dikalahkan dengan telak.Jeremy ada di sini bersama Meredith untuk memeriksakan kandungan Meredith.Kegiatan ini seharusnya adalah sesuatu yang dilakukan sepasang suami istri; Jeremy sudah memberikan prioritasnya kepada wanita lain.Meredith berjalan di depan Madeline dengan bangga. “Ada yang salah, Maddie? Kau kesal? Patah hati?”Madeline mengepalkan tangannya, tapi ia tidak membiarkan dirinya kehilangan ketenangan. “Tidak, aku cuma berpikir kalau kau tidak tahu malu.”Setelah berkata demikian, ia melemparkan tatapan tidak peduli ke arah wajah psikopat Meredith.“Meredith, kupikir aku tak akan bisa menemukan gadis lain yang tidak tahu malu dan bangga dengan hal itu seperti dirimu; seseorang yang menganggap dirinya terlalu tinggi padahal cuma wanita simpanan.”“Kau …”“Suatu hari, Jeremy akan tahu bahwa anak di dalam perutmu itu bukan anaknya.”Topeng kemunafi
Setelah beberapa saat, Jeremy tiba. Akan tetapi, bukan karena Madeline ingin menemuinya. Sebaliknya, dia datang untuk memarahinya dengan kejam.Pencahayaan di ruang pertemuan itu temaram. Meskipun begitu, itu cukup bagi Madeline untuk bisa melihat wajah Jeremy yang seram dan penuh kebencian.Madeline teguh pada pendiriannya. “Aku tidak mendorong Meredith. Dia menjatuhkan dirinya sendiri dengan sengaja. Tolonglah, percayalah padaku, Jeremy!”Setelah mendengar kata-kata Madeline, Jeremy mengulurkan tangannya. Tangan dinginnya mencengkeram belakang lehernya kuat-kuat, dan mendorong Madeline ke arahnya.Matanya hitamnya yang tak berdasar bagaikan sebilah pisau belati yang dingin, menatapnya tajam saat Jeremy menembakkan tatapan menyilaukan dan berkata, “Tidak hanya bukti, tapi ada juga saksi mata. Tapi, kau masih punya muka untuk mengatakan bahwa itu bukan perbuatanmu?”“Aku tidak melakukannya! Meredith menjebakku! Aku tidak mendorongnya! Bukan aku!” Madeline mengalami stres berat. Ia
Saat Madeline ingat dirinya sendiri yang babak belur, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.Setiap wanita ingin memberikan versi terbaik dari diri mereka untuk laki-laki yang mereka cintai. Akan tetapi, kapan pun ia bersama Jeremy, ia pasti berada dalam keadaan paling buruk dan paling compang-camping. Saat ini, ia bahkan dipenuhi luka yang Jeremy berikan untuknya“Siapa yang memberimu izin untuk masuk?” Jeremy berhenti di luar pintu.Madeline menatapnya. “Ini rumahku.”“Rumahmu?” Pria itu terkekeh merendahkan. “Kau pikir kau punya hak untuk menyebut ini rumahmu?”Sinar di mata Madeline memudar. Kata-kata Jeremy menusuk jantungnya bagaikan pecahan-pecahan kaca.“Kalau bukan karena kebaikan Mer, kau masih akan membusuk di penjara.” Kata-kata Jeremy bercampur rasa cintanya untuk Meredith.Madeline mengejek. “Yeah, kalau bukan karena ‘kebaikannya’, aku tidak akan berakhir di tempat seperti itu.”Jelas terlihat kalau Jeremy menjadi marah oleh apa yang barusan dia katakan. “Kau ma
Jeremy takut. Dia merasa seperti ada duri tersembunyi di jantungnya yang menusuknya tanpa ampun. Dia mengangkat Madeline tanpa ragu-ragu.Saat Meredith melihat kejadian itu dari dalam rumah, dia melangkah maju untuk menghentikan Jeremy. “Jeremy, ke mana kau akan membawa Maddie?”Namun Jeremy mengabaikannya dan melaju ke rumah sakit sambil memeluk Madeline.Sepanjang jalan, otaknya dipenuhi momen pertama kalinya dia bertemu gadis ini saat dia masih sangat muda. Momen itu lembut namun tenang dan membahagiakan. Momen yang terus diputar ulang di otaknya.Jantung Jeremy berdegup dengan paniknya. Entah bagaimana dia lupa kalau dia seharusnya masih dalam usaha penghinaannya kepada Madeline dan dengan panik dia membawa Madeline ke ruang gawat darurat.Madeline mengatakan kalau dia sedang hamil dan bayi itu adalah anaknya. Akan tetapi, tubuhnya sekarang ternoda oleh darah Madeline.Jeremy merasa seakan-akan dia dicekik oleh sesuatu yang tidak terlihat. Inilah pertama kalinya dia berharap Madel
Saat mendengar hal itu, ekspresi Jeremy berubah.Dia berjalan mendekat dan melihat Meredith memunggunginya. Dia sedang berbicara dengan dokter Madeline.“Mengapa ini terjadi? Aku tidak pernah menyangka Madeline akan melakukan hal seperti itu…” tidak berapa lama, terdengar Meredith menghela nafas.Jeremy tidak mendapatkan keseluruhan ceritanya. Akan tetapi, saat ia hendak maju dan bertanya pada mereka, dokter itu mengerutkan kening dan berkata dengan canggung, “Hhh! Berbohong itu melanggar kode etik seorang dokter, tapi adikmu itu benar-benar luar biasa. Dia tidak hamil, tapi dia memaksa untuk berpura-pura hamil. Dia bahkan memakai darah palsu untuk berpura-pura kalau bayinya terdampak. Ketika kami mengetahuinya, dia mengancam akan bunuh diri dan memaksa kami untuk berbohong bersamanya. Kami benar-benar kehilangan kata-kata!”Wajah Jeremy seketika tertutup oleh selapis es setelah mendengar perkataan dokter itu.Dia berpura-pura?Madeline berpura-pura hamil? Darahnya juga palsu?“Aku bis
“Heh.”Jeremy melontarkan ejekan. Ia menatap ke bawah ke arah Madeline dengan mata gelapnya yang dingin.“Aku meremehkanmu, Madeline. Kau bahkan berhasil menyuap para dokter di sini untuk berbohong mengenai kehamilanmu. Kau pikir aku bodoh? Kau pikir bisa semudah itu membohongiku?”Madeline mengangkat kepalanya dan terisak dengan pelan. “Tidak! Aku tidak berbohong padamu, Jeremy! Kenapa aku berbohong untuk sesuatu seperti itu? Aku benar-benar hamil! Kau tak percaya padaku, Jeremy? Pegang perutku. Anak itu benar-benar ada di sini…”Madeline berdiri dengan semua kekuatan yang ia punya dan menggenggam tangan Jeremy. Ia ingin Jeremy percaya padanya. Ia ingin pria itu merasakan kehidupan yang sudah mulai terbentuk di perutnya.Akan tetapi, Jeremy menepiskan tangannya.“Enyah kau! Jangan menyentuhku dengan tanganmu yang kotor itu!” mata Jeremy setajam pisau. “Kau tidak hamil. Tapi bila benar pun, aku akan menggugurkannya karena kau tidak pantas memiliki anakku! Madeline, gadis sepertimu tida
Meskipun begitu, Madeline menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit. Apa bedanya bilang pada Jeremy atau tidak?Dia tidak akan peduli dengan kondisinya. Buat Jeremy, akan lebih bagus kalau ia mati.Demi anak yang ada di perutnya, Madeline harus menjalani hidup dengan pikiran positif.Dokternya bilang kalau bayinya ‘bertentangan dengannya’.Semakin besar bayi itu tumbuh di dalam perutnya, semakin buruk kondisi Madeline karena posisi bakpao kecil itu berada tepat di atas tumor yang semakin hari semakin mengganas.Madeline mengirim banyak sekali CV secara online, namun belum ada tanggapan sama sekali. Akan tetapi, akhirnya, ia mendapatkan sebuah pesanan.Pesanan itu datang dari sebuah perusahaan kecil. Mereka ingin Madeline mendesain sepasang cincin, dan mereka menawarkan bayaran yang lumayan.Tentu saja, Madeline menerima tawaran itu. Sepanjang hari ia bekerja di kamarnya dan hanya turun ke bawah untuk membuat makanan.Bayinya sudah berusia tiga bulan. Namun, karena saat itu musim ding