"Aduuuuh, maaf ya Arbel jadi harus jagain Ares di rumah."
Laras menarik kopernya keluar rumah, diikuti Rangga yang menenteng tas besar dan Andre yang menggandeng Aya untuk berjalan. Di belakang mereka sudah ada Arbel yang tertawa canggung dan Ares yang menguap ngantuk.
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, Laras bilang dia dan Rangga harus pergi ke press conference yang di adakan oleh Ikatan Dokter Indonesia di Bandung. Dan karena sekarang adalah malam minggu, Andre dan Aya akan ikut dan di titipkan di rumah kerabat mereka di sana kemudian lanjut jalan-jalan di kota Bandung keesokan harinya.
"Aaaaaah, gak apa tante. Ares gak ngerepotin kok." Ucap Arbel sambil tersenyum malu-malu. Arbel memang berniat untuk jual mahal setelah kejadian kemarin. Tapi kalau ditinggal berdua saja semalaman kan dia jadi berdebar-debar juga.
"Iya, kamu yang ngerepotin." Kata Ares sambil menatap malas Arbel, memikirkan entah ap
"Yusa! Sini!"Yusa menengadah, memandang seorang gadis cilik yang hanya berbeda dua tahun darinya itu dengan bingung. Tangan mungilnya yang sedang merangkai bunga dan ranting kecil terhenti untuk memberikan perhatian penuh pada gadis tersebut."Nda mau!"Yusa menggeleng, tangannya kembali dengan pelan membengkokan ranting-ranting tersebut agar bisa membuat bentuk bulat sempurna.Kesal, gadis tersebut berjalan ke arah Yusa cilik dengan kecepatan hebat.DUKKaki gadis tersebut mendarat tepat di punggung Yusa, membuat Yusa mengaduh kesakitan."Kak Rasya! Sakiiiiiit...." Yusa cemberut, kemudian matanya mulai berair, sedangkan Rasya hanya berdiri dengan menyilangkan tangan di depan dadanya, wajah kesal yang di penuhi luka seharusnya sudah cukup membuat Yusa takut, tapi sedari tadi Yusa terlihat sangat sibuk sampai tidak mau ikut main dengannya."Eeeeeh, anak ganteng mama kenapaaa?"Yusa mengalihkan pandangan ke arah wanita de
"Bel? Lo kenapa si?"Yusa menepuk-nepuk punggung Arbel yang saat ini sudah kelihatan tidak bernyawa.Sejak pagi tadi, Yusa merasa Arbel seperti mayat berjalan, Arbel bahkan tidak sengaja menabrak dosen killer mereka di lorong jalan.Untung saja Yusa sempat putar badan, jadi dia bisa buru-buru meninggalkan Arbel di marahi sendirian dan pura-pura gak kenal. Hehe."Lo marah ya gue ninggalin lo di marahin Pak Burhan sendirian?"Arbel menggeleng, saat ini wajahnya sedang di sembunyikan di dalam lipatan tangannya di atas meja.Yusa kembali mengingat-ingat ada kejadian apa lagi tadi yang sekiranya membuat Arbel tidak bergairah seperti sekarang."Lo marah ya tadi gue mintain contekan terus?"Arbel kembali menggeleng."Kalo gitu lo marah gara gara gue nyalain hotspot dari hp lo?"Arbel bangun dari tidurnya. "Kamu yang ngabisin kuota saya?"Yusa, dengan cengiran tidak tau malunya hanya mengangguk."Ck." Arbel
Arbel pening, keadaan di depannya kini sungguh tidak terduga.Barusan, sekitar dua jam yang lalu Om dan Tante pulang ke rumah, namun yang mengagetkan adalah Ares yang juga pulang, bukan hanya itu, Ares pulang membawa Rasya!Tidak pernah terpikirkan sedikitpun di otak Arbel kalau dia akan makan malam bersama semeja dengan Ares dan kekasihnya, bukan hanya itu, Arbel juga menyiapkan makan malam bersama Tante Laras dan Rasya, duh, kesialan macam apa ini?"Kamu udah lama gak main loh, Sya. Udah pinter masak?"Laras melirik Rasya dengan jenaka, memerhatikan Rasya yang sedang memotong-motong sayuran dengan seksama."Kalau cuma potong, Rasya jago tante. Kan calon dokter bedah.""Hahaha bisa aja kamu, untung di kedokteran gak ada metode bedah pakai api, kalau ada sudah berapa boneka praktek yang kamu gosongin kaya waktu dulu kamu masak telur di sini."HAHAHAHAHAKemudian terdengar tawa me
3 bulan kepindahan Arbel ke Jakarta, dan 3 bulan juga Arbel menjalani percobaan 'mendapatkan hati Ares dalam satu tahun atau di depak'Ada beberapa hal yang Arbel sadari semenjak kepindahannya di kampus ini.Adiwarna, kata orang adalah universitas dengan fasilitas nomor satu di Indonesia.Pertama, hanya orang-orang jenius dan beruang banyak yang bisa memasukinya. Meski bukan perguruan tinggi negeri, Adiwarna tidak pernah kehilangan kehormatannya, tentu saja, tawaran pemerintah untuk di jadikan PTN saja mereka tolak, menghempaskan calon mahasiswa yang tidak pantas bukanlah apa apa menurut mereka.Itu lah yang membuat seorang Barbela Manda resah saat pertama kali memasuki kampus ini. Bagaimana tidak? Arbel tidak begitu pintar, pun tidak begitu cantik, gaya berpakaiannya sehari-hari juag tidak menunjukan kalau dia itu orang yang berada.Bahkan di jurusannya ada beberapa kabar burung kalau Arbel adalah simpanan dosen atau bahkan anak haram dari pemilik kamp
"Barbela Manda!"Brak! Prang!Arbel melotot, matanya seolah mau copot dari tengkoraknya. Di sampingnya Yusa juga sama kagetnya, dengan mulut yang menganga membuat cilok yang sedang dia makan terlihat jelas dan menjijikan.Bukan hanya Arbel dan Yusa, seisi kantin saat itu seperti ada di mode beku. Orang-orang menghentikan kegiatan mereka. Beberapa bahkan Arbel lihat menjatuhkan gelas dan mangkuk soto yang sedang mereka bawa.Bagaimana tidak?Di pintu kantin saat ini, ada seorang Ares Algibran, dengan keringat yang bercucuran, nafas yang terengah membuat dada bidangnya naik turun sesuai irama, ramutnya yang basah dan tatapn sayunya karena kelelahan membuatnya terlihat... seperti dewa!"A-ares?" Arbel dengan ragu menyebut nama Ares, beberapa orang dengan rasa penasaran menengok ke arahnya. Belum ada yang bersuara sejak Ares tiba, beberapa bahkan ada yang lupa bernafas saking kagetnya melihat pemandangan di depan.Arbel pun sama, jang
"Kamu Mama buatin waffle kesukaanmu loh, Kak.""Engga, Ares gak laper.""Kalau gitu nanti malem mau makan apa?""Mau makan di kampus.""Kalo Ma-""Ayo bel, kelas pagi saya sebentar lagi."Laras cemberut, Ares sudah dua hari ngambek pada dirinya karena menyebarkan kabar tentang Arbel di instagram, alhasil sekarang dia mogok bicara dan mogok makan buatan Mamanya sendiri.Padahal kan Laras berbuat seperti itu karena sebal dan gregetan mereka berdua menyembunyikan pertunangan mereka dari orang orang di kampus."Tante, Arbel berangkat dulu ya." Arbel dengan raut wajah yang jelas sekali menggambarkan perasaan tidak enak karena sikap Ares bersalaman pada Laras kemudian melambaikan tangannya pada Aya dan berjalan keluar menyusul Ares yang sudah duluan.Hah.... Setidaknya karena sedang ngambek pada Laras Ares jadi lebih sering dengan Arbel.Benar! Rencananya tidak sia sia, tidak apa akun instagramnya jadi di hapus pa
Ares mengedipkan matanya, beradaptasi dengan cahaya lampu yang masih terasa terlalu terang untuk matanya."Ugh..." Ares berusaha bangun, masih merasa nyeri di sekujur tubuhnya, tapi bukan hanya itu yang Ares rasakan, ada sesuatu yang berat yang menindih lengannya hingga kesemutan.Merasa terganggu, Ares menengok ke sebelah kanannya.Dan di sana lah Arbel berada, tertidur dengan pulas di atas lengan Ares yang kini sudah hampir mati rasa.Sial, kepala Arbel sangat berat."Arbel.." Ares memanggil dengan lemah, tangan kirinya dia coba untuk mengguncang kepala Arbel meskipun tenaganya belum ada."Hmmmm..." Arbel bergumam, semakin menarik lengan Ares ke dalam pelukan tangannya.Ares terdiam, dilihatnya kening Arbel yang bertautan seolah tidurnya sedang sangat terganggu. Duh, ada apa ini? Kenapa wajah Ares memanas saat melihat Arbel begitu posesif dalam memeluk lengannya.Apa Ares pergi tidur lagi saja? Tapi Ares harus meminum obatnya
Aku membuka mataku, menggerakan tubuhku saat ku rasakan kaku yang teramat sangat di punggung dan leherku.KREKAaaaah, memang paling enak merasakan punggung dan leher yang lega setelah tulangmu berbunyi karena perenggangan.Ku pandang sekeilingku, ada bayangan tubuh manusia yang melayang di depan pintu, hampir saja aku berteriak jika tidak ingat di mana sekarang aku berada.Ruang keluarga, dengan jam menunjukan pukul 5 pagi dan suasana yang masih sepi. Oh iya, bayangan orang tadi tentu saja satu dari sekian banyaknya kerangka tubuh manusia yang keluargaku miliki.Tadi malam Arbel tertidur setelah ku cekoki obat yang sudah ku gerus, meski ada perlawanan terlebih dahulu, tentu saja aku lebih gesit dan lebih kuat untuk mendominasi Arbel."Hoam..."Benar saja, Arbel tertidur di kamarku, di ranjangku, sedangkan aku si tuan rumah harus tidur di sofa di ruang keluarga.Sudah ku tebak sejak melihat wajahnya yang hampir ngiler di stasiu