"Ares Ares ayooooo."
Arbel dengan semangat melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung tua yang tak jauh dari tempat mereka berada.
"Iya iyaaaa...." Ares dengan malas menarik kopernya ke arah yang sama seperti yang Arbel tuju.
Tadi pagi Anto sudah mengantar mereka menuju pusat kota Yogya, membiarkan mereka menghabiskan sisa liburannya di tempat temoat menarik Yogyakarta.
"Tolong jaga Arbel di sana, dik Ares. Bibi harap kalian bisa berbahagia apapun pilihan yang kalian pilih."
Itu adalah ucapan Ayu pada Ares saat Arbel sudah aman dan nyaman memasuki mobil Anto.
Ah, Ares bisa merasakan perasaan tulus akan kasih sayang dan khawatir yang Bibi Ayu pancarkan.
Tanpa rasa terbebani, kali ini Ares dengan percaya diri menjawab.
"Akan Ares jaga."
Pada Ayu, dan terutama pada dirinya sendiri.
Tadi mereka di turunkan di pangkalan becak dan tidak langsung ke hotel yang sudah di pesan Laras.
Arbel ingin Ares merasakan bagaimana menaiki
Haiiiii pembaca HT✨✨✨Gak kerasa aku udah istirahat dari cerita ini selama beberapa minggu, atau bahkan bulan? HeheDi sini aku mau sampein dua info;1. HT akan kelar dalam beberapa bab lagi (bakal ada sekuel gak yaaaa? Hmmmmm...)2. Aku punya cerita baru berjudul Ethereal buat kalian baca sambil tunggu update HT 🎉🎉🎉Kenapa aku buat cerita baru dan malah istirahat nulis HT? Karena aku lagi butuh banget perubahan suasana baru, jadi aku milih istirahat dan kesampingkan HT sejenak.Yuk cus liat sinopsisnya.- Ethereal -"Tunjukan semuanya padaku, jangan buat semua uang yang ku hamburkan padamu sia-sia."Damon GasendraPria dominan yang di gadang-gadang manusia setengah dewa. Kaya dan tampan sejak lahir membuatnya menjadi seorang sadistik yang angkuh pun arogan.
Barbela Manda, nama kerennya Arbela, nama guyonnya Barbel.Datang dari Yogyakarta dengan sepucuk surat wasiat dari Almarhum sang Ayah sebelum meninggalkan dirinya sendiri.“Carilah keluarga Algibran di Jakarta. Sampaikan nama Ayah dan tinggal lah dengan mereka, belajarlah di sana dan bahagia.”Membuat Arbel dengan berat hati meninggalkan sanak saudara dan kerabat di Yogya untuk pergi berpetualang di Jakarta.Ares Algibran, cowok ber IQ hampir 200 yang saat ini sedang menempuh pendidikan kedokteran, mengikuti jejak Ayah, Ibu serta leluhur keluarganya. Keluarga dokter paling terkenal di Indonesia, pemilik Rumah Sakit bergengsi di Jakarta, keluarga Algibran.Pintar, tampan, kaya, atletis dan lain-lain. Dalam kata lain, Ares adalah definisi sempurna.Hanya satu kelemahannya, sikap arogan dan dingin yang gak ketulungan. Membosankan dan cum
“Carilah keluarga Algibran di Jakarta. Sampaikan nama Ayah dan tinggal lah dengan mereka, belajarlah di sana dan bahagia.” “Dek, keretanya wis sampe.” Aku mengerjapkan mataku, menguap sebentar dan meregangkan tubuhku. Cahaya tajam dari jendela kereta terasa menusuk-nusuk mataku, ku usap mataku dan ku tengok sekitarku. Di sampingku ada seorang ibu-ibu yang sedang membereskan barang bawaan di bagasi atas kursi. Eh? Ibu ini siapa ya? Aku di mana ya?“Kamu yang bener di sana ya, Nduk. Jangan lupain yang Bibi sama Bapakmu ajarin di sini.”“Kamu beneran harus pergi toh, Bel? Sedih aku.”“Inget yo, Bel! Lanang-lanang di Jakarta tuh jahat kaya di sinetron! Tunggu aku pasti nyusul kamu ke sana yo, Bel.” Tiba-tiba kilas ingatan perpisaha
TING TONG“Ekhem ekhem.” Aku berdeham pelan, merapikan rambutku dan menepuk-nepuk rokku yang sepertinya kusut. Sudah dua kali ku tekan tombol bel rumah ini, tapi sama sekali belum ada tanda-tanda balasan dari dalam.Hihi, setelah insiden tadi aku masih termenung di stasiun, mengingat pria super tampan tadi yang sukses membuat jantungku berdegup kencang. Tanpa sadar jam sudah menunjukan pukul 2. Dengan panik aku mecari jalan keluar yang ternyata salah dan memutari jalan di stasiun untuk sampai di terminal terdekat.Di depanku sudah ada sebuah pintu dengan gantungan kayu yang bertuliskan A1/08.Iya! Saat ini aku sudah sampai di depan rumah Algibran. Rumah yang terlihat sangat mewah dari luar. Bukan hanya rumah ini saja, tapi seluruh rumah di komplek ini terlihat sangat mewah. Bahkan saat ak
Nama: Ares Algibran.Usia: 21 tahunPekerjaan: Mahasiswa Universitas AdiwarnaJurusan: Kedokteran, tahun ke 3.Kelebihan: Jenius, tampan, badan proporsionalKekurangan: Sikap macam kulkas dan setanAku menaruh pulpenku di samping diary yang baru saja ku tuliskan hal-hal yang ku tahu tentang Ares setelah 3 hari tinggal di sini.Singkatnya, Ares itu buruk.Sudah 3 hari sejak Tante dan Om Algibran (Karena tidak mungkin lagi ku panggil Nyonya dan Tuan, serta ada kemungkinan Ares akan membunuhku jika mereka ku panggil Mama dan Papa, maka aku memutuskan memanggil mereka Om dan Tante) menjelaskan tentang perjanjian yang dia dan Ayah buat.Sebelum Ayah menin
"Jarak 1 meter." Arbel cemberut, memundurkan kakinya beberapa langkah, menjauhkan dirinya dari Ares yang sedang berjalan di depannya sambil melihat pemandangan kota Jakarta. Mereka sedang berjalan menuju stasiun MRT terdekat, tadi Ares ngotot ingin naik kereta saat Ayahnya menyuruh untuk mengantar Arbel menggunakan mobil."Aku nanti kumpul sama teman-teman. Jadi pulang bisa nebeng dan dia bisa pulang sendiri." Sebenarnya Arbel tidak masalah, toh katanya jarak dari rumah ke kampus pun tidak terlalu jauh, yang buat Arbel mencebik sebal adalah kata-kata terakhir Ares yang hanya bisa di dengar olehnya."Biar bisa pulang pergi sendiri dan gak ngerepotin." Arbel cemberut saat mengingat perkataan Ares. Sungguh tidak adil dia bertemu dengan Ares saat melihatnya melakukan pekerjaan suci dan dengan senyum lembut menenangkan terhadap orang sakit. Kan Arbel jadi jatuh hati duluan
Malam sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Di luar sedang hujan lebat dan suara petir bersambar terdengar sejak tadi. Beruntung rumah Algibran semi-kedap suara, membuat Arbel yang biasanya gugup ketika hujan kini bisa tertidur nyaman dengan penghangat ruangan dan selimut yang nyaman. Laras dan Rangga malam ini tidak akan pulang karena memiliki shift malam di Rumah Sakit, menyisakan Arbel, Aya dan Andre di rumah untuk makan malam bertiga. Tadi sore pun Ares tidak pulang karena ada acara makan malam di luar dengan teman-teman. Arbel sebenarnya ingin menunggu Ares sampai pulang, tapi Arbel tidak tahu nomor telpon Ares untuk menanyakan kapan kira-kira akan pulang, itu juga belum tentu Ares akan memberi tahunya, atau bahkan mungkin akan langsung memblokir nomornya. Jadi Arbel langsung pergi tidur karena kejadian-kejadian kemarin cukup melelahkan baginya. Cklek. Pintu rumah terbuka, menampakan Ares yang memegangi kepalan
Tik Tok Tik Tok Bunyi jam dinding terdengar menggema di kamarnya, Arbel mengeratkan pegangan pada selimut yang sedang menyelimuti tubuhnya. Keringat mengalir di pelipisnya, kepalanya berputar dan matanya benar-benar berat akibat menangis seperti orang gila. Dia sudah meminum obat demam yang juga memberikian efek mengantuk pemberian Tante Laras. Dia juga sudah mencoba tertidur, tapi yang muncul di mimpinya malah kenangan buruk yang sudah 4 tahun ini coba dia lupakan. "Ayah....." Arbel bergumam gusar, meringkuk di dalam selimutnya. "Arbel takut yah..." Arbel meringis, mengingat sang Ayah yang ketakutan setengah mati saat kejadian itu terjadi. Arbel ingat saat Ayahnya menangis, meminta ampun secara diam-diam kepada almarhumah Ibu sambil memandangi fotonya. Sehancur perasaan Arbel karena insiden itu, lebih hancur l