Kedatangan Pak Pranoto ke perusahaan, bertujuan untuk mengumumkan secara resmi, bahwa jabatan sebagai CEO sudah digantikan oleh anak tunggalnya.
Usai dari aula perusahaan, rombongan Pak Pranoto menuju ke lantai paling atas yaitu ruangan Khalingga.
Mereka sudah duduk di sofa yang berwarna hitam, sedangkan Nayyara berdiri di belakang Kavi.
Merasa kondisi sudah aman, Bu Iska memerintahkan Nayyara untuk duduk di sampingnya.
,
"Maaf Bu, saya tidak berani."
Proses pemilihan sekretaris untuk Kavi sekaligus perpindahan jabatan menjadi sekretaris Khalingga, membuat Nayyara mendapat pagi yang lumayan merepotkan.Nayyara sudah disibukkan dengan berbagai data karyawan lama dan pelamar baru yang ingin menjadi sekretaris Kavi.Nayyara menyeleksi satu demi satu data karyawan, ia meneliti dengan seksama menyesuaikan kriteria yang diinginkan Kavi.Hampir dari setengahnya Nayyara sisihkan. Kemudian sisanya ia berikan kepada Kavi untuk memilih siapa yang akan dipilihnya untuk di interview.toktoktokNayyara mengetuk pintu ruangan Kavi, kemudian ia masuk setelah Kavi memerintahkannya."Ini data beberapa kandidat untuk menggantikan saya menjadi sekretaris Bapak."Tumpukan kertas setebal 2 cm Nayyara berikan kepada Kavi."Tinggakan di sana, saya akan mengeceknya nanti," ucap Kavi yang
Sesuai janji, Tama sudah sampai di depan gedung Dakara Group untuk menjemput Nayyara. Ia sangat ingin untuk turun menanti sang pujaan hati di luar. Tapi Tama urungkan, karena Nayyara yang merasa kurang nyaman diperhatikan karyawan lain.tuktuktukTerdengar suara ketukan dari kaca jendela mobil, membuat Tama menoleh ke asal suara, ternyata Nayyara yang mengetuk jendela. Segera Tama membukakan pintu dari dalam mobil."Lagi mikirin apa Bang?" Nayyara melihat raut wajah Tama yang sedikit kusut.
Nayyara yang lelah langsung merebahkan diri sejenak, ia ingin sekali memejamkan matanya tapi ia urungkan, segera ia bangun untuk membersihkan diri.Langkah Nayyara terhenti ia menoleh ke arah jam dinding, ternyata sudah sangat larut. Pantas saja ia tidak bertemu Papah dan Mamanya di ruang keluarga.Harum bunga lavender yang menyeruak di kamar mandi seolah telah melunturkan kepenatan dan lelah yang Nayyara rasakan. Tubuhnya kembali segar, ia siap untuk menuju alam mimpi.***Seperti biasa ritual sarapan tidak pernah Nayyara tinggalkan, karena hanya
Sudah tiga hari Tama berada di kampung Halaman, ponselnya sulit untuk dihubungi, baik telepon maupun pesan yang Nayyara kirim belum ada balasan satupun.Nayyara tidak ingin berpikir negatif tentang itu mungkin saja Tama sibuk atau susah mendapatkan sinyal.Waktu sudah semakin larut, tubuh Nayyara pun sudah sangat lelah akibat kesibukannya akhir-akhir ini dengan sekretaris baru Kavi.Niat Kavi membawa CV para pendaftar untuk meminta pendapat dengan Mike malah menjadi boomerang untuknya.Mike keukeuh memilih Yuni atau Dewi untuk menjadi sekretaris suaminya. Seda
Nayyara masih mengingat perkataan Khalingga saat Bara berusaha mengejar, sikap Bara yang arogan malah membuat Khalingga semakin geram."Ternyata Pak Khalingga sangat penyayang yah, saya minta maaf kalau seperti itu." Bara tersenyum seolah meremehkan sikap Khalingga.Khalingga menatap Bara dengan sengit, ia tidak ingin menjawab apapun."Saya bisa menunggu kalo-kalo Pak Khalingga sudah tidak menyayanginya lagi." kerlingan mata Bara membuat api emosi di dada Khalingga tersulut ia ingin sekali melayangkan tinjunya kepada pria tersebut.Namun Nayyara yang sedari tadi diam mulai angkat bicara mendengar ucapan Bara."Tolong Pak Bara jaga ucapan Bapak, apa perlu saya ingat
Nayyara yang baru saja diantar Tama pulang, memutuskan berendam untuk merilekskan tubuh dan pikirannya. Otaknya masih saja memutar kejadian di Sentul dan di apartemen Tama.Usai berendam Nayyara langsung mengistirahatkan tubuh. Matanya semakin berat dan tertidur pulas.Pagi hari seperti biasa Nayyara sarapan bersama Pak Riswan dan But Ani disertai obrolan ringan."Nay, selama beberapa hari Ayah dan Mama akan menginap di rumah Nek Cas." ujar Bu Ani seraya memberikan piring kepada Pa Riswan."Yah ko mendadak Mah, Nay mau ikut. Atau paling enggak Nay bisa nyiapin sesuatu buat Nek Cas." keluh Nayyara yang merasa sedikit kecewa."Iya maa
Usai semua tamunya pulang, Bu Iska langsung menghampiri Nayyara yang sedang duduk di ruang santai yang menghadap kolam renang."Apa ada sesuatu yang tertinggal, Nay?" kemudian beliau duduk di samping Nayyara.Nayyara bangun dari sandaran, mengambil posisi tegak, menggeser tubuhnya hingga berhadapan dengan Bu Iska."Eemm… engak, Bu." Nayyara tersenyum seraya menggelengkan kepala."Dia sakit, tapi tidak ingin pulang. Jadi Lingga bawa kesini." seloroh Khalingga yang baru saja menuruni tan
Mendengar suara nyaring itu, Khalingga bergegas menuju asal suara. Tangannya ingin langsung menarik tuas pintu dan membukanya tapi ia urungkan. Ia mengetuk-mengetuk dan memanggil Nayyara."Nay.. Nay… Nayyara!!!" Khalingga sedikit berteriak agar bisa terdengar oleh Nayyara.Khalingga merasa panik tidak mendapat jawaban apapun dari dalam, ia langsung meraih handle pintu menaik turunkan dengan cepat. Sialnya pintu kamar tamu terkunci dari dalam.Segera Khalingga berlari menuju dapur, ia membuka salah satu kitchen set tempat dimana tersimpan berbagai kunci cadangan. Setelah mendapat yang ia cari Khalingga kembali menuju kamar tamu. Berusaha membuka pintu itu.Terlihat Nayyara yang sedang terduduk menunduk di lantai dengan tangan yang memegang kepala dengan rambut panjangnya sedikit berantakan terurai ke depan menutupi wajah cantiknya.Khalingga bergegas menghampiri Nayya