Negara F
“Mark Jung...ah, maaf maksudku Direktur Jung, kenapa kau ada disini?”
“Tidak perlu bersikap formal padaku! Aku ingin mengajakmu makan siang bersama, sekaligus jalan-jalan, kau sudah tidak ada kelas bukan?”
“Ya, tidak ada.”
“Kalau begitu tidak ada alasan bagimu untuk menolakku bukan? Ayo!” Mark Jung meraih tangan Fallin Ma dan menariknya pergi.
“Mark Jung, apa kita akan berjalan kaki? Apa restorannya dekat dari sini ? “
“Tidak, kita akan menggunakan bus. Aku ingin mengajakmu makan di tempat terkenal! ”
“Bukankah menggunakan alat transportasi akan membutuhkan waktu? Apa kau tidak sibuk?”
“Aku tidak memiliki banyak pekerjaan dan juga aku memiliki seseorang yang dapat aku andalkan.”
Mark Jung memikirkan Elisa Fu yang saat ini sibuk mengerjakan tugasnya. Ia bisa membayangkan ekspresi wanita itu yang seperti orang terbakar karena dia menyerahkan tugas padanya. Ketika berpikir tentang hal itu membuat Mark Jung tanpa sadar terseyum. Ia berusaha menyembunyikan senyumannya saat Fallin Ma memperhatikannya dengan tatapan aneh.
“ Oh, itu busnya. Ayo!”
Mark Jung menariknya masuk, ini pertama kali bagi Fallin Ma menaiki alat transportasi umum. Ia dibesarkan sebagai seorang nona muda yang selalu menggunakan mobil mewah sebagai alat transportasinya. Saat menikah dia juga selalu menggunakan mobil dengan penjagaan yang ketat.
“Beruntung bahwa kita masih memiliki tempat duduk!”
“Ini pertama kali bagimu bukan?”
“Ya."
“Apa kau masih ingat? Aku pernah berjanji padamu untuk melihat dunia luar yang indah dan menyenangkan. Aku ingin memenuhi janjiku padamu.”
“….walaupun ini bukan di kota S, tetapi aku ingin kau menikmati dunia luar saat berada di Negara F. Aku akan memberikan pengalaman yang menyenangkan untukmu!” Mark Jung menunjukkan senyuman hangat.
Fallin Ma tidak mengatakan apapun. Dia memandang ke luar jendela bus dan memusatkan pandangan pada gedung-gedung yang mereka lewati. Dia juga mengamati orang-orang yang berlalu lalang.
“Oh, kita sudah sampai! Ayo!”
Mark Jung itu menariknya keluar. Tangan besarnya membungkus tangan ramping dan lembut. Fallin Ma merasakan kehangatan, tetapi dia merasa tidak nyaman dengan tindakan yang terlalu inti ini. Ia berusaha melepaskan tangan rampingnya dari tangan besar itu. Seorang Nona Muda yang dibesarkan dengan etika yang ketat, tindakan intim dengan pria yang tidak memiliki hubungan dengannya secara hokum membuatnya merasa perasaan tidak nyaman karena keintiman yang bisa saja disalah pahami.
“Jangan lepaskan! Bagaimana jika kau tersesat? ”
“Aku bukan anak kecil, jika aku tersesat aku masih bisa menemukan cara untuk kembali. Tolong lepaskan tanganmu! orang mungkin akan salah paham.”
”Nona Fallin, tidak ada yang akan memperhatikan kita, tenang saja! “
“Mark Jung, aku tidak nyaman. Tolong lepaskan! “
Mark Jung dengan enggan melepaskan tangan ramping itu dari genggamannya. Mereka berdua berjalan bersampingan menuju ke sebuah bangunan gedung bergaya Eropa yang dipenuhi oleh orang-orang yang mengantri. Fallin Ma mengerutkan kening dan bertanya dengan ragu, “Apa kita harus ikut mengantri?”
“Tentu saja. Aku tidak memiliki koneksi jadi kita hanya bisa menunggu seperti yang lainnya.”
Fallin Ma hanya mengangguk. Dia tidak pernah mengantri, statusnya membuatnya dapat dengan mudah memasuki setiap tempat yang dia inginkan tanpa perlu untuk mengantri seperti yang lainnya. Wanita cantik dan anggun ini merasa hal yang merepotkan jika harus menunggu.
“Kenapa kita tidak pergi ke tempat terlebih dahulu? Mungkin setelah kita datang maka antriannya tidak ada lagi.”
“Tidak, jika kita pergi mungkin saja akan bertambah ramai. Nona Fallin, ini adalah hal baru untukmu juga bukan? Kau cobalah untuk menikmati saat-saat menunggu seperti ini!”
Wanita berambut cokelat keemasan dari keluarga Ma ini mengalihkan pandangan ke sekitar untuk menghilangkan kejenuhan saat menunggu. Tatapan matanya terarah pada seorang anak laki-laki yang menangis karena terjatuh saat berlari. Wanita yang sepertinya ibu dari anak itu mendekati putranya. Dia berusaha menenangkan putranya dan menasihatinya dengan lembut agar tidak berlarian lagi.
Saat melihat anak itu, dia terpikir tentang anak laki-lakinya, Dia teringat kejadian saat anak laki-laki itu menangis dan berusaha menahannya pergi. Tuan muda Gao selama ini selalu terlihat tenang dan dewasa seperti sikap yang telah Fallin Ma tanamkan padanya, tetapi untuk pertama kalinya, anak itu menangis. Perasaan asing mulai bergejolak di dalam hatinya. Ia segera menepis pemikirannya tentang anak itu, dirinya tidak ingin memikirkan apapun tentang keluarga Gao. Saat ini, mungkin anak itu sedang bahagia bersama pengasuhnya itu. Anak itu tidak lagi membutuhkannya.
“Nona Fallin, apa yang kau pikirkan?”
“Tidak ada.”
“Ayo, sudah giliran kita untuk masuk!”
Fallin Ma memperhatikan restoran yang memberikan suasana yang santai, Restoran itu didekorasi dengan ikon-ikon trasisional abad pertengahan. Seorang pelayan menghampiri mereka dengan ramah. Mark Jung meminta pelayan merekomendasikan menu untuknya. Pelayan itu merekomenasikan beberapa menu special. Mark Jung memilih salad ayam ala basque. Fallin Ma memilih menu yang sama.
“Tidak perlu kaku! Aku mengajakmu ke restoran ini agar kau tidak perlu bersikap formal. Kau setidaknya harus bersikap relaks!”
“Baiklah!”
“Bukankah restoran ini terlihat berbeda dengan restoran yang biasa kau kunjungi?”
“Ya.”
Fallin Ma lebih sering mendatangi restoran formal yang harus memperhatikan tentang etika dan etiket jamuan makan formal. Berbeda dengan restoran ini, orang-orang asing saling berbincang dengan santai, Tidak lama makananpun datang. Fallin Ma mengerutkan kening melihat hidangan yang tersaji karena porsinya yang lebih banyak dari makanan yang biasanya dia makan.
“Restoran ini memang menyajikan makanan porsi yang cukup besar. Kau harus memakan semuanya, kau sangat kurus!”
“Aku tidak yakin bisa menghabiskannya!”
“Kau harus menghabiskannya, nona. Jika kau memang tidak dapat menghabiskannya maka aku bisa memakannya untukmu."
“Apa? Bukankah itu tidak sopan memberi makanan sisa?”
“Tidak apa-apa, itu lebih baik daripada menyisakan makanan yang pada akhirnya dibuang.” Mark Jung pernah mengalami saat-saat yang sulit karena itulah dia selalu menghargai apapun yang dia miliki.
Fallin Ma mulai menikmati hidangannya. Dia makan dengan hati-hati dan sopan seperti biasanya. Tidak mudah menghilangkan kebiasaannya yang terlalu formal. “ Apa kau menyukainya?
“Ya, ini sangat enak!”
“Baguslah jika suka!”
“Nona Fallin, apa kau pernah berkencan seperti ini dengan suamimu?”
Fallin Ma berhenti makan ketika mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu. Dia tidak pernah menghabiskan waktu bersama dengan suaminya, mereka bahkan tidak melakukan bulan madu karena kesibukan masing-masing. Mark Jung mencari pembicaraan lain karena Fallin Ma terlihat enggan membahasnya.
Setelah makan mereka pergi ke beberapa tempat. Fallin Ma merasakan kesenangan hanya karena dapat menikmati tempat-tempat yang ditunjukkan oleh Mark Jung. Hingga tanpa sadar, waktu berlalu dengan cepat. Mereka harus segera kembali sebelum tidak mendapatkan bus. Mark Jung mengantar Fallin Ma. Apartemen mereka berada di komplek yang sama.
“Terima kasih untuk hari ini! Ini pengalaman yang menyenangkan!”
“Aku senang kau menikmatinya. Sudah larut, lebih baik kau istirahat. Bukankah ada kelas besok?”
“Ya.”
“Bye bye!”
Mark Jung meninggalkannya. Fallin Ma masuk ke dalam dan disambut oleh sepupunya yang duduk disofa. Elisa Fu menanyakan acara kencannya dengan Mark Jung.
“Bagaimana kau tahu aku pergi dengan Mark Jung?”
“Pria itu yang mengatakannya sendiri dan membuatku harus mengerjakan pekerjaan. Kau pasti merasa bahagia akhirnya kau bisa bersama dengan Mark Jung, bukankah kebahagiaanmu dan impianmu selain menjadi disainer adalah bersama dengannya?” Elisa Fu mengucapkan dengan nada ragu.
“Bagaimana kau bisa berpikir begitu?”
“Itu karena saat kita masih remaja kau pernah mengatakan padaku bahwa kau ingin menjadi seorang disainer dan bersama dengan pria itu merancang pakaian indah bersama.”
“Bukankah impian itu yang juga ingin kau capai kali ini?”
“Tidak, aku-“
“Tidak perlu malu untuk mengakuinya. Kau sudah berpisah dengan suamimu dan tidak masalah untuk menjalin hubungan dengannya! Aku harus mengerjakan pekerjaanku, kau istirahat saja, kau pasti lelah."
Elisa meninggalkan Fallin Ma. Wanita itu segera masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia menghela nafas berusaha menenangkan dirinya. Tanpa sadar air mata bergulir di pipinya, tetapi segera ditepis olehnya. Dia telah berjanji untuk membantu memberikan kebahagiaan untuk saudaranya, dia harus berusaha menghilangkan perasaannya pada pria itu.
***
Kota S
Edzar Gao mendapatkan kiriman chat di akun WeChatnya. Dia mengerutkan kening ketika membaca pesan yang dikirimkannya. 'Lihatlah, apa yang aku temukan saat jalan-jalan.'
Edzar Gao melihat foto yang dikirimkannya. Tangannya mengepal dengan kuat saat melihat foto wanita itu bergandengan tangan dengan seorang pria. Tidak hanya satu foto itu, mereka juga bersebelahan mengantri di sebuah bangunan bergaya Eropa.
'Untuk apa kau mengirimkan foto itu?'
'Aku hanya ingin memberi tahumu kelakuan istrimu itu. Namun, itu dapat dimengerti bahwa dia mendapatkan kekasih baru karena suaminya yang begitu sibuk! Bagaimanapun istrimu begitu sempurna, cantik dan anggun, siapa yang tidak tertarik. Aku mungkin sudah mengincarnya jika dia bukan istri teman baikku!'
'Kau bisa lakukan apapun. Jangan membahas tentang dia. Aku tidak peduli padanya'
'Kau marah? Kau mencoba menutupi kecemburuan karena istrimu memiliki pria yang tidak kalah tampan!'
Edzar Gao tidak membalas. Dia mengabaikan pesan dari temannya itu. Dia tidak peduli dengan apa yang dilakukan wanita itu, walaupun harga dirinya sebagai pria telah tercoreng karena kelakuan istrinya, tetapi mereka memang tidak memiliki hubungan apapun. Hal ini justru menunjukkan presepsinya bahwa dia pergi ke Negara F untuk pria itu semakin menguat.
Setelah melewati hal-hal menyenangkan yang belum pernah dia rasakan, siapa sangka bahwa badai akan datang menghampirinya. Fallin Ma membeku sesaat ketika pandangannya menangkap pria paruh baya dengan ekspresi tegas berdiri di depan mobil sport mewah.Pria itu menghampirinya dan tiba-tiba menamparnya. Para mahasiswi yang melewati mereka merasa terkejut, apalagi tamparan itu begitu keras. Mereka melirik Fallin Ma dengan rasa iba, tetapi mereka tidak berniat ikut campur urusan orang lain."Papa, kenapa kau tiba-tiba menamparku?""Kenapa kau bilang? Kau sudah mempermalukan nama keluarga,tamparan ini bahkan terlalu ringan untuk kesalahanmu itu?"Tuan Ma adalah orang yang tegas. Dia menerapkan pendidikan keras bagaikan kemiliteran. Dia tidak segan untuk memukul ataupun menampar. Fallin Ma sudah terbiasa menghadapi hukuman ayahnya, pipinya yang bengkak dan memerah tidak terlalu dia pedulikan, dia bahkan tidak merasakan apapun."Kit
"Fallin Ma, ada apa dengan wajahmu itu? Pipimu jadi merah seperti itu? Apa seseorang memukulmu?""Ya" Fallin Ma berkata jujur, dia tidak ingin membohongi saudaranya, khususnya karena dia selalu mempercayai Elisa."Siapa yang berani melukai saudaraku yang berharga? Aku akan membalasnya 10x lipat.""Apa kau yakin akan membalas perbuatan orang itu?""Tentu saja! Katakan padaku! siapa dia?""Felix Ma!""Apa? Maksudmu Felix Ma, papamu itu?""Benar, apa kau berani membalasnya?"Wajah Elisa Fu tiba-tiba memucat. Felix Ma adalah pria yang keras termasuk pada keluarganya sendiri. Dia tidak segan untuk melukai bahkan membunuh orang-orang yang berani melawannya."Maafkan aku, saudaraku! Aku tidak beranu melawan pria sepeti itu. Aku nasih menyayangi nyawaku.""Apa kau sudah mengopres pipimu itu?"Fallin Ma menjawab dengan menggelengkan kepala. Wanita itu sudah terbi
"MAMA! TIDAK!"Halbert Gao terbangun dengan tubuh berkeringat. Air mata telah jatuh mengalir. Perasaannya menjadi buruk karena mimpi yang dia alami. Namun, itu bukan hanya mimpi, setiap mimpi yang dia lihat tentang mamanya adalah petunjuk dari peri itu. Wajahnya menjadi pucat mengingat hal buruk yang terjadi pada mamanya."Tuan muda Gao, ada apa? Apa terjadi sesuatu?"Pengasuh Ye langsung masuk begitu saja karena khawatir saat mendengar teriakan pria kecil itu. Halbert Gao menoleh ke arahnya dan hanya memandangnya dengan linglung dan mata sendu. Pria kecil itu menggumahkan sesuatu, "Mama dalam bahaya. Seseorang sedang menyiksa mama saat ini.""Tuan muda, anda mungkin hanya bermimpi buruk.""Tidak! Ini bukan mimpi."Halbert Gao bangun dari tempat tidur. Dia berlari keluar kamarnya tanpa mempedulikan Ye Meyleen yang memanggilnya. Halbert Gao memasuki sebuah ruangan, tempat tidur itu masih rapi. Kaki kecilnya
Negara F"Menyerahlah! Jika kau menyerah maka aku akan berbaik hati melepaskanmu, putriku tersayang. " Tuan Ma mencengkram erat dagu wanita cantik yang berwajah pucat itu."Tidak, aku tidak akan menenuruti perintah anda lagi,"ucap Fallin Ma dengan suara pelan dan lemah."Jadi, kau masih bersikeras untuk melawanku?"Plak plakTuan besar Ma menampar putrinya secara bertubi-tubi, meninggalkan tanda merah di pipi putih yang terawat itu. Fallin Ma tidak bisa menghindar, tubuhnya sulit untuk bergerak dan dadanya terasa sesak. Racun yang disuntikkan dalam tubuhnya membuatnya tidak berdaya untuk melawan papanya."Suntikkan cairan itu lagi dan naikkan dosisnya!" perintah Tuan besar Ma."Baiklah, Tuan!"Dua orang datang mendekati Fallin Ma dan menyuntikkan cairan racun ke dalam tubuhnya. Cairan racun itu dengan cepat bereaksi dan memberikan rasa sakit yang semakin menyiksanya. Namun, wanita
"Kalian berdua? Mau kalian bawa kemana nona?" Pria bertubuh kekar memandang tajam ke dua orang yang membawa Fallin Ma."Kami akan mengantar nyonya ke kediaman utama. Tuan besarlah yang memerintahkan kami.""Kalau kau memang akam mengantar nyonya, kenapa kau melewati jalan ini. Ini jalan yang berlainan arah dengan kediaman utama.""Oh, maaf. Kami salah jalan.""Apa kalian anak baru ? Bagaimana bisa salah lokasi? Aku akan mengantar kalian.""Baiklah!"Mereka berdua mengikutinya. Fallin Ma menghela nafas melihat hal ini, jika seperti ini bagaimana mereka dapat melarikan diri. Kedua pria itu saling pandang seolah memberikan ide."Ketua, gawat! Ada kelompok mafia lain yang berusaha untuk menembus masuk.""Apa? Kau antar mereka dulu. Aku akan menangani masalah diluar.""Baiklah!"Pria yang mengantikannya terlihat tidak terlalu garang. Pria itu berjalan didepan mereka
Halbert Gao dan Edzar Gao telah tiba di Bandara Internasiona Negara F. Pria kecil itu menyalakan ponselnya, ketika itu sebuah pesan baru datang. Tangan kecilnya menekan layar pada kontak itu. Keningnya berkerut saat membaca isi pesan itu.‘Jadi, mama sudah diselamatkan? Orang yang menyelamatkannya adalah seorang pria? Mungkinkah pria itu adalah….’‘Sangat disayangkan bahwa aku terlambat untuk menyelamatkan mama dan membuat plot berjalan seperti sebelumnya’Halbert Gao bersyukur bahwa mamanya telah terbebas dari kakeknya yang kejam itu. Namun, dia khawatir karena mamanya berada bersama pria yang akan menghancurkan hidupnya. Apakah mamanya juga mulai membuka hatinya pada pria itu seperti sebelumnya seperti cuplikan yang ditunjukkan peri padanya.Halbert Ga berusaha agar plot di masa lalu tidak terulang kembali. Dia pikir dengan datang langsung ke Negara F, hal ini akan mengubah semua plot yang telah terjadi sebelum
“Tolong berikan sertifikat ini kepada putrimu! Dia pasti merasa bahagia mendapatkannya.”Edzar Gao menyulurkan sebuah map pada Tuan Besar Ma. Pria paruh baya itu mengambilnya map itu dengan kasar lalu melemparkannya begitu saja ke tanah. Ia tidak dapat menerima perpisahan ini, dia masih membutuhkan identitas sebagai mertua dari pewaris keluarga Ma.“Aku tidak akan menerima ini. Kau tidak bisa membuang putriku dan keluarga Ma begitu saja. ““Lucu sekali, aku putrimu sendirilah yang membuang identitasnya dan mengajukan surat perceraian terlebih dulu.""....putrimu lebih memilih untuk bersama dengan pria lain dibandingkan keluarga Gao. Apa kau pikir keluarga Gao yang terhormat akan menerima putrimu yang sudah berselingkuh?”Tuan Besar Ma ingin membantah semua hal yang dikatakan oleh menantunya ini, tetapi putrinyalah yang telah pergi meninggalkan keluarga Gao dan juga tidakan ceroboh putrinyalah yang memb
Tuan Ma mendapatkan perawatan di rumah sakit karena lukanya yang serius. Mungkin, jika anak buahnya tidak segera membawanya untuk perawatan dia mungkin akan mati karena kehabisan darah. Hanya saja peluru yang masuk ke tubuhnya membuat anggota tubuhnya rusak dan harus di operasi. Tuan besar Ma harus menerima kenyataan bahwa dia harus menjadi pria lumpuh.Tuan besar Ma menjadi semakin membenci putrinya itu. Jika putrinya tidak mengambil keputusan ceroboh, semua hal ini tidak akan terjadi. Putrinya telah membuatnya mengalami hal-hal buruk. Ia bersumpah untuk tidak akan pernah menerima putrinya lagi dalam keluarganya. Dia juga akan mencoret nama putrinya dari dalam daftar keluarga Ma.***Setibanya di kota S, para wartawan justru sudah berkerumun di depan kediamannya. Edzar Gao dengan sengaja mengirim foto Fallin Ma yang berkencan dengan pria lain, foto yang sebelumnya dikirimkan temannya untuk menggodanya. CEO Gao sengaja membua