Share

Me VS Mr. Presdir
Me VS Mr. Presdir
Penulis: seorin writernim

Antar ke Hotel

DRRRRTTTT!

Ponsel Kirey bergetar. Ada panggilan masuk dari Sammy, salah satu rekan kerjanya di kantor.

 “KIREY!” teriak Sammy dari seberang sana.

Astaga! Mengagetkan saja. Kirey menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Sammy memekakkan telinganya.

“Kamu bisa nggak bantuin aku?” tanya Sammy. Seraya meminta bantuan. Suaranya terdengar panik.

“Bantuin apa, Sam?” Kirey ikut-ikutan panik mendengarnya.

Sammy adalah sahabat terbaiknya di kantor. Seorang pria muda teman sekampus Kirey dahulu.

“Kamu bisa nyetir, kan?” Sammy memastikannya lagi. Dia lupa-lupa ingat kalau Kirey pernah membawa mobil ke kampus waktu itu.

“Bisa. Kenapa memangnya?” Kirey mengiyakannya.

“Kamu mau nggak, gantiin aku jemput seseorang? Malam ini dia tiba di stasiun jam 7. Tolong, ya! Gantiin aku jemput dia. Aku sedang ada urusan keluarga,” Sammy memohon.

“Berapa bayarannya? Kalau nggak dibayar aku nggak mau bantuin kamu, Sam,” tawar Kirey.

“Ayolah, Kirey! Nanti aku akan membayarmu setelah gajian. Kamu tahu sendiri, kan akhir bulan begini bagiku yang hanya anak kos untuk makan saja susah dan…” cerocos Sammy panjang lebar.

“Ya-ya-ya. Sudahlah. Aku sudah tahu keadaanmu,” potong Kirey.

Kirey malas mendengar alasan Sammy yang bermacam-macam. Sudah hatam sekali Kirey dengan ulah Sammy. Julukannya saja ‘Pria Seribu Alasan’. Hah? Ngeselin.

“Aku mau saja bantuin kamu. Tapi ingat, awal bulan aku akan menagih bayaranku. Kamu setuju?” Kirey bernegosiasi sebelum mengiyakannya.

“Deal,” sahut Sammy terburu-buru. Sudah tidak ada waktu lagi bagi Sammy untuk berdebat dengan Kirey.

“Jadi, siapa yang harus kujemput malam ini?” tanya Kirey menanyakan identitas kliennya.

“Namanya Gio. Aku mau kamu saja yang menjemputnya. Kamu bisa memakai mobil inventaris perusahaan. Kunci mobilnya ada di Satpam,” Sammy memberitahu.

“Iya. Aku tahu,” Kirey segera berjalan menuju pos Satpam.

Usai jam kantor, Kirey terpaksa harus bekerja freelance lagi menggantikan Sammy. Kali ini menjadi supir pengganti. Lumayan, bisa nambah-nambahin uang jajannya.

“Thanks ya, Kirey. Kamu memang sahabatku yang terbaik,” putus Sammy.

Hah? Sahabat baik katanya. Kirey tersenyum sinis mendengarnya. Sammy selalu begitu. Dia datang di saat membutuhkan pertolongan Kirey. Apa itu yang dinamakan teman? Datang di saat butuh. Menghilang saat diperlukan. Menyebalkan! Kirey menggerutu dalam hati.

Dalam waktu satu jam, Kirey harus menjemput seseorang bernama Gio di stasiun. Entah bagaimana rupa pria itu. Kirey tidak tahu. Sammy hanya menjelaskan ciri-ciri pria itu melalui pesan singkat yang dikirim via WA.

Sesampainya di stasiun, Kirey memerhatikan semua pria yang memakai sweater hodie berwarna hitam dan topi hitam. Itu informasi yang Kirey dapat dari Sammy. Aish! Ada banyak sekali yang memakai pakaian seperti itu. Bagaimana Kirey mengetahuinya? Dia kesulitan mengenali pria itu.

Satu per satu Kirey menyapa beberapa pria yang memiliki ciri-ciri yang sama. Namun, ketika Kirey menanyakan nama pria asing itu, tak satu pun ada yang mengakuinya. Lantas, Kirey harus bagaimana? Sammy mengalihkan pekerjaan yang cukup rumit. Lebih rumit dari revisi pekerjaannya di kantor.

Kirey membalikkan badan. Dia menabrak seseorang karena tidak memerhatikan jalannya.

“Maaf,” sesal kirey. Dia melihat ke arah pria jangkung yang sedang memerhatikannya.

“Apa kamu pria yang bernama Gio?” tanya Kirey memberanikan diri. Karena pria yang ada di hadapannya kini memiliki ciri-ciri persis seperti yang disebutkan Sammy.

“Ya. Itu namaku. Apa yang bertugas menjemputku itu kamu?” tanyanya dengan nada angkuh dan sombong.

Lagaknya berlagu banget. Songong dan arogan. Bahkan, pria itu memerhatikan Kirey dari ujung kaki hingga ujung kepala. Gio tersenyum sinis. Seolah-olah seperti sedang mengejek Kirey.

“Ya ampun! Katanya yang menjemputku seorang pria. Nyatanya, wanita jelek buruk rupa,” gumam pria itu. “Sama sekali tidak menarik.”

Kirey mendengar gumamannya. Ejekan itu sudah sering Kirey dengar dari pria lain. Dia tak pernah menghiraukannya. Terserah, orang lain mau bilang apa. Kirey tidak pernah peduli. Yang paling penting di dunia ini adalah uang, katanya.  

“Maaf? Ke mana aku harus mengantarmu?” tanya Kirey.

“Ke hotel,” sahut pria galak itu.

Apa? Hotel? Kirey membelalak. Memangnya dia tidak punya rumah, apa? Sampai harus menginap di hotel? Atau jangan-jangan dia itu turis domestik yang sedang berlibur, pikirnya.

Bodo amatlah. Kirey tak harus memikirkannya. Yang penting, dia mengantarkan tamunya ke hotel dengan selamat. Setelah itu, dia mendapatkan bayarannya dari Sammy.

Sepanjang perjalanan, pria itu hanya melihat ke arah kaca mobil. Ehem! Kirey berdehem. Tadinya, dia ingin mengajak pria itu mengobrol. Habisnya, suasana di dalam mobil terlihat seperti di kuburan, hening. Dingin dan mencekam.

“Aku sedang tidak ingin bicara. Perhatikan jalanmu dan fokus saja menyetir. Mengerti?” perintah pria itu. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kirey yang sedang mengemudi.

“Oke, baiklah.” Kirey mengurungkan niatnya. Tadinya, dia ingin bersikap baik di depan kliennya.

Benar-benar songong pria yang duduk di jok belakang mobilnya itu. Lagian, siapa juga yang mau berbincang-bincang dengannya. Kirey tidak dibayar untuk itu.

Sesampainya di hotel, Kirey membukakan pintu untuk penumpangnya. “Silakan,” Kirey mempersilakan.

Pria itu begitu dingin. Dia segera keluar dari mobil setibanya di hotel. Huh, dasar manusia nggak ada akhlak! umpat Kirey dalam hati. Lihat saja dari caranya berjalan. Mentang-mentang orang kaya. Lagaknya sudah seperti sultan beneran, cibir Kirey.

“Gio, sayang!”

Gio disambut oleh seorang wanita cantik yang sudah menunggunya di depan hotel. Kirey menoleh lagi ke arahnya. Sebelum masuk mobil. Jangan-jangan, mereka ke hotel hendak menghabiskan malam bersama. Wow! Kirey tidak ingin ikut campur masalah pribadi pria itu.

Itu bukan urusannya. Terserah, mau ngapain juga. Mereka sudah sama-sama dewasa, pikir Kirey. Sudah tidak aneh lagi pria dan wanita yang belum menikah berduaan berada di kamar hotel. Tetapi, bagi Kirey, itu sangat bertentangan dengan prinsipnya

Malam ini, Kirey harus kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil perusahaan. Usai menyerahkan kunci mobil kepada Satpam yang bertugas, Kirey berjalan kaki pulang menuju rumahnya.

“Sudah hampir jam 9 malam,” kata Kirey sambil melirik jam digital di ponselnya.

Kirey berjalan sampai halte bus. Semoga masih ada angkot yang melewatinya malam ini.

Aish! Sialan! Jam segini mana ada angkot yang masih lalu lalang di jalan raya. Terpaksa, Kirey berjalan kaki.

TIIIDDD!

Seorang pria membunyikan klakson motor maticnya tepat di depan Kirey. “Kok lemas banget jalannya? Mau kuantarkan pulang, nggak?”

“Sammy?!” Kirey antusias sekali melihat kedatangan sahabatnya.

“Aku kebetulan lewat sini. Buruan, naik! Sebelum aku berubah pikiran ninggalin kamu sendirian di sini,” kata Sammy sambil menyerahkan helm untuk dipakai Kirey.

Kirey mengenakan helm kemudian duduk di boncengan. “Wah, gawat!” ucap Sammy.

“Ada apa?” tanya Kirey.

“Bannya kempes.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status