Waduh, kedengaran ya sama Presdir Gio? Tadi, Kirey tidak sengaja menggumamkannya. Dan menyebut Presdir Gio pelit. Kirey tidak menyangka Gio mendengarnya. Tajam sekali indera pendengarannya jika ada yang mengumpat tentang dirinya. Mungkin itu salah satu kelebihan yang dimiliki Presdir Gio.
“Beri waktu kepada saya beberapa menit lagi, Pak Presdir. Saya akan merinci pengeluarannya terlebih dahulu,” kata Kirey meminta toleransi waktu pada Gio.
“Berapa menit kamu mengerjakannya? Lima menit atau tujuh menit, cukup?” Gio memberi pilihan. Aish! Sebentar sekali waktunya.
“Lima belas menit, Pak!” tawar Kirey. Mereka saling berdebat saat menegosiasikannya.
“Tidak. Itu kelamaan! Sepuluh menit saja!” tegas Gio.
“Sepuluh menit?” ulang Kirey bingung. Dia masih mempertimbangkannya.
“Oke, tujuh menit. Deal?”
“Ah, tidak! Sepuluh menit saja!” sanggah Kirey. Dia menyanggupinya dalam waktu sepuluh menit. Meski ia ragu bisa menyelesaikannya atau tidak dalam waktu yang singkat itu.
“Cepatlah! Aku tidak mau menunggu terlalu lama. Waktuku sangat berharga. Ingat! Tidak boleh dilebih-lebihkan. Jika kamu korupsi, akan segera ketahuan. Karena Sekretarisku nanti yang akan mengeceknya kembali. Kamu mengerti Kirey?” Gio menakut-nakuti Kirey. Gadis yang sudah berpenampilan lumayan itu menelan ludahnya sendiri.
Wadaw! Niat banget sampai mau mengecek sendiri kebenarannya. Mampus deh! Kirey harus merincinya sedetail mungkin. Sejujur-jujurnya. Jika ketahuan menyimpang, tamatlah riwayatnya di perusahaan itu. Menyebalkan! Kirey harus terlibat masalah rumit seperti ini dengan bosnya sendiri.
Kirey segera mengerjakannya. Dia duduk di sofa panjang di ruang kerja Presdir Gio. Dia mengeluarkan ballpoint dan catatannya.
“Untungnya aku masih menyimpan catatan semalam. Sebelum aku merobek dan membuangnya,” ujar Kirey.
Kirey mengingat-ingat kembali list pengeluarannya. Beruntung, karena Kirey mencatatnya di buku saku kecilnya. Sebuah buku berisi catatan penting yang sering ia bawa ke mana-mana. Di buku saku itu lebih banyak gambar hasil ilustrasinya. Jarang sekali Kirey mencatat sesuatu di buku itu. Kecuali ada tanggal-tanggal penting yang sering ia lupakan. Juga nomor telepon penting, darurat.
Kirey mencatat ulang pengeluarannya. Setelah itu, dia tinggal memperkirakan berapa saja pengeluarannya hari ini. Gadis itu mengerutkan kening saat mengotak-atik kalkulator digital di ponselnya. Aaaahhh, sialan! Kenapa tidak balance? Berulang kali Kirey harus mengganti angka-angkanya.
Setelah beberapa menit kemudian, Kirey baru menyerahkan bukti-bukti pengeluarannya kepada Presdir Gio. Pria pelit itu langsung memeriksanya dengan seksama. Bahkan, dia memanggil Sekretarisnya, Nania untuk mengecek keabsahannya. Dari situlah, Gio akan menilai Kirey. Apa Kirey termasuk pegawai yang bisa dipercaya atau malah sebaliknya. Gio tidak suka jika ada pegawai yang melakukan kecurangan di belakangnya.
“Saya sudah melaksanakan perintah Anda, Pak. Saya juga sudah melakukan semua yang Anda minta. Jadi, sekarang, bolehkah saya pergi ke ruang kerja untuk melakukan pekerjaan saya?” Kirey izin pamit keluar ruangan.
“Tunggu sebentar! Nania akan mengoreksi hasil pekerjaanmu nanti. Jadi, jangan coba-coba menipu saya. Sisa uangnya nanti kamu donasikan kepada orang yang membutuhkan saja. Mengerti?”
“Hah? Apa?” Jadi, sisa uangnya harus disumbangkan ke badan amal? Kirey membelalak kaget. Padahal, dia sendiri sangat membutuhkan uang sisa itu.
“Boleh saya meninggalkan ruangan ini?” Kirey meminta izin lagi. Kali ini, Gio mempersilakannya.
“Ya. Kamu boleh kembali bekerja. Ingat satu hal, Kirey! Jika kamu kembali lagi ke penampilan jelekmu bersiaplah untuk mengundurkan diri dari perusahaanku. Paham?” tegas Gio.
“Kenapa begitu, Pak?” Kirey ingin tahu alasannya.
“Karena aku tidak mau melihat pegawaiku berpenampilan buruk. Itu akan menurunkan citra perusahaan,” jelas Gio.
“Oh, begitu rupanya.” Kirey sangat mengerti akan hal itu.
“Sudahlah! Kamu boleh keluar sekarang dari ruanganku,”usir Gio secara halus.
“Baik, Pak. Terima kasih atas perhatian Bapak.” Kirey segera membalikkan tubuh. Dia berjalan meninggalkan ruang kerja Presdir Gio. Mulutnya komat-kamit seperti sedang mendumel dalam hati.
Gio tersenyum puas setelah melihat Kirey mengubah penampilannya. “Dia… lumayan juga,” pikir Gio.
“True beauty,” Gio berpendapat.
Selama ini, Kirey menyembunyikan kecantikannya. Dia mengubah penampilannya menjadi gadis jelek dan tidak menarik. Setelah keluarganya jatuh miskin dan terlilit utang. Kirey terpaksa melakukannya karena dia tidak ingin terlihat mencolok saat rentenir yang mencekik keuangan Bapaknya meminta Kirey menjadi istri simpanannya.
Rentenir itu, pria tua bangka yang menjerat dan menipu Bapaknya menginginkan Kirey menjadi istri simpanannya yang kedelapan. Sontak saja, Kirey menolaknya mentah-mentah. Enak saja. Kirey tidak serendah itu. Dia bukan tipe gadis yang bisa dibeli dengan uang. Meski pun dia sangat tergila-gila pada uang saat ini.
Ya, Kirey suka sekali dengan uang. Tetapi, uang tidak bisa membeli harga dirinya. Dia punya cara tersendiri untuk mendapatkannya. Dengan cara yang halal, pikirnya. Kini, Presdir Gio punya rencana lain untuk menjahili Kirey.
***
Jam pulang kantor sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Sayangnya, Kirey harus menambah jam kerjanya lagi. Untuk mengganti kekurangan jam masuknya tadi. Empat jam. Lumayan, Kirey harus lembur selama itu.
Malam ini, Kirey tinggal sendirian di ruangannya. Dia sedang berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Namun, selalu saja ada yang mengganggunya.
Kirey mendapat pesan berantai lagi dari Presdir Gio. Dia melirik notifikasi yang muncul di layar ponselnya. Ada sekitar dua puluh pesan masuk ke ponselnya.
Aaaarrrrrgggghhh!
Berisik sekali! Kirey jadi tidak konsentrasi bekerja. Dia meraih ponselnya yang sedang dicharge. Mencabut kabel chargenya dan melihat pesan dari siapa itu. Kirey tercengang ketika membaca pesan berantai itu.
[Cepat jemput aku di hotel!]
[Gantikan aku mengemudi.]
Dua pesan terakhir yang terlihat normal. Karena pesan di atasnya hanya berisi emoticon-emoticon aneh. Spam message. Dan semua spam pesan itu dikirim dari satu nomor. Kalian tahu nomor siapa itu? Nomor Presdir Gio yang nyebelin.
Kirey mengetik pesan balasan. Dia segera mengirimkannya pada Gio.
[Ya.]
Pesan terkirim. Gio mengernyitkan dahi. Apa-apaan pegawai reseh satu ini? Gio mengirim dua puluh pesan tetapi Kirey hanya membalas satu pesan saja. Itu pun hanya mengetik satu kata. Ya.
“Apa dia sedang menguji kesabaranku?” Gio geram. Hwah, keterlaluan Kirey.
Kirey buru-buru menyelesaikan pekerjaannya. Satu jam kemudian, setelah selesai bekerja, Kirey pergi menemui Presdir Gio di hotel. Dia berlari menuju hotel yang sudah dijanjikan Gio kepadanya. Gawat! Gio sudah berkali-kali meneleponnya. Kirey enggan menjawabnya. Biarkan saja! Dia terus berlari.
Sesampainya di depan lobby hotel, dengan napas terengah-engah, Kirey menghadap Gio. Dia melihat ada seorang wanita berdiri di sampingnya.
“Dari mana saja kamu, Kirey? Kenapa lama sekali?” Gio sewot.
“Maaf, Pak Presdir. Saya harus menyelesaikan dulu laporan pekerjaan untuk besok. Sekali lagi maafkan saya,” Kirey beralasan.
Gio melempar kunci mobilnya kepada Kirey. Dengan sigap, Kirey meraihnya.
“Kita antar dia dulu,” perintah Gio.
***
“Antar ke mana, Pak?” tanya Kirey.“Ke rumahnya,” sahut Gio.Kirey menoleh ke arahnya. Gemas. Iya, tahu. Tetapi, diantarinnya ke mana? Presdir Gio tidak jelas nih memberitahu alamatnya.“Aku mau ke rumahmu saja, Gio sayang,” kata wanita itu. Nada suaranya bernada manja.“Kita lakukan sekali lagi, sayang. Aku belum puas,” katanya lagi. Apa? Kirey jadi salah mengartikan perkataan wanita itu.Kirey menatap curiga ke arah Gio. Apa yang sudah mereka lakukan di hotel? Tuh, kan. Kirey semakin penasaran.“Maaf, aku tidak bisa. Aku sangat sibuk malam ini,” tolak Gio. Dingin sekali sikap Gio pada wanita itu. Membuat Kirey berspekulasi. Jangan-jangan, wanita itu memaksa Gio untuk…“Kirey, cepatlah! Jangan membuang waktuku!” perintah Gio.“Ah, iya. Baiklah.” Kirey menurut.Kirey segera menuju mobil Gio. Tidak lupa, dia juga membukakan pintu untuk Presdir dan wanita tidak jelas itu. Mereka duduk di jok belakang. Kirey segera mengemudikan kend
“Aku…” Kalimat Kirey menggantung.“Kamu tidak menyukaiku?” tembak Gio tiba-tiba.Ngomong apa sih Presdir Gio? Kirey mengernyitkan dahi. Dia tidak mengerti maksud ucapan Gio barusan. Memangnya Gio sedang menyatakan cinta kepada Kirey? Mustahil. Jangan membuat Kirey ge er. Nanti ge er beneran dia.Ah, tidak percaya. Itu yang Kirey rasakan sekarang. Bagaimana mungkin Presdir Gio yang tampan dan mapan itu menyukai Kirey? Jika memang benar, memangnya kenapa? Bukankah itu salah satu keajaiban dunia? Seharusnya sih begitu.“Maaf, aku harus pergi. Sepertinya Anda sedang mabuk. Jadi, aku tidak akan menganggap pembicaraan ini,” Kirey ingin sekali melepaskan diri saat ini.“Aku tidak pernah mabuk. Perlu kamu ketahui, bahwa aku sangat membenci alkohol. Catat itu!” Gio memberitahu.“Apa?” Kirey membelalak. Berarti Gio mengucapkannya dalam keadaan sadar. Sulit sekali memercayainya.
“Kamu bilang apa, Kirey?” Gio merasa tersinggung.“Bukan Pak Presdir maksudku. Tetapi, playboy kampret itu!” tunjuk Kirey. Oh, begitu rupanya. Gio mengerti.Pandangan Kirey masih tertuju pada Sammy. Aish, menyebalkan! “Aku tidak akan membantunya lagi,” tekad Kirey dalam hati.Tahu bakalan seperti ini akhirnya, Kirey ogah banget bantuin Sammy. Meskipun dia menangis berdarah-darah, sampai dia berlutut atau bersujud pun Kirey tidak akan menggubrisnya. Tapi… tapi… Kirey mana tahu jika boneka yang dibelinya itu akan diberikan Sammy untuk Nania. Kenapa sakitnya terasa menyesakkan dada?Ah, sudahlah. Terima nasib saja. Dalam hal percintaannya, anggap saja Kirey tidak beruntung kali ini. Entah sampai kapan. Kirey mengalihkan pandangannya. Ketika dia menengok ke samping, wajah Gio sudah berada di dekatnya. Ups!Keduanya kini saling beradu pandang. Apa yang harus Kirey lakukan sekarang? Kenapa Gio tidak seger
Tok-tok-tok!Kirey mengetuk pintu kamar hotel. Sebelumnya, dia ragu-ragu menemui rentenir itu di kamar hotel. Ngapain coba? Kirey sengaja mau bunuh diri memangnya? Menyerahkan diri kepada rentenir itu untuk membebaskan Bapaknya dari utang yang menjeratnya. Sama saja cari mati.Tidak apalah. Demi menyelamatkan keluarganya, Kirey rela. Asalkan, dia tak lagi melihat Bapaknya menderita. Disiksa bertubi-tubi seperti tadi itu membuat hati Kirey semakin sakit dan hancur.Tidak lama kemudian, pintu terkuak. Kirey masuk ke kamar hotel itu dengan tangan dan kaki gemetaran. Gio memerhatikannya dari kejauhan. Dia masih penasaran. Apa yang akan Kirey lakukan di sana?Kirey masih berdiri memandangi sosok pria bertubuh besar di hadapannya. Tubuhnya tinggi besar dan gendut. Banyak sekali lemak di perutnya yang menggumpal. Mirip sekali gajah bengkak.Tanpa sengaja Kirey memerhatikan tubuh tambun pria itu. Sama sekali tidak menarik, pikirnya. Ya ampun, Kirey sudah s
“Oh, hanya 800 juta,” Gio menanggapinya datar.Hanya? Presdir Gio bilang ‘hanya’? Kirey berdecak. Huh, sombong sekali lagaknya. Apa pria songong itu benar-benar konglomerat dan sangat kaya raya? Apa uang segitu tidak ada arti baginya? “Jika aku yang membayar semua utang keluargamu, maka kamu berbalik berutang padaku,” sahut Gio. Sambil memikirkan jalan keluar untuk menghadapi permasalahan keluarga Kirey.Kirey menelan ludah. Ya, itu benar. Jika Gio yang membebaskan keluarga Kirey dari jeratan utang para rentenir dan debt collector, Kirey harus membayarnya sedikit demi sedikit kepada Gio.Bagaimana ini? Kirey agak kebingungan. Masa iya, Gio akan memotong gaji bulanannya di kantor? Bahkan, jika diperhitungkan kembali uang gajinya per bulan saja tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Lantas, jika potong gaji, mau sampai kapan lunasnya? Dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian?Wajah Kirey memucat. Rasanya
Gio menarik tubuh Kirey. Membawa gadis cantik itu ke dalam pelukannya. Sontak saja, Kirey terkejut. Dia membelalak saat tubuhnya kini sudah berada di atas Gio. Satu posisi yang mengejutkan keduanya.“Apa yang kamu lakukan, Kirey?” tanya Gio.“A-aku mau membangunkanmu, Presdir Gio,” Kirey gelagapan.“Membangunkanku dengan cara seperti ini?”“Ah, tidak. Maksudku tidak seperti ini.” Kirey jadi kikuk dan salah tingkah di depan Gio.“Jadi, kamu sudah menandatanganinya?” Gio mengalihkan pembicaraan.Kirey mengangguk pelan. “Iya, sudah.”“Bagus. Aku akan mengeceknya terlebih dahulu.”“Iya, itu harus,” Kirey canggung sekali. Agar Kirey segera pulang ke rumahnya.“Lalu, sampai kapan kamu mau berada di atas tubuhku, Kirey?” goda Gio.“Jika sudah seperti ini keadaannya, aku tidak mudah mengendalikan diriku. Apa k
“Menemani Anda?” Kirey memastikannya lagi. Dia tidak bisa mencerna kata-kata Presdir Gio dengan baik.“Apa itu salah? Bukankah di perjanjian tertulis itu kamu sudah bersedia menuruti semua perintahku?” Gio mengingatkan Kirey lagi. Ah, iya. Kirey meringis.“Oh, God!” Tentu saja Kirey ingat. Lalu, apa sekarang? Gio pasti akan menuntut haknya. Bagaimana ini?Kirey ketakutan setengah mati ketika Presdir Gio menginginkannya menginap malam ini. Tidak boleh. Tidak bisa. Kirey sudah pasti akan menolaknya. Dia harus mencari alasan untuk menghindarinya. Ya. Dia harus segera melarikan diri dari Presdir Gio. Secepatnya.“Aku harus pergi, Pak,” pamit Kirey. Tiba-tiba, tangan Gio memeganginya.“Mau ke mana? Ini sudah malam,” cegah Gio.“Justru ini sudah malam. Makanya, aku harus pulang,” Kirey beralasan.“Sudah kubilang, kamu menginap saja di sini. Apa kata-kataku kurang
“Presdir Gio, hentikan!” hardik Kirey.Gio masih melancarkan aksinya pada Kirey. Dia tidak memedulikan ucapan Kirey yang sudah menolaknya. Pria itu gelap mata dan berusaha melucuti semua pakaian Kirey.“Diamlah, Ellena. Aku akan melakukannya dengan cepat. Aku tidak tahan lagi dan sangat merindukanmu sayang. Kenapa kamu pergi secepat itu dariku?” racau Gio. Sambil melepas kancing blouse Kirey dengan kasar.“Bukankah kamu sangat mencintaiku?” Gio meyakinkan.Apa? Kirey mengerutkan keningnya. Gio membuka kemejanya di hadapan Kirey. Terlihat jelas sekali otot-otot kekar dari tangan juga perutnya yang kotak-kotak itu.“Malam ini kamu milikku, Ellena,” ucap Gio mantap. Seraya mencium bibir Kirey kembali.Perkataan Gio benar-benar tidak dimengerti oleh Kirey. Wanita itu masih berusaha melawan pada Gio. Dia harus segera menyadarkan Gio. Jika tidak, habislah Kirey malam ini. Kirey melepas ciuman panas P