Share

Pernikahan Hampa
Pernikahan Hampa
Penulis: Mira Restia

1. Tanpa Cinta

Satu tahun pernikahanku dan Lucas, aku merasa hubungan ini hambar. Padahal, usia satu tahun pernikahan terbilang masih baru dan hangat-hangatnya. Dan ternyata benar saja, aku menemukan foto seorang perempuan di laci meja kerjanya. Apa ini penyebab sikap dia dingin. Awalnya kupikir karena sudah pembawaannya yang dingin. Namun ternyata, alasannya adalah dia menginginkan wanita lain.

Aku Flora Narina Adeeva, di usiaku yang ke 25 tahun, harus merasakan sakitnya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta. Satu tahun yang lalu Lucas melamarku, kami tidak berpacaran dulu sebelumnya. Desas desus mengatakan Lucas pria gagal move on pada mantannya, lalu menikahiku untuk melupakan masa lalu,  aku tidak percaya waktu itu. Tapi sekarang, ternyata aku menemukan satu bukti dan itu sudah membuat remuk hatiku.

Aku menyimpan kembali foto perempuan itu ke tempat semula, menutup pintu ruang kerja suamiku rapat, berjalan ke ruang tengah seolah tidak terjadi apa-apa. Setidaknya, aku harus memastikan suamiku main serong atau dia hanya diam-diam mendamba wanita yang tidak pernah bisa dia miliki, bisa saja dia mantannya yang dikatakan orang-orang.

Sebenarnya, aku yang selalu merapikan ruang kerjanya. Namun, selama ini memang tidak pernah berani membuka laci meja apalagi numpang bermain laptop, selain karena aku sadar diri hal itu tidak sopan. Sejak awal menikah dia sudah mewanti-wanti untuk tidak membuka laci kerja dan laptop miliknya. 

"Flora!" sapa Lucas padaku.

Aku menoleh, tanpa senyum. Sulit bagiku tersenyum saat mengetahui sebagian hatinya ada pada wanita lain. Atau bisa jadi seluruh hatinya untuk wanita itu, dan aku hanya memiliki raganya yang kadang bisa aku peluk. Itu pun tidak seindah pelukan pasangan di luar sana. Kami pasangan monoton.

"Flora, kamu melamun? Aku panggil kenapa tidak jawab?"

"Maaf!" Aku minta maaf tapi mataku tidak menatap ke arahnya.

"Ya, tidak usah minta maaf juga." Lucas menyerahkan satu box  kopi kemasan, aku perkirakan isinya ada 10 sascet. "Flora, aku ingin kopi, seduhkan dulu sebentar!"

"Oke, sebentar aku seduh dulu!"

"Nanti bawa ke depan."

Aku mengangguk sambil pergi menyeduh kopi, hari ini weekend. Kami tidak pernah ke mana-mana. Lucas akan sibuk dengan hobbynya memodifikasi mobil di tempat temannya. Atau berdiam diri di depan   laptop, untuk menulis novel thriller. Aku tidak pernah membaca buku yang dia tulis, gendre seperti itu terlalu rumit dan bikin pusing menurutku. 

Aku ke teras depan, di mana Lucas berada, dia sedang menatap lekat ke arah mobilnya yang baru dimodifikasi. Mematung sambil menyilang tangan di dada, sambil mengukir senyuman bangga atas perubahan pada mobilnya. Kadang aku iri, aku saja tidak pernah ditatap seperti itu. Ya Tuhan, aku sampai cemburu pada benda mati seperti mobil.

" Ini kopinya, Mas!"

"Thanks!" Lucas menerima, sejenak menatap cangkir kemudian menatap mobilnya kembali. "Nice, amazing."

Aku yang sudah berbalik badan pergi ke dalam rumah kemudian menoleh ke arahnya. Hampir saja aku bilang makasih karena kupikir aku yang amazing dan nice itu, ternyata dia sedang memuji mobilnya kembali. Ya sudah, lah. 

Aku pergi ke kamar, karena pekerjaan rumah sudah beres aku menghibur diri dengan bermain gitar sambil menatap ke arah jendela. Aku jarang bersosial media, karena medsosku isinya gibah semua. Aku takut keceplosan ikut curhat di medsos kalau sekali-kali buka hape, padahal sudah jelas curhat itu harusnya bareng mamah dan AA, bukan di sosmed.

Pintu terbuka, aku tidak menoleh siapa yang membuka pintu sudah pasti suamiku dengan gaya so sibuknya.

"Aku mau pergi, biasa mau kumpul-kumpul sama teman komunitas." Lucas meraih kunci mobil di nakas.

"Ya, hati-hati." Aku tahu dia maksud dia kumpul dengan teman satu komunitas mobil. Aku tidak minta diajak ikut, karena dia pernah bilang bahwa aku tidak boleh ikut, di sana cowok semua, aku gak bakalan betah.

"Jangan masak banyak-banyak buat siang, kamu masak buat kamu aja. Aku makan di luar, nanti."

"Okeh, siap. Emang kalian kumpul di mana."

"Di Jeff Cofee Shop." 

"Oh." Aku tahu tempat itu, owner Cofee Shop itu adalah, Andrean sahabat Lucas.

Sekejap, dia menghilang dari pandangan. Hingga akhirnya, aku mendengar suara mesin mobil berbunyi lalu tak lama suaranya menjauh. Pasti dia sudah pergi untuk bersenang-senang. 

Aku mematung sejenak, kemudian menaruh gitar. Kesunyian merasuk, karena saat suami sedang libur, aku malah sendiri. Mirip sekali wanita yang ditinggal suami kerja melaut, bukan?

Lucas teramat baik, tapi kami tidak pernah bermesraan. Soal hubungan intim, dia suka langsung ke inti, tidak pernah melakukan opening seperti bercumbu atau melakukan sentuhan halus. Aku teringat omongan temanku, bahwa pria bisa melakukan hubungan badan tanpa cinta. Harusnya, dia beli alat bantu sex di online, bukannya menikahiku. Aku membenturkan kepala ke dinding pelan, karena kalau keras takut bocor kepalaku. Aku melakukan itu karena merasa bodoh terus-terusan suudzon.  Ya, belum tentu Lucas yang salah.

Akhirnya, aku meraih smartphone. Membuka sosmed, daripada aku terus-terusan dimakan prasangka buruk, aku putuskan untuk menjadi stalker akun suamiku sendiri. Agak ribet sebetulnya, karena kami tidak berteman di Facebook. Juga tidak saling follow di Instagram. Padahal, IG suamiku di privat.

Akhirnya, aku memutuskan add friend di Facebook dengan akun lain yang kumiliki dari dulu, khusus akun fans club musik, yang sekarang sudah tidak aktif lagi. Juga mulai mem-follow IG dengan akun lain pula. Siapa tahu, aku dapat informasi. Jika memang ada rahasia, bisa saja dia tidak konfirmasi pertemananku 'bukan?

Lama aku menunggu sambil melanjutkan aktifitas yang lain tapi akun Lucas tidak mengkonfirmasi akunku. Aku tahu dia aktif di medsos. Sekilas dari kejauhan aku sering melihat dia membuka aplikasi merah dan biru. 

Smartphone berbunyi, ada notifikasi masuk dari WhatsApp. 

"Sorry, aku nginap di rumah teman. Jaga diri baik-baik, Flora."

"Iya-iya. Kamu juga jaga diri baik-baik, Mas. Kalau boleh tahu, nginep di mana, ya?"

"Rumah Dean."

"Besok pulang pagi apa siang?"

Ceklis dua tapi tidak biru. Dia sering seperti itu, masa iya aku harus membombardir WhatsApp nya dengan chat keluh kesah supaya dibalas. Aku pernah melakukannya dulu saat SMA pada pacar pertamaku, tapi sekarang aku sudah dewasa, malu juga melakukan trik semacam itu. 

Akhirnya, kami berhenti berbalas pesan, padahal baru permulaan. Aku hanya merindu sendiri, tanpa terbalaskan. 

Melanjutkan aktifitas sampai larut malam, akhirnya aku mendapat notifikasi dari smartphone yang membuatku membulatkan mata dan berdebar. Lucas mengkonfirmasi pertemanan. 

Tanganku gercep stalking akun Lucas, ada belasan foto baru di Instagram, latarnya di Jeff-cofee, pasti ini pertemuan tadi bersama teman-temannya. Ada video juga, dan saat aku putar tidak terlalu penting juga isinya. Hannya becandaan garing dari teman-teman Lucas. Di antara foto tersebut, ternyata ada perempuan juga. Bukannya Lucas bilang yang kumpul cowok semua? Oke, satu kebohongan terungkap.

***

TBC

_____________________________________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status