Share

ISTRI SIMPANAN CEO
ISTRI SIMPANAN CEO
Author: Kim Miso

Bertemu

Kala itu, gadis cantik yang bernama Almaira baru saja menginjak usia 29 tahun. Ia berasal dari keluarga yang jauh dari kata cukup. Dengan bermodal wajah cantik nan mulus, ia memberanikan diri pergi ke kota untuk bekerja disalah satu bar yang cukup ternama. Meskipun dirinya seorang tipe pemalu, namun kecantikannya lah yang menjadi alasan kuat untuk melangkah ke zona hitam demi memperbaiki perekonomiannya.

Sudah hampir setengah bulan, Alma bekerja di bar itu. Ia mulai bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Tidak hanya itu, ia pun mendapatkan teman baru yang rata-rata usianya lebih tua dari dirinya. Meskipun Alma bekerja di bar, tapi ia tidak pernah melayani pria hidung belang, yang seperti layaknya wanita nakal. Justru tiap ada pria yang mendekatinya, ia selalu menolaknya dengan halus. 

Saat itu, waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, Alma masih bergelut dengan pekerjaannya. Hanya ada sekitar dua orang rekan kerjanya yang menemani Alma di bar itu, mereka adalah Doni dan Ikhsan. Semakin malam, bar itu semakin ramai. Ketika Alma sedang membereskan gelas bekas alkohol, tiba-tiba saja seorang pria datang menghampirinya dengan muka yang begitu masam, seperti sedang dirundung kecewa dan bercampur amarah. 

Pria itu langsung memesan minuman yang mengandung alkohol kepada Alma. Dan dengan gesitnya gadis itu langsung menyediakan minuman yang dipesannya. Awalnya Alma tidak begitu mempedulikan, namun karena pria itu terlihat sedih, apalagi meneteskan air mata, rasa simpati Alma tidak bisa tertahan lagi. Pikirannya pun bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada pria tersebut. Bahkan rasa ingin tahunya kepada pria itu menjadi semakin penasaran.

Dengan rasa canggung dan malu, Alma pun memberanikan diri untuk bertanya kepada pria tersebut, "Apakah Anda baik-baik saja, Tuan?"

Pria itu hanya menoleh dan tersenyum kepada Alma dengan tatapan kosong. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun karena menahan air mata yang hampir saja terberai.

"Sepertinya Anda memang sedang punya masalah. Apa Anda pikir dengan meminum banyak alkohol bisa menyelesaikan masalah anda, Tuan?" tambah Alma menyunggingkan bibirnya. Ia semakin penasaran karena pria itu tidak juga menjawab pertanyaannya. Malahan minum lagi dan lagi.

"Daripada Anda melakukan hal yang tidak berfaedah, mendingan—" belum juga selesai bicara, pria itu langsung memotong pembicaraan Alma.

"Apa pedulimu? Kamu bahkan tidak tau apa yang sedang aku rasakan saat ini!" sentak pria itu marah dan dengan sedikit agak mabuk. Air mata yang mulai mengalir dari pipinya pun tidak ia rasakan. Bahkan pria itu menambahkan minuman alkohol lagi ke dalam gelas hingga penuh. 

"Ya elah, mana saya tau urusan orang! Ditanya baik-baik malah marah. Sepertinya orang ini wataknya sombong dan keras kepala, nyesel deh sudah nyamperin dia kesini," kata Alma dalam hatinya.

"Ya, tidak tau juga sih, tapi kasian saja melihat Tuan menangis seperti itu," tambah Alma dengan polosnya.

"Apa? Menangis? Sok tau kamu! Mana mungkin orang ganteng sepertiku menangis di depan umum," geram pria itu gelagapan dan sedikit malu.

"Oh masa? Tapi kenapa pipinya basah ya?" kata Alma sedikit Mengernyitkan alisnya.

"Ya sudah tidak masalah, kalau begitu, saya permisi dulu, selamat menikmati Tuan, jangan lupa bayarnya dikasir," sahut Alma lagi dengan senyuman manisnya. Ia berusaha tersenyum meski hatinya kesal kepada pria itu.

"Ya sudah sana! Lagian siapa yang menyuruhmu ke sini. Orang ganteng sepertiku, tidak akan pernah mau mendekati perempuan seperti kamu!" cetus pria itu menyunggingkan bibirnya.

Alma hanya tersenyum geli, meski pria itu mengejeknya, tapi ia tidak peduli, ia hanya menyengir karena laki-laki itu membantah kalau dirinya tidak menangis. Padahal  sudah terlihat jelas oleh Alma, kalau pria itu sedang menangis. 

"Terserah kamu saja, Tuan. Yang pasti saya orang yang tidak bisa kamu bohongi, udah jelas-jelas nangis, masih saja berkilah!" ucap Alma dalam hatinya.

Setelah Alma pergi dari hadapannya, pria itu langsung segera menyeka air mata diwajahnya dengan tisu sambil berkata, "Bisa-bisanya ada orang yang memperhatikanku seperti ini."

****

Sudah hampir larut malam, Pria itu masih terus saja meminum alkohol sampai mabuk berat. Bahkan suasana di bar sudah mulai sepi. Alma dan rekan kerjanya pun sudah membereskan tempat itu dan siap untuk segera ditutup.

"Gimana nih, kita sudah mau pulang, tapi orang itu masih ada di sini, kalau disuruh pulang, nanti dia kesinggung nggak ya?" ucap Ikhsan salah satu rekan kerja Alma.

"Dia sedang bersedih, tadi saya sudah menghampiri dia," ujar Alma.

"Oia? Ya sudah kalau begitu kamu saja yang ngasih tau kalau bar ini akan segera ditutup," suruh Doni kepada Alma.

"Tapi—dia sombong, nanti ngomel-ngomel lagi gimana?" kata Alma yang sedikit merasa enggan untuk menghampirinya lagi.

"Sudah tidak apa-apa, aku yakin dia gak bakalan marah. Percaya deh sama aku, orang lagi mabuk gitu juga," tutur Ikhsan sembari mendorong Alma supaya segera menghampiri pria itu.

Tanpa bisa mengelak lagi, Alma terpaksa menghampiri pria itu dengan sedikit ragu. Dalam benaknya, pasti pria ini akan marah. Mengingat tadi yang ia lakukan atas sikapnya, membuat Alma sungkan.

"Tuan, bar ini akan segera tutup, jadi aku harap—" seperti biasa, pria itu langsung memotong pembicaraan Alma.

"Iya-iya, aku tahu," ucap Pria itu yang sudah mabuk berat. 

Untuk beranjak dari tempat duduk pun pria itu seperti kesulitan dan hampir saja terjatuh. Alma yang masih dihadapannya ikut prihatin dan tanpa berpikir panjang, ia langsung membantu pria itu berdiri.

"Hati-hati, Tuan. Anda sudah mabuk berat, bagaimana bisa pulang kalau Anda dalam keadaan seperti ini?" tutur Alma sembari memegang lengannya.

"Biarin, emang aku gak mau pulang. Kamu tidak usah khawatir aku bisa sendiri," ucap pria itu sembari berusaha melepaskan tangan Alma. Dan akhirnya ia bisa lepas, namun ia jatuh tersungkur ke lantai. 

"Ya ampun, Anda sudah mabuk berat begini, mana mungkin bisa sendiri. Ayo saya bantu. Di luar ada tempat duduk, Anda bisa duduk dulu disana, sampai keluarga menjemput Anda," ucap Alma sembari berusaha mengangkat tubuh pria itu yang sudah tidak berdaya.

Melihat Alma dalam kesulitan, rekan kerjanya pun tidak tinggal diam, mereka berdua langsung segera membantu pria itu berjalan keluar dari bar. 

"Sini biar kita saja yang membawa pria ini keluar, mendingan kamu bereskan dulu bekas minumannya, dan jangan lupa setelah itu matikan semua lampu, kecuali yang di luar," tutur Doni

"Oia, nih kuncinya!" kata Doni lagi sembari menyodorkan kuncinya.

"Oke, Mas. Oia dia sudah bayar belum?" tanya Alma.

"Ya ampun belum! Untung saja kamu ngingetin kita, jadi gimana dong?" tanya Ikhsan kepada Doni.

"Nanti kita bicarakan lagi di luar, berat nih, orangnya udah gak sadar," kata Doni yang sudah membopong Pria itu dengan sekuat tenaganya.

"Oke-oke."

Kedua rekan kerja Alma langsung membopong pria itu, sementara Alma membereskan semua yang ada di dalam bar sebelum tempat itu ia tutup. Selang beberapa menit kemudian, Alma pun keluar dari tempat itu setelah semuanya beres dan ia juga tidak lupa untuk menguncinya.

"Mas, ini kuncinya, Oia, bagaimana? Apa sudah ada pihak keluarganya yang mau jemput dia?" tanya Alma sembari memberikan kunci kepada Doni.

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
fany snoer yuliansyah
Kaka Kim miso good
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status