Waktu sudah menunjukan jam delapan pagi, dimana pagi itu, Alma baru saja sampai ke kos-annya setelah tertidur di luar bar bersama pria yang tak dikenalnya. Namun, keberuntungan pada perempuan itu adalah dia hanya tertidur dikursi tanpa melakukan hal-hal yang negatif.
"Ya ampun! Badanku serasa remuk semua, ini gara-gara laki-laki itu ngigau terus, aku sampai masuk angin. Udah ditolongin malah kabur," gerutu Alma sembari mengambil air minum.
Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ia hendak beristirahat lagi karena waktu untuk bekerjanya nanti adalah jam lima sore. Dan ini kesempatan bagi Alma untuk melanjutkan istirahatnya lagi. Namun tetap saja, meski bisa rebahan, ia tetap harus mencari sesuap nasi untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi karena lapar. Untung saja, ada tukang bubur yang suka nawarin ke tempat kos-annya.
Waktu pun begitu cepat, sehingga Alma harus bersiap-siap untuk pergi bekerja kembali. Padahal ia sangat ingin berlama-lama di tempat kos-annya, karena di area itu orang-orangnya mudah bergaul, meski sebagian ada yang tidak ia kenali. Namun, tetap saja mereka sangat baik sehingga Alma betah tinggal di sana.
Dengan menggunakan ojeg online, Alma pun segera berangkat menuju ke tempat kerjanya.
*****
Sesampainya di bar, Daffa beserta bodyguardnya malah berdiam diri didepan bar itu, mereka belum bisa masuk, karena bar itu masih tutup.
"Yaelah bos! Jam segini mana ada bar yang sudah buka? Kalau warung makan banyak," ucap Farhan menyunggingkan bibirnya.
"Iya, lagian masih jam tiga sore bos, sedangkan bar bukanya rata-rata jam lima sore," tutur Akmal yang masih berdiri menatap tempat bar itu. "Masih ada waktu dua jam lagi, Bos!"
"Ya sudah, aku nunggu di sini sampai bar ini dibuka!" kata Daffa dengan pedenya.
"Yang benar saja, Bos. Ngapain nunggu disini sampai dua jam begitu!" kata Ikhsan. "Mending tiduran dulu, lumayan kan dua jam tiduran!"
"Terus enaknya gimana?" kata Daffa yang ikutan juga menatap bar itu.
"Ya istirahat saja dulu, bos! Apalagi coba?" celetuk Farhan yang lama-lama mulai jengkel kepada bosnya itu.
"Ya sudah, ayo kita kembali bekerja," ajak Daffa sembari masuk ke dalam mobilnya.
"Apa!" kata Farhan dan Ikhsan dengan serempak.
Seketika Farhan dan Ikhsan saling membelalakan matanya tanda ingin memakan bosnya itu bulat-bulat. Kelakuan Daffa selalu membuat jengkel para bodyguardnya, namun ia tak pernah marah sedikit pun kepada mereka, makanya apapun yang Daffa lakukan, mereka selalu setia mengikutinya.
*****
Setelah seharian bekerja, akhirnya Daffa bisa mengunjungi bar itu lagi. Ia masuk beserta bodyguardnya sembari memesan minuman Chardonnay kepada Bartender. Selain itu, Daffa juga memberitahukan kepada bartender bahwa dirinya belum membayar minuman sewaktu malam itu. Awalnya, bartender itu tidak paham apa yang dibicarakan Daffa, karena waktu kemarin malam, ia tidak masuk kerja. Namun setelah Doni datang, barulah ia paham.
"Maaf yah, jika kemarin malam sudah merepotkan, jujur saja aku benar-benar tidak enak hati. Aku juga tidak begitu ingat siapa saja orang-orang yang membantuku. Tapi untunglah ada kamu yang tau kronologinya seperti apa," ujar Daffa sembari menuangkan minumannya kedalam gelas, lalu meneguknya.
"Tidak apa-apa, saya maklumi. Oia orang yang telah membantu Tuan sampai larut malam, bukan saya saja. Tetapi ada teman-teman saya juga, yang ikut membantu Tuan. Mereka adalah Ikhsan dan juga Alma," sahut Doni.
"Oh jadi gadis itu namanya Alma?" tanya Farhan penasaran.
"Betul sekali, Bosku. Apa ada sesuatu dengan gadis itu," Doni balik tanya kepada Farhan. Ia takut jika terjadi sesuatu kepada Alma. Biar bagaimanapun, Alma tetap teman perempuannya yang selalu bersikap baik.
"Dia kan yang menemani bos kita tidur di luar bar ini!" celetuk Akmal.
"Apa? Maksudnya gimana ya?" ucap Doni tegas seraya ingin mebgeluarkan amarahnya.
"Ma-maksudnya tidur di kursi depan sana, dan kita juga tidak melakukan apa-apa, malah ketika aku sadar, aku sudah berada dirumahku," tutur Daffa meyakinkan Doni.
"Oh, aku pikir Tuan sama Alma—" belum juga selesai bicara, Alma sudah datang dan memotong pembicaraan Doni.
"Kenapa dengan namaku?" tanya Alma kepada mereka yang tengah serius mengobrol.
Alma datang dengan pakaian casualnya. Dengan rambut tergerai panjang dan make up ala kadarnya, membuat sang Ceo itu terpesona. Memang kalau dibandingkan dengan Karin, sangatlah jauh. Karin begitu glamour, sedangkan Alma, meskipun memakai kosmetik yang biasa, namun terkesan sangat luar biasa.
Daffa masih menatap gadis itu tanpa berkedip sama sekali. Ia masih terkesima melihat Alma yang kini dia sudah tau siapa perempuan yang setia menemaninya kemarin malam.
"Yaelah Bos! Kenapa berdiam diri begitu? Sana sambut! Sapa kè kenalan kè, jangan malu-maluin ketampananmu itu," bisik Farhan sembari menyenggol lengannya.
Daffa pun terperanjat ketika bodyguardnya mengagetkan dirinya. Ia pun gelagapan entah apa yang harus ia lakukan, karena hatinya maaih dag-dig-dug tidak karuan setelah melihat wajah Alma yang manis.
Bisa dikatakan jika sang Ceo ini telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Doni yang sedari tadi menyaksikan mereka, kini bisa bernafas lega karena ia berpikir jika Daffa adalah orang yang tidak baik, melainkan malahan sebaliknya."Oh, ma-maaf Nona, kemarin malam saya sudah merepotkan anda, tolong maafkan saya," kata Daffa
"Oh, tidak apa-apa, santai saja. Kalau begitu saya mau kerja dulu, selamat menikmati, Tuan. Eh iya hampir saja lupa, Anda belum membayar minuman kemarin malam, jadi nanti tolong bayarnya sekalian saja," ucap Alma tersenyum manis.
"Oh, siap Nona, siap!" kata Daffa dengan penuh semangatnya.
"Okey kalau begitu, saya permisi dulu," ucap Alma sembari melangkah meninggalkan mereka.
"Tu-tunggu Nona, bolehkah saya minta nomor ponselnya, Nona?" pinta Daffa gugup.
Bersambung ...
Alma menatap Daffa dengan sorotan mata yang tajam. Ia tidak habis pikir, dalam benaknya, pria itu orang yang galak yang pernah ia temui. Namun kenyataannya tidak begitu, hampir beberapa kali Daffa meminta maaf kepada Alma atas prilakunya yang kurang mengenakan hati. Seketika Alma menarik nafas dalam-dalam seolah ingin membuang jauh-jauh rasa lelahnya, tanpa berpikir panjang lagi, ia pun langsung memberikan nomor ponselnya kepada pria itu dengan begitu mudahnya.Biasanya gadis itu pelit mengenai soal yang berhubungan dengan kepribadiannya, bahkan lebih pelit dari Nyi Endit. Namun, untuk seorang Daffa, ia malah memberikan nomor pribadinya itu dengan begitu saja, entah apa yang merasuki gadis itu, bisa-bisanya memberikannya dengan cuma-cuma.*****Daffa dan keduabodyguardnya masih berada di dalam bar. Mereka masih asyi
Pertanyaan Alma membuat kedua bodyguard itu tercengang. bagaimana tidak, ia melontarkan pertanyaan dengan begitu banyaknya sehingga keduanya tidak bisa menjawabnya."Kenapa kalian diam saja?" tegas Alma."I-itu! Dia masih disana," tunjuk Akmal sembari gelagapan."Kalau begitu kami permisi dulu, Nona!" ucap Farhan sembari menarik lengan Akmal agar secepatnya pergi dari tempat itu.Melihat gelagat kedua bodyguard itu, membuat Alma keheranan. Namun ia sudah tidak peduli lagi karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan malam itu."Dasar orang aneh, ditanya begitu saja, seperti ditanya hantu!"*****Ketika bar itu sudah mulai sepi, Daffa berusaha mendekati Alma yang sedang membereskan botol minuman. Daffa ingin lebih dekat dengan gadis itu, karena ia mulai menyukainya. Sesuatu yang disukai,
Sejenak gadis itu terdiam membisu. Apa yang dikatakan seorang Ceo sungguh membuat gadis itu terpana bahkan situasinya semakin gugup."Ke-kenapa nungguin aku? Kalau mau pulang ya pulang saja!" ucap Alma menyunggingkan bibirnya."Lagian, kenapa tadi tidak ikut pulang sama teman-teman kamu?" tambah Alma."Teman? Teman yang mana? Aku disini tidak punya teman, selain kamu," tutur Daffa."Loh! Tadi yang ngobrol sama kamu di dalam bar siapa? Masa tiba-tiba amnesia? Lagi pula, di sini siapa yang mau temanan sama kamu?" ucap Alma mengkerlingkan matanya."Oh, mungkin yang dimaksud dia, bodyguard aku," ucap Daffa dalam hatinya."Oia, maaf aku lupa hehe," ucap Daffa cengengesan."Tapi, bukankah kita sudah menjadi teman?" ucap Daffa dengan pedenya."Sejak kapan?" Alma malah balik tanya."Ya ampun! Bukannya tadi di dalam bar ki
Kamar Alma begitu kecil, di dalamnya terdapat satu buah kasur kecil dan kamar mandi saja. Tidak ada lemari maupun televisi. Ia sengaja memilih tempat tinggal yang sangat murah, karena yang paling penting bagi dirinya adalah bisa tidur dan bisa mandi. Saat mereka berdua masuk ke dalam, suasananya menjadi hangat. Bahkan diantara mereka berdua sudah tidak ada rasa canggung dan gugup lagi. Mereka mengobrol seperti sudah terbiasa, sementara di luar hujannya sangat deras."Biasanya pulang kerja, aku suka langsung tidur sampai pagi! Tapi berhubung kamu membawakan aku makanan, jadi aku akan makan. Tapi sepertinya kita makan bareng saja, soalnya kamu bawa makanannya banyak banget, siapa lagi yang akan makan kalau bukan kita!" tutur Alma mengawali percakapannya."Oke! Setuju!" ujar Daffa sumringah.Mereka berdua pun akhirnya makan bersama meski waktu sudah menunjukan pukul satu malam, karena akan mubazir jika makanan itu dibuang.
Waktu semakin bergulir dan mereka berdua masih terlelap dalam tidurnya. Apalagi dibarengi dengan pelukan yang hangat, membuat keduanya enggan untuk terbangun dari mimpi indahnya. Mereka berdua terlihat begitu dekat dan belum ada tanda-tanda untuk sadarkan diri.Tidak lama kemudian, sinar mentari mulai menyambut indahnya pagi hari. Suara burung pun berkicau kian terdengar syahdu mengiringi kabut setelah hujan semalaman. Serta jam beker juga telah berbunyi sangat nyaring sehingga membangunkan Daffa dari mimpi indahnya.Pria itu mulai membuka matanya pelan-pelan. Namun ada sesuatu yang membuat dirinya merasakan sesak dan terasa berat di dadanya. Seperti tertimpa sebuah benda berat yang menutupi semua badannya. Setelah matanya terbuka lebar, akhirnya ia pun tau apa yang telah menimpa pada dirinya. Ya, sebuah tangan dengan jari yang lentik mendarat di dadanya. Begitu juga dengan kaki yang kecil nan panjang menghimpit kaki Daffa hingga ia tak bisa
Sementara, Daffa yang sedang memainkan ponselnya ikut panik karena ia tidak tau harus bagaimana mengatasinya."Duh! Gimana ini! Bukain pintu apa enggak ya?" gumam Daffa yang begitu bimbang. Ia pun segera mengumpat dibalik pintu meski tidak akan ada yang bisa melihatnya karena masih dalam keadaan tertutup gorden."Pasti kamu sedang mandi ya, Al? Bibi tungguin aja deh disini," kata tukang bubur itu sembari duduk-duduk di depan kos-annya.Dan tidak lama kemudian, para pembeli yang sudah menjadi langganannya, saling menghampiri untuk membeli bubur buatannya. Mereka saling menanyakan Alma karena pintunya masih dalam keadaan tertutup. Bahkan ada sebagian orang yang saling menanyakan juga siapa pemilik mobil mewah itu. Karena sedari tadi, tidak ada yang mengakuinya. Mereka saling ngerumpi lagi sembari menunggu Ama selesai mandi.Dan beberapa menit kemudian, Alma pun selesai mandi, namun karena ia masuk dengan terburu
Dengan sekuat tenaga gadis itu memberontak. Namun usahanya sia-sia karena ciuman Daffa begitu kuat. Daffa tidak peduli kalau gadis itu sulit untuk bernapas, yang ada dalam benaknya hanyalah ingin memberi pelajaran kepada gadis itu, agar tidak mengundang hasrat yang menggairahkan. Akan tetapi, Daffa pun sadar atas apa yang dilakukannya itu. Dan tidak lama kemudian, akhirnya Daffa melepaskan ciumannya, sehingga Alma tidak lagi memberontaknya."Kalau sampai terjadi lagi seperti ini, aku tidak segan-segan untuk mencicipi daging mulusmu itu!" ancam Daffa menyeringai.Daffa langsung keluar dari kamar mandi, sementara Alma hanya bisa terdiam membisu akibat syok karena ulahnya Daffa. Ada sedikit rasa takut bercampur kesal terhadap laki-laki itu, namun hatinya lega karena Daffa tidak melakukan hal yang macam-macam kepada dirinya."Ya ampun! Ciuman ini!" kata Alma sembari meraba bibirnya yang sudah disentuh oleh Daffa. "Mimpi apa
"Kenapa gak dari tadi nutup matanya? Udah mau selesai dibaju, malah nutup mata! Gak kuat ya lihat body orang cantik macam aku? Cih, laki-laki ganjen seperti dirimu, mana mungkin bisa menahan hawa nafsu!" ledek Alma sembari memakai kaos oblongnya."Hey aku pria normal! Tentu saja tidak bisa nahan godaan! Memangnya kamu mau aku sentuh bolak-balik macam dadar gulung? Hah!" kata Daffa kesal setelah mendengar ledekan dari Alma."Ya-ya gak mau! Gak enak kalau disentuh sama pria ganjen seperti kamu! Wekk!" Alma langsung memalingkan wajahnya. Ia cepat-cepat menjauh dari sorotan Daffa.Daffa yang mendengar ocehan Alma, langsung mencoba mendekati Alma, "Kata siapa gak enak? Sini aku sentuh! Biar kamu merasakan sentuhanku yang begitu dahsyat!"Alma langsung menghindar ketika Daffa mendekatinya. Mereka seolah-olah seperti main kucing-kucingan. Dan seketika mereka lupa kalau diluar sana ada yang sedang menunggu untuk menjual dagangannya kepada Alma."Wekk! Gak kena!