Share

Chaotic atmosphere

Siang itu, Xandro dan Gresya menghadiri meeting. Semenjak meeting itu di mulai, Xandro mencoba menjelaskan kepada kliennya, atas produk yang akan mereka luncurkan.

Sepanjang penjelasan, klien mereka sangat mempusatkan perhatiannya pada materi yang di sampaikan oleh Xandro. Seolah semua yang di sampaikan lelaki itu dengan bahasa yang di gunakan Xandro juga tidak berbelit-belit. Memudahkan kliennya mengerti apa maksud dan tujuannya.

Gresya yang berada tidak jauh dari Xandro, perhatiannya sedari tadi tersita oleh lelaki itu. Bukan dengan apa yang telah di sampaikan oleh lelaki itu, tetapi manik matanya sama sekali tidak beralih pada wajah tampan Xandro. Matanya berbinar-binar, lelaki yang di hadapannya itu, seorang sekretaris yang sangat handal. Di mata Gresya dia sangat berwibawa.

Pantas saja Tuan William-Sang Papa, terus memuji dia sebagai sekretaris terbaik di perusahaan mereka. Berkat Xandro juga, perusahaan Tuan William berkembang pesat.

Setelah Xandro berbicara panjang lebar di dalam pertemuan itu, semua orang di dalam sana bertepuk tangan, berdecak kagum. Senyuman mengembang hingga menampakan deretan gigi yang tersusun rapi.

Dan rasa kepuasan di lontarkan oleh klien mereka. Hingga kontrak kerja kembali mereka dapatkan. Di akhir pertemuan, mereka saling berjabat tangan.

"Kau sangat genius, Xandro. Aku tidak menyangka, kita lagi-lagi mendapatkan kontrak kerja," tutur Gresya.

"Bukan-kah lebih baik begitu?! semua ini akan menguntungkan perusahaanmu juga, bukan?" timpal Xandro.

"Hum...kau benar! bagaimana kita merayakan ini, Xandro?" Gresya melipat tangan di atas perut." Seperti...dinner gitu! Sebagai rasa ucapan terima kasihku, kepadamu. Ya...atas kinerjamu di perusahaan ini."

Xandro bergeming. Ia tampak menimang-nimang ucapan Gresya. Lalu mengangkat kepala untuk memandang wanita itu yang tengah tersenyum kepadanya."Hmm..mh, Baiklah! Aku terima tawaranmu!"

Gresya yang mendengar ucapan Xandro, bagaikan petasan yang meletus di langit dan menumpah kerlap-kerlip bermacam warna.

Matanya melebar disertai rasa bahagia yang meluap dari hati terkecil di dalam sana. Detak jantungnya berdebar tak karuan. Sensasi atas perkataan setuju Xandro, sangat menyeruak bagi seorang Gresya.

"Kau serius?" tanya Gresya memastikan. Matanya berbinar-binar.

"Hmm...iya!"Tanpa ragu Xandro mengangguk tegas.

"Ok...kalau begitu nanti aku kirim pesan kepadamu, dimana tempatnya nanti!" Gresya bersuara."Apa perlu aku jemput kau nanti?"

Dengan cepat di sanggah oleh Xandro."Tidak usah! kau kasih tau saja nanti dimana tempatnya. Dan aku akan datang."

'Ok...tidak masalah. Yang penting kita akan dinner nanti.' Batin Gresya.

"Hemm... ok!" Gresya menagngguk.

Menurut Xandro tidak ada lagi yang penting ia bicarakan, iapun keluar dari ruangan tersebut. Tanpa menolehkan lagi kepalanya kepada wanita itu.

Setelah ia berada di luar, tepatnya di depan pintu yang sudah di tutup kembali oleh Xandro. Ia tersenyum kecut. Terlihat dari satu sudut bibir terangkat ke atas. Sudut mata melirik kearah pintu ruangan tersebut. Kemudian ia pergi menjauh dari sana.

"Yes...Yes...Yes."

Gresya yang masih di dalam ruangan, ia melompat-lompat kecil. Tepukan pelan dari kedua telapak tangannya, menimbulkan suara kecil di ruangan tersebut.

Bersyukur tidak ada satupun orang di dalam sana. Yang melihat tingkah konyolnya. Kecuali...seorang lelaki yang memperhatikan tingkah konyolnya di balik layar CCTV. Ia terkekeh, tidak menyangka hanya sekedar mengucap "aku terima tawaranmu" membuat wanita itu terjingkrak-jingkrak. 

Saat sore telah kembali menyapa, Xandro telah sampai dirumahnya. Rumah yang di berikan oleh Tuan William. Sebagai bentuk terima kasihnya memajukan perusahaan. 

Rumah dua tingkat berkisaran 1 milyar itu hanya di huni oleh Xandro seorang. Bukan Tuan William tidak mampu membelikan Xandro rumah mewah dari itu. Namun, untuk apa bagi Xandro. Hanya dia seorang di dalam rumah besar itu. Ke dua orang tuanya telah meninggal saat kecelakaan maut menimpa mereka. Saat hendak menghadiri acara wisuda Xandro. 

Di balik rasa bahagia memakai toga, ternyata keadaan pilu menyertai di hari wisudanya tersebut. Hidup sebatang kara, beruntung dewi fortuna berpihak padanya. Ia di terima kerja di perusahaan Tuan William kala itu. Di saat ke suksesan menyertai hidupnya, namun ia tidak bisa membahagiakan orang tua yang terlah pergi selama-lamanya.

Dan memiliki jabatan sebagai sekretaris sudah beberapa tahun ini. Tentunya semua itu Venna sebagai wanita yang selama ini sebagai kekasih, ia tahu seluk beluk hidup Xandro.

Xandro menyandarkan tubuhnya pada badan kursi. Kepalanya mengadah ke atas dengan mata tertutup rapat. Rasa lelah yang menggelayuti tubuhnya begitu terasa. Hingga pejaman mata beberapa menit. 

Sore hari telah berganti gelapnya malam. Bersyukur malam ini begitu cerah. Banyak bintang menemani sang bulan untuk memancarkan cahayanya.

Seorang wanita tengah menghiasi wajahnya dengan make up terbilang mahal. Gaun sepanjang lutut yang ia kenakan berlebel branded. Sepatu high heels setinggi 7 cm. Jam termahal melingkar di pergelangan tangan. Rambut tergerai dengan bagian ujung ikal menggantung. Melengkapi penampilan Gresya malam ini. Untuk acara dinner yang telah ia janjikan siang tadi di kantor.

Gresya mematri dirinya di depan cermin. Memutar tubuhnya melihat penampilan sempurna itu. Ia merasa malam ini sangat perfect. Dia menganggap dirinya sangat cantik. Dia bahkan membayangkan juga, jika Xandro akan terhipnotis dwngan penampilannya malam ini. Setidaknya lelaki itu akan melihat ke arahnya malam ini.

"Aku yakin, kau akan mnyadari kecantikan aku, Xandro." Gresya bermonolog sendiri. Di selingi senyuman di hadapan cermin. 

Bak negeri dongeng, seolah ia juga bertanya pada cermin itu siapa yang paling cantik. Bertanya dan di jawab sendiri olehnya.

Saat Gresya merasa sudah waktunya mendekati jam sesuai perjanjian. Gresya melangkah keluar dari kamar. Setelah meraih tas kecil di atas tempat tidur.

Kaki Gresya menuruni setiap anak tangga dengan sangat hati-hati. Namun, masih juga menimbulkan bunyi di high heels yang ia kenakan.

Langkah Gresya terhenti tepat di ruang tamu. Saat Tuan William bersuara."Kau mau kemana, Gresya?"

Gresya tersenyum. Ia rasa Tuan William tidak akan melarangnya untuk keluar malam ini. Dengan menyebut nama Xandro saja, lelaki itu pasti tidak banyak ocehan terhadapnya.

"Aku dinner sama Xandro,pa. Sebagai rasa terima kasihku, berkat dia lagi-lagi aku mendapatkan kontrak." Ucap Gresya. Wajahnya seolah memohon agar di injinkan.

Tuan William bergeming. Menghentikan bacaan pada tulisan di koran yang ia pegang itu. Semenit kemudian, menurunkan koran tersebut dari pandangannya. Tangannya bergerak membenarkan kaca mata yang membantu ia melihat.

"Ya, sudah! setelah itu cepat oulang kembali!"

Gresya mengangguk semangat. Tidak henti-hentinya ia melempar senyum kebahagiaan itu."Hemm...aku akan oulang setelah selesai."

Gresya kembali melangkahkan kaki keluar dari rumah. Melangkah lebar menuju mobilnya yang masih berada di luar.

Sesampainya di sebuah restauran, Gresya turun dari mobil. Ia mengayunkan langkahnya masuk ke restauran. Memilih salah satu meja disana. Lalu menduduki kursi tersebut.

"Xandro, semoga kau benar-benar datang malam ini." Gumam Gresya.

Tidak lama kemudian seorang lelaki dengan pakaian jas yang membaluti tubuh dan kaki jenjang di tutupi celana bahan hitam, melangkah ke dalam restauran. 

Sayang-nya, Gresya tidak melihat itu. Ia malah menatap dirinya dari kaca kecil di tangan. Masih terfokus akan diri nan cantik rupa itu.

Hingga deheman dari seorang lelaki menyadarkan dia dari kegiatan yang konyol tersebut. Membuang pandangan matanya dari kaca yang iapegang, Gresya mengalihkan pada Xandro yang telah berdiri di hadapannya. Dengan begitu tampan rupawan. 

Siapa pun yang melihat lelaki itu, tentu saja terhipnotis seketika. Begitu juga yang di alami Gresya. Bibir yang terbuka dan mata yang menyorot akan kekaguman.

'Dia telah datang...dia dihadapan ku sekarang.' Batin Gresya.

"Sorry...aku datang terlambat," ucap Xandro. Suara kelaki itu mendayu indah di telinga Gresya.

"Tidak apa, aku juga baru sampai." Sahut Gresya dengan begitu manis.

Saat Gresya berdiri dari duduknya, hendak meraih tangan Xandro. Tiba-tiba seorang wanita tidak kalah cantik dari Gresya, bergelayut manja di lengan Xandro.

"Sayang..." Seruan Venna membuat suasan hening seketika. Semilir angin dingin melewati mereka.

Gresya terpaku membisu. Matanya bergantian menatap sepasang kekasih itu di hadapannya. Ia sesaat kehilangan udara untuk di hirup. Dengan raut wajah rasa terkejut. Rasanya ia ingin terhuyun dari getaran pedih yang mulai menelusup di sukmanya.

Xandro dapat melihat rasa kecewa di raut wajah Gresya. Sorotan mata yang tiba-tiba meredup dari cahaya yang sempat terang. Senyuman yang hendak ia pancarakan, di tahan  baik oleh Xandro. Setidaknya ia tidak ingin menambah suasana menegangkan bagi Gresya.

Tidak lama kemudian, suara Xandro memecah keheningan di antara mereka."Ah iya, Nona Gresya. Perkenalkan ini kekasih saya. Tidak masalahkan Nona, saya membawa kekasih saya untuk merayakan keberhasilan kita mendapat kontrak lagi? Hem..."

Bak di terkam sembilu tepat dihulu hati. Rasa sayatan tajam menggores perih. Lukanya tidak tampak, tapi perihnya sangat mencengkram kuat. Hingga getaran sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Saliva seakan tertahan, rasa tercekat di tenggorokan. Gresya mencoba untuk dalam keadaan baik-baik saja. Itu tidak mudah...sangat tidak mudah. Di saat hatinya bertolak belakang dengan sandiwara yang siap ia mainkan.

"Oh..hemm..ya,i-iya saya ti-tidak keberatan," ucapan Gresya terbata-bata. Lidahnya seketika kelu.

Venna melempar senyuman terbaiknya ke arah Gresya."Perkenalkan saya, Venna Marlinda, Kekasih Xandro." Venna mengulurkan tangan ke Gresya yang tengah mematung itu.

"A-aku, Gresya Zavinka, atasan Xandro." 

Gresya menyambut tangan Venna. Memaksakan senyuman di lengkungan bibirnya hadir. Lalu ia cepat menyamarkan kembali senyuman tersebut.

"Silahkan duduk!" tutur Gresya kemudian.

Xandro menarik kursi untuk di duduki Venna. Setiap pergerakan Xandro yang manis itu terpatri jelas di mata Gresya. Mata yang menatap sendu kepada ke dua insan itu.

Venna yang nampak begitu bahagia, seolah dia wanita yang sangat istimewa dalam hidup Xandro. Ia mendarat duduk di kursi yang di persilahkan oleh Xandro untuknya.

Tangan Gresya perlahan mengepal di bawah sana. Merapal mantra kekesalan atas apa yang di perbuat oleh Xandro terhadapnya.

Lelaki itu sengaja...ya, dia sangat sengaja. Merencanakan ini semua terhadap Gresya. Yang menaruh harap atas balas cinta yang tulus darinya. Berharap akan menjadi objek yang akan di lihat oleh Xandro malam ini. 

Tapi lihat, bagaimana lelaki itu mengahancurkan hayalan dari Gresya. Hayalan begitu tinggi ia terbangkan semenjak tadi siang di kantor. Sampai dia begitu semangat untk segera pulang, lalu mempersiapkan diri untuk tampil cantik.

Semuanya hancur...hancur begitu saja.!

'Cukup sekali ini saja,Xandro...cukup sekali ini saja kau mempermainkan aku. Tidak untuk selanjutnya. Kau lihat saja nanti! apa yang bisa aku perbuat!!' Batin Gresya. Amarahnya membara.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status