Keesokan Harinya Di Rumah Caramel
Tadi malam, benar-benar menjadi malam yang cukup melelahkan untuk Yuan dan Caramel. Meskipun tidak melakukan aktivitas berat, tetapi dengan posisi tidur yang kurang leluasa membuat semua anggota tubuhnya terasa sakit. Selain ukuran ranjang Caramel yang cukup kecil, bertambahnya tumpukan guling semakin memakan tempat, hal itu membuat Yuan beberapa kali jatuh ke lantai. Karena merasa kesal, akhirnya Yuan membuang semua tumpukan guling itu dan ia bisa tidur dengan sedikit lega.
Saat kedua insan itu terbangun bersama-sama, sebuah teriakan keduanya sangat nyaring dan membuat Caramel seketika menghindar hingga tubuhnya terpental.
“Mas? Mas, kok tidur peluk-peluk aku?”
“Mana aku tau!” bantah Yuan.
“Tumpukan guling yang ditengah sini di mana?”
“Aku buang! Habisnya sempit sekali. Aku tidak bisa bergerak sama sekali. Lihat! Badanku jadi sakit semua. Man
Rumah CaramelSetelah kejadian pagi yang cukup membuat tidak nyaman, Caramel segera melupakannya dengan cara memasak. Ia memasak untuk sarapan Yuan dan juga dirinya.“Mau aku bantu?” tawar Yuan.“Tidak usah, Mas. Aku bisa kerjakan sendiri. Lebih baik Mas duduk aja di sana. Mas mau aku buatkan apa? Kopi atau teh?” Caramel menawari Yuan sembari mencuci ayam yang telah ia potong-potong.“Em … aku mau susu!” jawab Yuan dengan sedikit mendekatkan bibirnya di telinga Caramel.Caramel yang mendapat bisikan seperti itu seketika bulu kuduknya meremang. Suara Yuan terdengar sangat sexy menurut Caramel.“Tapi susunya enggak ada, Mas. Aku belum sempat beli. Nanti aku balikan di warung,” jawab Caramel dengan sedikit menghindar.Yuan semakin senang melihat Caramel yang terjerat dalam godaannya. Ia sendiri bingung, mengapa bisa seagresif itu saat
Setelah Yuan berangkat kerja, Caramel kembali masuk ke dalam rumahnya. Ia sarapan sejenak lalu setelah itu membersihkan rumah. Caramel melakukan aktivitas menyapu, mengepel, mencuci baju seperti kebiasaannya dulu.Setelah menyelesaikan semuanya, Caramel merebahkan tubuhnya untuk isitirahat. Karena merasa lelah, Caramel tertidur dengan sangat mudah.***Sore hari pukul 4 soreBekerja seharian dengan menghadap layar laptop, ditambah dengan klien yang sedikit rewel membuat Yuan merasakan penat dalam tubuhnya. Tidak hanya capek badan tapi juga capek pikiran.Menghadapi klien yang kadang tidak sejalan dengan pemikiran itu membuat Yuan kerja keras untuk kembali menjelaskan dan menemukan titik terang. Tetapi, dengan kemampuannya, Yuan selalu mampu membuat klien itu mengerti hingga mengajukan kerja sama. Perusahaan yang Yuan pimpin bergerak pada lini teknologi informasi, alat berat, otomotif, dan lain sebagainya.Karena s
Kediaman Alexander pukul 10 malamYuan dan Caramel telah sampai kembali di rumah besar yang menurut Caramel jauh dari kesan bahagia. Tempat di mana Caramel merasa asing dan kesepian. Yuan menggandeng tangan Caramel memasuki rumah yang terlihat sudah sepi, mungkin sang penghuni rumah telah bersarang di kamarnya masing-masing.Saat di tangga hendak naik ke atas menuju kamar, Yuan disapa oleh Bi Tyas, pembantu yang masih berjaga.“Selamat malam, Tuan, Nona? Senang rasanya Nona bisa kembali ke rumah ini,” ujar Bi Tyas dengan menundukkan pandangannya.“Iya, Bi. Terimakasih sudah menyambut kami dengan baik,” balas Caramel.“Sudah menjadi kewajiban saya, Nona. Apalagi Nona orangnya sangat baik, tentu kami juga sudah pasti menyambut baik.”“Iya, Bi. Kalau begitu, kami ke atas dulu, ya?” izin Caramel.“Silakan, Nona, Tuan. Oiya, tadi Den Dirga kemari Tuan, be
Kediaman Alexander Di Pagi HariAkibat ulah Yuan, kini Caramel masih terbaring lemah di kasurnya. Yuan membuka jendela kamar, yang tidak ia sengaja justru malah membangunkan Caramel dari tidur lelapnya.“By ... jam berapa ini?” tanya Caramel dengan menutupi matanya karena silau akibat cahaya matahari yang masuk lewat celah jendelanya.“Eh, maaf Sweety, aku membangunkanmu,” ucap Yuan yang telah memakai kolor dengan mendekati Caramel dan berbaring lagi disebelah Caramel.“Ini jam berapa, By? Aku kesiangan. Aku belum menyiapkan sarapan untuk kamu,” seru Caramel dengan bergegas untuk bangun.“Stop! Biar Bi Tyas yang menyiapkan semuanya, Sweety. Kamu cukup melayaniku di kamar ini.”“Apaan sih, By? Jika aku ingin menjadi istri idaman, maka aku harus jago di dapur juga. Tidak melulu urusan ranjang. Bentar By, aku mau mandi dulu.” Caramel hendak berdiri, tetapi
DapurCaramel masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. Ia menemui Bi Tyas yang sedang memasak.“Hai, Bi?” sapa Caramel pada Bi Tyas dengan mendekati lalu duduk bersimpuh di hadapannya.Bi Tyas sedang mengupas kentang dengan duduk berselonjor di lantai.“Eh, Non Caramel. Jangan duduk di bawah, Non. Nanti kotor!” cegah Bi Tyas.“Enggak apa-apa, Bi. Memangnya aku siapa, sih, Bi? Sampai-sampai tidak boleh kotor?” tanya Caramel lagi.“Nona 'kan istri Tuan muda Yuan, tentu saja saya sangat menghormati Nona,” jawab Bi Tyas merasa kikuk.“Aku sama seperti kalian, Bi. Aku juga gadis biasa yang hanya saja beruntung bisa menikah dengan Mas Yuan. Kisah cinta kami cukup rumit, Bi. Yang bisa aku lakukan sekarang, hanya mensyukuri apa yang kini sudah ditetapkan menjadi milikku.” Caramel menjawab dengan tatapan sedih karena mengingat kembali almarhumah ibunya.&
Kejutan ManisWaktu bergulir begitu cepat, seperti keinginan Yuan yang ingin segera sampai di rumah untuk bertemu dengan pujaan hatinya.Yuan mengambil jas yang ia sampirkan di kursinya. Ia berjalan dengan wajah yang berbinar. Aura kebahagiaan terpancar jelas dari wajah tampannya.Saat Yuan hendak keluar dari ruangannya, tiba-tiba saja Dirga masuk dengan membawa beberapa dokumen di tangannya.“Maaf, Tuan. Sepertinya Tuan harus lembur malam ini. Karena banyak sekali pekerjaan yang harus kita selesaikan. Dan besok, pagi sekali, klien kita dari Malaysia akan datang kemari, Tuan. Tidak enak jika kita belum menyiapkan dokumennya,” terang Dirga.“Kenapa kamu baru bilang sekarang?” bentak Yuan. Yuan merasa cukup geram.“Maafkan saya, Tuan. Asisten Tuan Zayn baru mengabari saya setengah jam yang lalu. Ini memang cukup mendadak, Tuan.”Yuan tampak kesal. Sebelumnya ia suda
Beberapa Hari KemudianCaramel tengah membaca sebuah majalah di halaman samping rumah suaminya yang berhadapan langsung dengan kolam renang.Ia sedang menikmati masa santainya setelah Yuan pergi bekerja dan telah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Caramel sendirilah yang membereskan kamarnya sendiri, termasuk mencuci baju Yuan dan bajunya sendiri. Caramel terbiasa mandiri, sehingga sangat sulit untuk tidak diperbolehkan meski Yuan yang melarangnya.“Hai, Kak Caramel … lagi ngapain?” tanya Jennifer yang baru saja datang dan ikut bergabung dengan Caramel.“Hai, Jen ... lagi santai aja. Tumben? Ada apa?” Caramel balik bertanya.“Em ... Jenni boleh minta tolong sama Kak Caramel, enggak?”“Minta tolong? Minta tolong apa?” jawab Caramel masih membaca majalah dan sesekali menatap Jennifer.“Jadi, gini ... minggu depan aku ada acara camping yang di adakan oleh kampus, Kak. Tolong Kakak bilang ke Kak Yuan untuk mengizink
Pukul 8 Malam HariYuan baru saja pulang dari lembur, dan Caramel menyambutnya dengan sangat lembut. Ia mencium tangan suami dan membawakan tas kerjanya manuju kamar. Selain itu, Caramel juga menyiapkan air hangat untuk mandi oleh Yuan.“Mandi dulu, By ... aku sudah siapkan air hangatnya,” ucap Caramel.“Terimakasih, Sayang,”jawab Yuan seraya berlalu menuju kamar mandi.Sementara itu, Caramel turun ke lantai bawah untuk menyiapkan makan malam untuk suaminya. Ia menghangati masakannya sebentar agar tidak terlalu dingin. Kemudian ia kembali ia atas untuk memanggil suaminya.Setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian dengan baju santai, Yuan menyisir rambutnya yang masih sedikit basah.“By ... makan dulu, yuk? Aku sudah siapkan di ruang makan,” kata Caramel.“Oh iya, Sayang ...” sahut Yuan.Yuan mengikuti langkah kaki istrinya yan