Kediaman Alexander
Sesampainya Yuan dan Caramel di Indonesia, mereka langsung menuju tempat di mana bayinya dimakamkan. Yaitu di taman milik Damitri yang terletak di belakang rumah utama di bawah pohon mangga. Sebuah taman yang membuat Caramel harus terusir secara paksa karena sudah lancang memasukinya.Setelah sekian lama tak berkunjung ke kediaman mertuanya, banyak sekali kenangan pahit yang tersisa di rumah itu. Caramel menapakkan kakinya di rumah yang hampir 5 bulan tak didatanginya. Yuan tidak memperbolehkan Caramel ke rumah Damitri karena ia tidak ingin Caramel mengalami hal yang tidak diinginkan. Ia memilih untuk mengamankan Caramel daripada harus kecolongan, meski pada akhirnya terjadi juga. Tapi setidaknya, sebelumnya ia telah mengantisipasinya.
Tetesan air bening Caramel yang keluar dari sudut matanya, tak mampu ia tahan saat telah sampai di depan makam bayinya.
Tangannya mengulur menyentuh sebuah batu yang menandai bahwa di si
Kediaman AlexanderBeberapa Minggu KemudianTerbebasnya Damitri dari penjara, kini keharmonisan di kediaman Alexander kembali terjaga. Yuan dan Caramel kembali ke rumah utama, berikut dengan Susan dan Bi Tyas yang selama ini menemaninya selama di Apartemen.Damitri kini berubah menjadi ibu rumah tangga yang mengayomi seluruh keluarganya. Ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mengurus anak-anaknya. Seperti waktu dulu saat Alexander masih hidup. Ia akan mengurus kedua perawannya, terlebih Selina yang kini cukup sulit untuk diarahkan.Kedekatan Caramel dan Damitri juga terjalin dengan baik. Sesuai keinginan Yuan, mereka berdua bisa akur dan akrab seperti yang diharapkan. Betapa senangnya Yuan melihat ibu dan istrinya kini bisa sejalan, sepemikiran, dan saling berdekatan.Suasana senja yang begitu menenangkan, keluarga Alexander direpotkan dengan acara barbeque an yang akan diadakan nanti malam. Sederhana, tetapi ba
Pagi Hari di SurabayaDengan beberapa lembar uang yang ia punya, Caramel memutuskan untuk mengasingkan diri ke Surabaya. Ia berniat untuk membuka lembaran baru hidupnya di kota ini. Ia siap menyongsong dan menata kembali hidupnya tanpa kehadiran Yuan.Betapa menyedihkan hidupnya, tidak ada sanak saudara, hanya kesendirian yang mampu menemaninya di kala sepi.Hiruk pikuk kota Surabaya, dengan suara klakson saling bersahutan semakin membuat hati Caramel tidak karuan.Entah apa yang memotivasi Caramel, hingga ia memilih kota Surabaya sebagai tempat menenangkan dirinya.Caramel tiba di Surabaya jam setengah tujuh pagi. Bertepatan dengan orang-orang berangkat kerja, sehingga jalanan sangat ramai karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.Saat Caramel tiba di terminal Surabaya, ia melangkahkan kakinya tanpa arah tujuan. Bagaikan gelandangan yang berjalan ke sana kemari mencari tempat untuk berteduh. U
Yuan AlexanderKepergian Caramel dari hidup Yuan, sungguh membuat hidupnya hancur berantakan. Tidak ada lagi sosok yang bisa membuatnya semangat, tertawa bahkan untuk sekadar senyum saja terasa sangat sulit.Yuan masih bersimpuh di depan pintu dengan air mata yang terus mengalir. Ia segera bergegas untuk mengejar Caramel.“Yuan … sebenarnya ada apa dengan kalian? Kenapa bisa separah ini, sampai-sampai Caramel pergi dari rumah ini?” cegah Damitri saat melihat Yuan turun dengan langkah tergesa.“Yuan harus mengejar Caramel, Mah. Ini memang salah Yuan. Murni kesalahan Yuan,” jawab Yuan dengan tampilan yang berantakan.“Kamu tenang dulu, ceritakan semuanya sama Mama. Mama akan membujuk Caramel agar dia mau kembali ke rumah ini. Dia gadis yang sangat baik, Yuan. Mama yakin pasti dia akan mau kembali sama kamu,” ujar Damitri menenangkan putranya.Yuan mengabaikan ucapan ibuny
Keesokan HarinyaBerkat berita yang disampaikan pria suruhan Yuan, Damitri ditemani oleh Dirga menuju ke tempat lokasi yang sudah dikirimkan oleh pesuruhnya.Ada perasaan sedih dan senang memenuhi ruang pikirnya. Ia akan meminta Caramel kembali pada putranya, meski harus menyembah kaki Caramel sekali pun Damitri rela. Yang penting ia bisa melihat putranya kembali ceria dan mempunyai semangat hidup untuk kembali berjuang.Perusahaan cukup keteteran saat Yuan tak berkecimpung di dalamnya. Meski kemampuan Dirga sudah cukup mumpuni, tetapi perusahaan yang Yuan jalankan bukanlah perusahaan main-main. Ruang lingkupnya bukan hanya meliputi nasional, melainkan sudah internasional. Tentu hal itu membutuhkan sosok pemimpin yang harus total bekerja di dalamnya. Sedangkan saat tidak ada Yuan, perusahaan bagaikan pincang karena kehilangan salah satu penggeraknya.Damitri dan Dirga telah sampai di depan sebuah Toko yang cukup besar dan menjual berbaga