Share

Kaget

Alf masih berusaha menstarter motor tuanya dengan susah payah. Peluh mulai bercucuran dari keningnya. Kacamatanya juga mulai buram. Dan sudah 10 menit Willy bertopang dagu, menunggu tebengan di motor Alf yang kebetulan satu kosan.

Motor itu memang sering macet tanpa aba-aba terlebih dahulu, jangan diragukan lagi. Namanya juga motor tua.

Alf dan Willy sudah banyak makan asam garam dengan motor legend ini, baik suka maupun duka. Tapi, tetap saja, karena sukanya dilalui bareng Willy, bukan sama cewek, jadi sebuah duka bagi Alf.

Pengalaman paling terukir jelas dalam benak mereka berdua, saat mereka dalam perjalanan ke Laboratorium Sisilia, untuk interview kerja.

Bayangkan saja, saat mereka keluar dari gerbang kos, mentari masih bersinar begitu terik sampai tidak terbersit bakal mendung apalagi turun hujan. Tapi, nahasnya, hanya jarak 100 meter dari laboratorium, alam berulah begitu juga si Astrea. Hujan dan mogok menyambut mereka berdua. Seolah alam tidak merestui mereka untuk ikut interview.

Tampilan necis mereka berdua hasil dari tutorial salah satu youtuber, hanyut tertimpa air hujan. Tidak ada sisa-sisa kegantengan di wajah mereka, yang memang dari sananya tidak ganteng-ganteng amat.

Bak Cinderella yang bingung sepersekian detik, harus mengambil sepatu kaca atau pulang, Alf juga diterpa kebingungan sesaat. Meninggalkan motornya sendirian di bengkel samping laboratorium, dan ikut interview. Atau dorong motor ke laboratorium dan ikut interview. Atau paling buruk menunggu motornya diperbaiki di bengkel dan tidak ikut interview. Mengingat Alf tipe yang sangat mencintai benda-benda miliknya. Ia tidak rela jika harus meninggalkan motor itu sendirian di bengkel, tanpa pengawasannya.

Kalau harus merelakan interview, di usia Alf yang sudah menginjak 28 tahun, dan tanpa pengalaman, sangat sulit mencari pekerjaan di tempat lain. Interview seperti ini tidak akan datang dua kali.

Akhirnya, karena kepalang hanya beberapa meter dari tempat tujuan, mereka nekat mendorong motor, menembus lebatnya hujan, dan mengikuti interview dalam keadaan basah-basah kayak lirik lagunya tante Elvy Sukaesih, Mandi Madu.

Namun, Tuhan benar-benar mengasihani keduanya. Mereka berdua diterima sebagai laboran. Jerih lelah dan kenekatan mereka membuahkan hasil. Hujan dan mogoknya motor yang sebelum itu dianggap kesialan, malah disyukuri sebagai berkat.

Semenjak itu, Alf selalu menanamkan dalam pikiran, bahwa mogoknya si kuda besi bisa jadi menandakan akan datang berkat dalam hidupnya. Begitu juga yang dialami Alf saat ini. Mungkin saja.

Bunyi mesin motor mengagetkan Willy yang sudah terkantuk-kantuk daritadi. Willy berjalan mendekati Alf dan cinta pertamanya, si Astrea.

"Lo gak niat mau ganti motor, gitu?" ujar Willy dengan mata yang sedang menahan kantuk. Ia segera duduk di jok motor.

"Oh, pasti! Kalau yang nebeng juga tau diri mau nyumbangin!" sarkas Alf dan mulai menarik gas pelan.

Willy hanya manyun di balik punggung Alf. Ia sudah terlalu mengantuk untuk membalas ujaran Alf, yang jika didengar dalam keadaan segar bugar, bakal dianggap ujaran kebencian, yang akan menimbulkan pertengkaran bocah lagi.

Motor Alf melaju perlahan keluar dari gerbang laboratorium, bersamaan dengan masuknya sebuah sedan BMW keluaran tahun 2000, yang dipoles ulang dengan warna lilac. Alf sempat melirik sekilas, karena warna mobil itu yang cukup menarik perhatian.

Mobil itu melaju pelan hingga memasuki parkiran mobil di bagian depan laboratorium. Sesaat kemudian, si pengemudi turun. Tampak jelas sosok si wanita lilac yang melangkah dengan anggun menuju ke si resepsionis, yang terlihat sedang bersiap-siap untuk pulang.

Ia mengucapkan sebuah nama, dan resepsionis yang sempat melongo menatapnya, langsung tersadar dan mempersilahkan wanita itu ke ruangan di lantai dua.

Wanita itu mengucapkan terima kasih dengan ramah, sambil tersenyum, membuat si resepsionis bernama Jessy itu terperangah bak habis dihipnotis.

🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹

Wanita itu mengetuk pelan pintu kayu jati yang terbuka lebar di hadapannya. Ibu Nover yang sedang sibuk dengan berkas-berkas di atas meja, langsung berbalik dan tersenyum menatap si wanita lilac. Gurat-gurat pening yang tadi menghiasi kening, hilang seketika.

Ibu Nover bangkit dari duduknya dan menyambut si wanita lilac dengan pelukan hangat, yang dibalas si lilac.

"Aduhh, udah lama banget. Akhirnya ketemu juga," sapa ibu Nover sambil melepaskan pelukan.

"Kamu makin sukses aja, ya. Udah jadi bos!" puji wanita lilac itu sambil mengedarkan pandangan ke ruang kerja di hadapannya.

Ibu Nover tersenyum jengah. "Kamu tuh yang sukses. Udah jadi dosen! Masa depan kamu cerah, tuh!"

"Ah, sama aja!" sahut si wanita merendah.

Ibu Nover (atau kita sebut Nover saja) segera menggandeng tangan wanita itu, dan mengajaknya duduk di sofa yang bersandar rapi di sisi kanan meja kerja.

"Aku ambil minum dulu, ya, di pantri," ujar Nover hendak melangkah.

Wanita itu menggelengkan kepala cepat, menahan langkah Nover. "Gak usah. Aku minum ini aja," jawabnya sambil menunjukkan sebuah botol tupperware lilac.

Nover tertawa. Tawa yang jarang atau tidak pernah dilihat Alf, Willy, maupun karyawan di laboratorium itu. Senyum saja jarang, apalagi tertawa. 

"Aku baru nyadar, kalau kamu daritadi serba lilac!" Nover mengambil tempat di samping wanita itu, sambil bersandar ke sofa dan menyilangkan kakinya.

"Warna kesukaan dari dulu," jawab wanita itu sambil menaikkan sebelah alis. "Btw, kamu lagi ngerjain apa, sih? Udah selesai?"

"Eh, iya! Udah selesai, kok!" sahut Nover dan kembali beranjak ke meja kerjanya untuk merapikan berkas-berkas yang berhamburan.

Wanita itu hanya terdiam sambil mengamati seisi ruangan, lagi.

"Gimana pengalaman ngajar di kampus? Udah ketemu jodoh atau belum?" tanya Nover sambil memasukkan lembaran kertas ke dalam map plastik cokelat.

Wanita itu meneguk minumannya. "Mahasiswa yang aku ajar baik-baik, sih..." Ia mengambil jeda sesaat.

"Lalu?" Nover menaikkan sebelah alisnya, menatap wanita itu.

Tawa renyah keluar dari bibir wanita itu. Ia menyibak sebagian rambut keritingnya yang jatuh ke depan.

"Gak ada yang lebih," ujarnya sambil mengedikkan bahu. Ia memasukkan botol minumnya ke dalam tas tangan yang lumayan besar.

Nover memberikan tatapan tak percaya. Bagaimana tidak? Wanita di hadapannya ini terlihat hampir sempurna, karena memang tak ada yang sempurna. Wanita ini lebih cocok jadi Idol Korea atau model bahkan mungkin artis.

"Gimana sama diri kamu sendiri?" Wanita itu balik bertanya pada Nover, yang di usianya sudah menginjak angka 30, tapi masih belum menggandeng pria manapun.

Nover terkekeh, "Belum nemu yang cocok!"

"Nah, tuh kan! Sama aja kayak aku!" cibir wanita itu.

"Udah, ah! Ngapain bahas beginian. Mending capcus kemana, kek!" Nover melangkah ke rak plastik di dekat sofa, dan meraih ransel yang bertengger rapi di atas rak.

"Ya elah! Padahal dia yang mulai duluan," sahut wanita itu sambil bangkit berdiri.

Kedua wanita itu beriringan keluar dari ruangan yang pernah menjadi saksi 'pembantaian' Alf dan Willy. Setelah memastikan ruangan telah terkunci dengan baik, mereka melangkah santai ke parkiran mobil. Kebetulan, wanita ini sudah janji bakal mengantarkan Nover, sehingga pagi tadi Nover memilih diantar oleh ojek online.

"Wah, gila! Masih pakek mobil ini!" seru Nover saat melihat mobil wanita lilac terparkir rapi di parkiran lab.

"Pecinta old," sahut wanita itu.

Nover melangkahkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia mengamati isi dalam mobil yang terlihat masih sama dengan waktu kuliah dulu. Si wanita lilac, yang merupakan teman kuliahnya, selalu membawa sedan ini ke kampus. Dan Nover selalu setia nebeng di kursi samping pengemudi.

"Gak ada yang berubah, ya," ujar Nover kagum. Matanya berbinar-binar, mengingat kenangan masa kuliah.

Si wanita lilac hanya terdiam sambil menyalakan mesin mobil.

Nover mengernyit sesaat. "Eh, aku jadi ingat sesuatu, deh!" ujarnya dengan pandangan lurus.

"Ingat apaan?" tanya si wanita lilac yang masih konsentrasi mengemudikan mobilnya.

"Di lab, ada satu cowok yang suka banget mengendarai motor bututnya," jawab Nover.

"Terus? Mau kamu jodohin sama aku, gitu? Karena kita sama-sama suka benda-benda old?" Wanita itu tersenyum miring.

"Gak, lah!" seru Nover cepat. "Aku gak rela kamu sama cowok kayak begitu! Cuma buat pusing kepala aja!" Nover menggelengkan kepala mengingat si pembuat onar yang dimaksud.

Wanita itu hanya tersenyum dalam diam. Ia ingat betul bahwa Nover adalah tipikal yang selektif dalam mencari pasangan, atau sekedar teman untuk dikenalkan.

"Bayangin, deh! Hari ini aja, aku udah dibuat kesel sama dia dan temennya! Tingkah mereka tuh kayak bocah banget! Nyebelin dah!" cerocos Nover panjang lebar. "Gak ada sehari aja mereka diem! Pasti ada aja ulah mereka!" Nover memijit pelipisnya sambil menggelengkan kepala pelan.

"Justru yang kayak begitu yang buat lab jadi rame, gak ngebosenin," jawab wanita itu sambil melirik sebentar ke arah penumpang di sebelahnya.

Mobil mereka masih melaju dengan pelan menuju ke sebuah cafe, tempat nongkrong mereka dari masa kuliah.

"Aduh! Kamu belum kenal aja sama mereka berdua. Mereka ini biang kerok!" Nover mengepalkan tangan kanan dan memukul pelan ke telapak kirinya.

"Wah! Berarti mereka spesial dong di mata kamu, sampe kamu terbayang terus sama tingkah mereka," goda wanita lilac dengan kikikan pelan.

"KAGAK! Yang ada kesel! Apalagi yang namanya Jacob Alfred! Itu orang..."

CKIITTT!

Wanita itu mengerem mendadak, yang untungnya tidak menabrak apapun, karena jalanan tidak terlalu ramai. Nover dan wanita lilac itu kaget berjamaah. Mulut mereka menganga. Nover meletakkan tangan kanan di dada, memastikan kalau denyut jantungnya masih ada. Wanita lilac di sebelahnya menatap lurus ke depan dengan mulut terbuka lebar. Tapi tetap saja terlihat cantik.

"Haduhhh, kamu kenapa, sih?!" pekik Nover panik. Si wanita lilac berbalik menatapnya dengan mimik serupa.

"Tadi... Kamu... ngomong apa?" tanya wanita itu terbata-bata.

Nover mengernyit. "Kamu kenapa, sih?"

"Bukan! Sebelumnya!"

Nover semakin bingung. Wanita itu mengusap wajahnya.

"Maksud aku nama si pembuat onar yang kamu sebut tadi... Siapa namanya?" Wajah wanita itu penuh penantian.

"Ohh... Si Alf? Jacob Alfred?" jawab Nover enteng.

Mulut dan mata wanita lilac itu membulat sempurna, membuat Nover menatapnya heran.

"Ya ampun... Dunia emang selebar ijuk," gumam wanita itu sambil menepuk jidat.

💜💜💜💜💜

 

corn leaf

Kira-kira kenapa, ya, si wanita lilac menepuk jidatnya? Apakah ia mengenal si pembuat onar, Alf? Yuk, pantengin terus ceritanya. Jangan lupa rating dan review, sehingga bisa jadi masukkan untuk tulisanku. Terima kasih.

| Sukai
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Corn Leaf
Siappp, kakak 😂
goodnovel comment avatar
ayyona
kalah legend nih bmw ma astrea 😂😂
goodnovel comment avatar
ayyona
aku nyanyi nih...basah basah...💃💃💃
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status