Share

Emak Alf

Alf baru saja selesai mandi, saat handphone androidnya yang terbalut casing Naruto, berdering di atas nakas. Buru-buru ia meraih handphone itu, dan mendapati nama My Mom tertera di layar. Ujung bibir Alf terangkat, membentuk senyuman bahagia. Dengan hati riang gembira macam anak kecil diajak nonton karnaval, Alf langsung menggeser logo telepon berwarna hijau.

"My mooommmmmm!" seru Alf sambil menghempaskan tubuh ke atas kasur berseprei mawar merah pemberian emak, yang diwanti-wanti harus digunakan, biar tidak perlu beli baru lagi. 

Emaknya Alf, yang dipanggil mom sama Alf, memang punya segudang seprei bunga-bungaan di rumah. Baik hasil berburu diskon di mall, ngutang di Mbak pedagang seprei keliling, atau hadiah ulang tahun dari adiknya, Tante Ismi, yang punya online shop jualan seprei. Ampun, dah!

Hal ini yang selalu menjadi tanda tanya di benak Alf, mengapa emaknya suka mengoleksi seprei dengan motif bunga besar dan warna menyala. Apakah emak memang punya hobi yang langka dari emak-emak lainnya? Di samping itu, hobi emak adalah dengan senang hati mewariskan seprei-seprei itu pada anak-anaknya, Alf dan si kakak perempuan satu-satunya—Nolla, yang dengan berat hati menerima pemberian itu, karena ancaman bakal—dicoret—dari—KK—kalau—tidak—terima.

"Apa kabar anakku? Kamu lagi ngapain, anakku yang gantengnya melebihi Nicholas Saputra?!" Suara emak Alf menggelegar di seberang sana. Suaranya terdengar bahagia juga.

Alf serasa melambung ke langit ke tujuh karena dibilang mirip Nicholas Saputra. Mungkin maksud emak, bagian telapak kakinya Bang Nicho kali ya.

"Kabar aku baik, Mom! Aku baru abis mandi dan ngecas hp, Mom!"

"Hah?! Kamu mandi pake alat cas!" Emak sudah histeris di seberang sana.

Alf menggelengkan kepala, seolah emak dapat melihat hal itu.

"Bukan, mom... Btw, mom sama papi apa kabarnya?" Alf mengalihkan topik mandi pakai alat cas.

"Mommy papi palamu! Jangan sok englis kalau masih sarapan pake nasi goreng!" Emak menimpali.

Alf terkikik, "Sekali-sekali kan, Mom..."

"Kamu tuh berkali-kali, bukan sekali!"

Alf berimajinasi sejenak. Seolah emak ada di hadapannya dengan bibir yang komat-kamit menceramahi, kayak Eminem lagi ngerap. Alf tersenyum miris penuh kerinduan, karena nyatanya sudah 2 tahun ia belum pulang kampung menemui orang tuanya. Emak menyuruh Alf untuk fokus kerja dulu, menyiapkan tabungan, baru boleh kembali ke kampung bawa oleh-oleh sesosok perempuan. Halah?!

"Kamu masih hidup kan?" pekik emak menyadarkan Alf.

"Yah, masihlah, Mak! Ngarep banget, ya aku udah tewas?" Alf mengerucutkan bibir, yang pastinya hanya bisa dilihat tembok kamar.

"Nah gitu, dong! Panggil emak lebih nyaman," sahut emaknya, berhasil menghilangkan kerucut di bibir Alf. "Kamu udah makan atau belum? Jangan telat makannya. Emak gak mau kamu sakit!" ceramah emak sudah dimulai.

Alf hanya terdiam menikmati suara emak yang tidak berubah, bahkan cerewetnya, perhatiannya, semuanya.

"Pesan emak, jaga diri baik-baik di sana. Terus..." Kalimat emak terputus, membuat Alf bergidik. Bau-baunya, bakal masuk ke topik paling dihindari Alf.

"...kalau udah punya calon istri, kenalin ke emak dan bapaklah... Kita udah lama menunggu ini!"

That's it! Pembicaraan yang paling dihindari Alf, karena hingga saat ini tidak terbersit sedikitpun tentang yang namanya mencari pasangan hidup a.k.a istri. Sekedar pacar saja, tidak. Alf hanya terdiam sambil menggaruk pelipisnya.

"Halo! Alf!" Teriakan emak serasa bakal melompat mendapati Alf.

"Eh, iya, mak..." sahut Alf sekedarnya.

"Jadi, gimana? Udah ada calon bini belum?" Emak yang super kepo kembali menuntut jawaban.

'Ya elah! Itu lagi! Itu lagi!' Alf menggerutu dalam hati.

"Eh, mak... Bapak dimana? Alf pengen ngomong sama bapak."

Alf berusaha mengalihkan topik, tapi namanya juga emak, yang katanya sudah makan asam garam kehidupan. Emak sudah mengenal taktik pengalihan isu Alf.

"Gak usah pura-pura nanyain bapak! Kamu tau kan jam segini bapak lagi nonton berita! Gak bisa diganggu!" Emak mulai sewot.

Alf melirik jam dinding Spongebob-nya, pukul 18.00. Apes! Siap-siap bakalan diceramahi emak sampai baterai handphone habis. Alf harus mencari segudang alasan biar bisa menyelesaikan panggilan bersama emak.

"Kamu jangan nyari-nyari alasan buat kabur, ya!"

Eh buset! Dua tahun tidak bertemu, kayaknya emak sudah belajar ilmu membaca niat buruk. Padahal sedang tidak video call, karena handphone emak memang handphone keluaran lama yang kalau jatuh ke lantai keramik, keramik yang bakal pecah. Emak bisa mengetahui niatan busuk anaknya yang berjarak ratusan kilometer darinya.

"Kagak, mak... Siapa juga yang mau kabur," ujar Alf berusaha tenang, walau hati gelisah.

"Yah... Gini, ya Alf... Kamu itu kan udah 30 tahun..."

Oke! Here we go! Alf hanya bisa pasrah. Ia melirik jam dinding, lalu melirik ke baterai ponsel.

'Sial! Kenapa tadi pakek bilang baru abis ngecas! Gak ada alasan baterai abis lagi kan!' umpat Alf menyesali bibirnya yang selalu nyerocos duluan tanpa mikir.

Ya iyalah Alf. Bibir kan emang fungsinya buat nyerocos, di samping fungsi lain, k**s. Otak yang harus digunakan buat mikir, sebelum ngomong.

Alf sudah terkantuk-kantuk saat emak sibuk menjelaskan panjang lebar perkara usia 30 tahun masih perjaka tua, beralih ke anaknya Bu Rini yang baru 18 tahun udah nikah dan punya baby. Bahkan sampai ke masalah intim, kalau telat nikah dan 'gak disalurkan' bakal kena penyakit.

Alf hanya menguap lebar tanpa suara mendengarkan celotehan emak yang penuh semangat, macam calon dewan lagi memaparkan visi misi. Kalau emak mencalonkan diri jadi anggota dewan, Alf pasti orang pertama yang bakal mengangkat semua jempolnya, jempol tangan sampai jempol kaki.

Alf tidak meragukan lagi kemampuan emak yang bisa ngomong 2 jam tanpa perlu melirik ke kertas contekan. Cukup disodorkan visi misi apa yang mau dicapai tanpa perlu menjelaskan. Selebihnya, emak bakal menambahi bumbu nano-nano untuk bagian penjelasan.

"Kamu denger, gak apa yang emak sampein daritadi?" Emak selalu memastikan jika ceramah panjang—tanpa—bayarannya, sudah tersimpan rapi di memori anak laki-laki semata wayangnya.

"Iya, maaaakkk..." jawab Alf malas.

"Eh! Yang semangat kalau jawab sama orang tua! Kualat kamu kalau jawabnya males gitu!"

Kebiasaan emak, selalu bawa-bawa kualat biar anaknya jadi nurut.

"IYA MAK!" pekik Alf kencang, pakai nada 8 oktaf-falsnya.

"Eh, kamu sama orang tua kok kasar gitu nadanya, Alf!"

'Hellow!' Alf berteriak dalam hati.

"Tadi, kan emak yang..."

"Pokoknya emak gak mau tau! Kamu harus punya calon istri secepatnya! Kalau gak, bakal emak jodohin kamu sama anaknya Bu Mingkem, yang gak pernah mingkem!"

Ancaman emak kali ini membuat Alf menganga. Tak mungkin seorang Alf mau dijodohkan dengan si Mehelina, anak dari Bu Mingkem, yang namanya gak secantik yang punya, gara-gara si dia susah mingkem. Selalu buat Alf pusing kalau berhadapan dengan Mehelina.

Alf mendesah pasrah. Tak mau kualat pada emak, dan jadi Malin Kundang versi moderen.

"Iya, mak... Doain aja biar Alf bisa dapet jodoh di sini," ujar Alf putus asa.

"Emak selalu doain yang terbaik buat anak-anak emak. Gimanapun juga, kalian selalu yang utama," jawab emak buat hati Alf adem seketika.

Alf tersenyum, dan sejenak matanya nyaris berkaca-kaca, sebelum emak menutup pembicaraan dengan mengucapkan kalimat pamungkas, yang sukses membuat keharuan Alf sirna.

"Ingat, pakai seprei yang emak kasi, biar kamu inget emak terus!"

Alf mendengus.

"Emaaakkkk...."

💜💜💜💜💜

corn leaf

Gimana gaes sama episode kali ini? Jangan lupa vote dan komen, ya... Vote dan komen kalian buat aku lebih semangat melanjutkan cerita ini. Terima kasih!

| Sukai
Komen (3)
goodnovel comment avatar
ayyona
emak minta mantu 😅
goodnovel comment avatar
KolongLangit
Menarik sekali , kedekatan ortu anak digambarkan secara baik. Bukti bahwa Alf dibesarkan dengan cinta. Dialog juga membaik, semoga dialog 2 sekawan bisa menarik seperti ini.
goodnovel comment avatar
Adrian
Wkwkwkw ngakak emak sama anak sama aja ini mah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status