Share

Si Admin

"Belok kiri!" Willy yang sedang duduk di jok belakang, dengan hp berisi pesan suara Ibu Budi yang menempel di telinganya, memberi arahan pada Alf.

"Abis ini ke mana!" tanya Alf setengah berteriak, tapi belum mendapat jawaban dari Willy, saking riuhnya jalanan dengan kendaraan meskipun sudah pukul 21.00. Ditambah lagi, Willy sedang konsentrasi penuh menyeleksi suara Ibu Budi dan Pak Budi di tengah suara kendaraan yang lalu lalang di sekitar mereka.

Alf melepaskan tangan kirinya dari setang motor dan menepuk-nepuk kaki Willy, membuat Willy tersadar.

"Apaan!" Willy memajukan kepalanya ke pundak kiri Alf.

"Abis ini ke mana!" teriak Alf sambil menoleh sedikit ke arah Willy.

"Katanya lurus aja sampai dapet kompleks perumahan!" jawab Willy yang disambut anggukan Alf.

Motor tetap melaju dengan stabil di kecepatan 20 km/jam. Maklumlah, Alf ini sejenis pria langka. Saat sedang membonceng seseorang di jok belakang, entah itu Willy atau Ibu Budi-meskipun mustahil Ibu Budi mau naik motornya, Alf akan mengendarai motor dengan kecepatan stabil di 20 km/jam. Karena bagi Alf, nyawa seseorang di belakangnya sangatlah penting, bukan hanya nyawanya saja. Hal itu sudah terpatri dalam benak Alf.

Setelah beberapa menit atau mungkin setengah jam perjalanan, mereka mulai melihat area kompleks perumahan elit yang dimaksud. Area yang kata Alf, 'surga' dimana orang-orang yang tinggal di area itu terlindung dari kejamnya dunia luar.

Area yang air dan listrik tidak pernah putus atau padam. Area yang punya keamanan sendiri, taman sendiri, minimarket sendiri, bahkan kolam renang sendiri. Dan Alf berharap suatu saat bisa menetap di area itu. Hingga Willy menyadarkannya dengan gaji UMP mereka, serta cicilan rumah di area 'surganya Alf' yang bisa bikin sesak napas bagi kaum missqueen seperti mereka, dan bakal ke surga benaran. Kejamnya realita!

Alf memarkir motor di pembatas jalan, di depan gerbang perumahan dengan plang 'SELAMAT DATANG DI PERUMAHAN DREAMLAND'. Alf melongo dari balik gerbang, tampak jalanan kompleks yang terang benderang dengan cahaya lampu jalan. Bukan seperti jalan raya yang mereka lewati, kadang ada lampu jalan yang tidak menyala dan tetap dibiarkan. Alf dan Willy berdecak kagum.

"Kayak dunia lain dalam arti positif," gumam Alf mengagumi.

Penampakan dekorasi di kompleks perumahan itu seperti rumah milik Kevin dalam film Home Alone, yang setia menghampiri layar kaca di bulan Desember. Penuh hiasan lampu kelap-kelip di tiap halaman rumah. Entah di pepohonan, atau teras rumah.

"Waowww... " Willy kehabisan kata-kata, apalagi Alf. Mereka hanya melongo dengan tangan menggenggam jeruji gerbang yang sedang tertutup. Mirip napi yang lagi ngarep pengen dibebaskan. 

Sekuriti kompleks yang melihat gelagat aneh kedua lelaki itu dari kamera pengawas di dalam pos, segera menghampiri mereka sambil membawa pentungan. Tidak lupa ia mengajak temannya yang sedang nongkrong sambil merokok di sisi lain pos sekuriti. Biar kalau ada perkelahian, tinggal jadikan temannya tumbal.

"Selamat malam!" sapa pak sekuriti tidak ramah, membuat Alf dan Willy yang sedang halu punya rumah di kompleks itu, sadar dari kehaluannya.

"Ma... Malam, pak," jawab Alf sambil meringis.

"Ada apa, ya, Anda berdua berdiri di depan gerbang dengan tatapan seperti mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin tercapai?!" lanjut si sekuriti kayak lagi baca puisi.

Alf dan Willy berpandangan sesaat.

"Ehm, gini, Pak... Kami mau nyari rumahnya... Ibu Princess," jawab Alf dengan lembut dan sopan, sambil memamerkan gigi bergingsulnya, yang menurut Alf mirip Chelsea Olivia versi lelaki. Tapi, menurut Willy, itu hanya gigi yang diasingkan oleh saudara-saudara sepergigiannya.

Oke, fine! Tinggalkan mereka dengan kehaluannya tentang gingsul.

Kedua sekuriti itu mengernyit beberapa detik, menyebabkan Alf dan Willy ikutan mengernyit. Tiba-tiba, sekuriti yang memegang pentungan, yang usianya diperkirakan sekitar 35 tahunan, menampilkan senyum oh-aku-tau!

Alf dan Willy ikut tersenyum oh-syukurlah! Tapi, senyuman mereka hilang saat si sekuriti menatap mereka dengan penuh kecurigaan, lagi.

"Ada keperluan apa kalian ketemu si Princess!" selidik si sekuriti yang merokok.

Alf dan Willy berpandangan lagi, dengan raut sedikit panik.

"Muka kalian mencurigakan! Kenapa panik!" Sekuriti yang memegang pentungan menepuk-nepuk pentungan ke telapak tangannya.

"Ehm, anu, Pak... Kita mau anterin setoran arisan, Pak," jawab Alf sambil meringis.

Kedua sekuriti itu bertatapan dan mengedarkan pandangan mereka pada Alf serta Willy, dari atas ke bawah, dan balik lagi.

"Kalian ikutan arisan si Princess?" tanya si sekuriti yang merokok, dengan name tag Bryan di sebelah kiri seragamnya.

Alf segera mengibaskan kedua tangannya.

"Bukan, Pak! Ibu kos saya yang ikutan arisan itu! Saya cuma dimintai tolong buat nyerahin setorannya," jawab Alf sambil memperbaiki letak kacamatanya.

"Oh, gitu! Bilang, dong daritadi!" sergah sekuriti yang pegang pentungan-tanpa ada nametag.

Alf dan Willy mencebik.

"Kalian lurus aja dari sini. Abis belok kiri di gang kedua, karena emang cuma ada belokan ke kiri! Nah, rumahnya nomor dua dari belokan! Jadi, dua-dua! Inget! Biar gak salah masuk rumah!" ujar si Bryan.

"Oh, baik, Pak! Terima kasih!" seru Alf ceria kayak anak kecil dikasi duit 500 perak buat beli permen pendekar biru.

"Rumahnya, yang kiri apa kanan, Pak?" Willy menimpali. Alf mengernyit lagi, agak merasa aneh dengan pertanyaan Willy yang padahal masuk akal.

"Wah! Kamu orangnya dekil, ya! Saya suka kamu!" sahut Bryan sambil senyum-senyum.

Willy ikut tersenyum, kecut. "Detail, Pak... Bukan dekil! Btw, Pak, saya masih suka perempuan," jawab Willy kalem bin polos-polos dungu.

Wajah Bryan berubah sangar lagi. Ia melotot pada Willy. Padahal maksudnya suka yang laen. GR banget kamu, Wil!

"Rumahnya sebelah kiri!" ucap si Bryan, yang punya nama bule, tapi tampangnya pak lek. Kagak nyambung, tong!

Setelah memberitahukan arah tujuan kedua lelaki itu, Bryan dan si sekuriti tanpa nametag, segera membalikkan badan, berencana kembali ke pos mereka. Namun, panggilan Alf menghentikan niat mereka.

"Kenapa lagi, sih! Udah dikasi tau juga!" tanya Bryan sambil menaruh kedua tangan di dalam saku celana, meniru gaya Genji KW. Rokoknya kebetulan sudah habis.

Alf cengengesan. "Ini, Pak. Gerbangnya belum dibuka," ujar Alf sambil menunjuk ke gembok gerbang yang besarnya macam buah pepaya. Heh?!

Si Bryan ikutan cengengesan, masih dengan gaya Genji KW. "Sori. Khilaf!"

Alf dan Willy kembali berpandangan sambil sikut-sikutan, dan sesekali kembali tersenyum menatap kedua sekuriti yang sudah membuka gerbang ke 'surga' untuk mereka. Siapa tau bakal ketemu bidadari.

"Terima kasih, Pak!" ujar Alf dan Willy, saat gerbang sudah dibuka. Dan Alf kembali mengendarai motornya, bersama Willy yang sudah duduk manis, tapi gak ada manis-manisnya, di jok belakang.

"Wuihhhh, gila! Keren banget!" Willy mengagumi setiap dekorasi yang terpampang nyata pada masing-masing rumah.

"Kapan gue bisa punya rumah di sini, ya... Biar bisa ajak emak bapak ke sini," Alf menimpali.

"Gak usah halu, bro! Ingat, gaji kita UMP! Bayar kosan aja kadang ngutang! Kadang aja cuma makan obat maag!" Lagi-lagi Willy menampar Alf dengan realita karyawan bergaji UMP. Ditambah utang dan obat maag. Makin pening. Alf hanya menghela napas panjang.

"Kali aja, di antara rumah-rumah ini, ada yang punya anak gadis masih jomblo, gitu." Kehaluan Alf membuat Willy menepuk helmnya. Berharap sahabatnya bisa segera bangun dari mimpinya itu.

"Kalau ada juga, dia gak bakalan ngelirik kita berdua, bro! Kita hanya remahan peyek!" ledek Willy untuk Alf dan dirinya sendiri, karena ada kata 'KITA'. Ingat, bab sebelum-sebelumnya tentang KITA kan?

Tidak sampai 15 menit, keduanya telah tiba di tempat tujuan. Rumah si admin arisan sosialita yang katanya bernama Princess.

Yang menjadi tanda tanya Willy dan Alf, si admin tinggalnya di perumahan elit, tapi kenapa setoran arisan sosialita itu cuma seratus ribu? Dan lagi, kenapa terselip Ibu Budi di dalam arisan sosialita ini? 

Alf dan Willy memasuki pekarangan rumah bergarasi di sisi kanan rumah, dengan taman mini-bukan Indonesia Indah, di sebelah kiri depan rumah. Lampu kelap-kelip bagai bintang di langit, menghiasi pohon-pohon kerdil di pekarangan.

Padahal belum tahun baru, tapi dekorasinya sudah heboh, membangunkan jiwa narsis Alf dan Willy yang ingin ber-wefie atau ber-selfie ria di taman orang. Tapi, mengurungkan niat mereka saat mendapati kamera CCTV bertengger rapi di beberapa sudut rumah.

Setibanya di depan pintu yang bahkan terlihat elegan khas pintu rumah holang kaya, Alf dan Willy tertegun. Rasanya, tangan missqueen mereka enggan mengetuk atau sekedar memencet bel rumah yang berkilau. 

Akhirnya, setelah dirundingkan bersama, mereka mengambil keputusan jika Willy yang akan meneriakkan nama si pemilik rumah aka Princess ini. 

"PERMISI! BU PRINCESS! HALO!" teriak Willy penuh totalitas. 

Belum ada jawaban atau tanda-tanda kehidupan dari dalam rumah. 

"Ulang lagi, bro. Lebih bernada," ujar Alf yang diiyakan oleh Willy.

"SPADAA! MADAM PRINCESS! ENIBADI HUMZ! HELLOWW!" teriak Willy yang malah terdengar seperti banci Thailand.

Dan, berhasil!

Sebuah suara sahutan dari dalam rumah terdengar nyaring, senyaring abang-abang yang selalu meneriakkan 'Sayur! Sayur! Sayur 3 ikat 5000!'

Alf dan Willy dibuat penasaran dengan tampang si Princess ini. Dari suaranya, cempreng dan nyaring, gimana perawakannya? Apakah bakalan seperti Rina Nose? Karena sulit membayangkan perawakan Angelina Jolie dengan suara cempreng.

Pintu dibuka perlahan. Alf dan Willy terperangah. Berusaha menahan bibir mereka agar tidak salah berucap. Bisa-bisa habis dibantai.

Seorang wanita tinggi hampir kira-kira 165 cm, dengan tubuh satu kg di bawah Willy-yang beratnya 90 kg, menyambut mereka dengan senyuman genit.

"Halllyuuu...! Abang-abang inih siapah, yah?" tanyanya manja sambil mengedipkan sebelah mata pada Alf. Entah mengapa suaranya yang tadi terdengar cempreng, tiba-tiba berubah manja bin serak-serak becek.

Alf membuang lirikan tolong-atasi-ini pada Willy, yang disambut kikikan pelan dari Willy, dan tatapan atasi-sendiri-aja-bro!

'Alf, to the point aja lalu pulang!' perintah hati kecil Alf.

"Ja..." Alf belum sempat melanjutkan kata-katanya, saat Princess kembali nyerocos.

"Abang yang dari aplikasi cari jodoh itu, yahh? Yang namanya Bang Pepet Terus Sampai Dapet?" Matanya manja membulat penuh harap, wajahnya semringah. Pertanyaan Princess membuat Alf mengerjapkan mata berulang kali.

'Itu nama apa slogan, sih!' jerit hati kecil Alf.

Princess tampak senyum malu-malu tapi genit, sambil memainkan ujung rambutnya. Pandangannya hanya tertuju pada Alf, sedangkan Willy-makhluk tak kasat mata.

"Eh, bukan! Maaf! Salah orang!" Alf menjawab dengan tegas, biar masalah clear, dan bisa pulang buat main game ular lagi.

Wajah Princess berubah drastis dari malu-malu genit, jadi marah-marah galak. "Mau ngapain kalian ke sini! Gak pernah ada cowok ke sini!" ujar Princess ngegas yang kedengaran seperti curhatan, dengan mata melotot sangar, bergantian pada Alf dan Willy.

"Maaf, mbak... Kita cuma mau anterin duit setorannya Ibu Budi," jawab Alf sambil menyodorkan amplop putih yang di belakangnya ternyata sudah tertulis 'IBU BUDI-SETORAN ARISAN SOSIALITA PRINCESS'.

Princess meraih amplop itu dengan kasar.

"Makasih, mb..." 

BRAK!

Pintu tertutup di depan mata Alf dan Willy, membuat Alf tidak melanjutkan kata-katanya.

"...mbeekkkk," Willy meneruskan dengan wajah kesal. 

Keduanya segera bergegas meninggalkan pelataran rumah holang kaya itu, dengan Willy yang bersungut-sungut tiada henti.

"Besok-besok, jangan mau anterin duit arisan lagi ke sini! Gue gak sudi diperlakukan begitu sama tuh upik abu!" protes Willy terdengar seperti omelan emak-emak lagi marahin anaknya yang ketahuan main lumpur.

Alf hanya terdiam dan menstater motornya. Yang penting tugasnya sudah selesai.

"Shombong amat jadi orang! Padahal Pak Amat aja gak shombong!" lanjut Willy sambil duduk di jok belakang, saat motor sudah menyala.

"Mentang-mentang bisa tinggal di kompleks ginian aja! Udah mandang rendah orang lain!" Willy menumpahkan segala kekesalannya, yang mulai terdengar mengganggu di telinga Alf.

Alf tetap terdiam, dan motor mulai berjalan pelan meninggalkan rumah ala Kevin Home Alone itu.

"Kalau gue ketemu tuh orang di luar gerbang, bakal gue..."

"Ssttt! Diam, dah! Gue gak bisa konsen bawa motor dengerin celotehan lo mulu daritadi!" desis Alf membuat Willy mengunci bibirnya rapat-rapat.

Alf menggelengkan kepala dan kembali berkonsentrasi mengendarai si Astrea, hingga ia tidak menyadari saat mereka keluar gerbang, sebuah BMW lilac yang pernah berpapasan dengan mereka di Lab. Sisilia, sedang meluncur masuk ke dalam gerbang Perumahan Dreamland. Dan menuju entah ke rumah yang mana.

💜💜💜💜💜

corn leaf

Halo!  Gimana sampai bab ini? Udah dapet feel komedi putarnya? Eh, gak deng! Komedi, maksud ai!! Jangan lupa komen, ya! Mau garing atau gak, plis komenlah biar aku tau kurang lebihku dalam menulis novel genre sedemikian rupa. Terima kasih !

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ayyona
pelem lejen nih 😂
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status