Share

Ternyata

Welcome to malam minggu, malam yang panjang. Malam yang bagi segelintir orang dihabiskan dengan bercengkerama ria bersama keluarga. Bagi sebagian workaholic, malam minggu tetap seperti malam biasanya yang penuh dengan pekerjaan. Dan bagi sebagian orang lagi, khususnya anak muda, malam minggu adalah saat yang tepat buat berkunjung ke rumah pujaan hati. Sedangkan bagi para jombloers, jangan ditanya, bisa perang dunia.

Tapi, bagi jomblo bernama Alf, malam minggu kali ini berbeda. Tidak lagi dihabiskan dengan maraton film horor bareng Willy, takutnya kalau nonton drama Korea bisa-bisa jadi halu tingkat tinggi. Jadi, kalau bukan dihabiskan dengan film horor, maka malam minggu dilewati dengan menonton pertunjukan tunggal tarian 'ular disengat listrik' si Willy. 

Alf sudah mengenakan kemeja putih polos yang biasa dia gunakan kalau mau menghadiri kondangan. Kemeja ini dipakai untuk menunjukkan bahwa dirinya masih polos dan suci. Lah, hubungannya apa?

Celana chino cokelat muda juga menjadi pilihannya, yang dipadukan dengan sepatu Sneakers hasil mengutang di tanta Ismi, yang menjual seprei dan dalam keadaan mendadak bisa juga menjual barang lainnya, bahkan bahan bangunan.

Alf merapikan rambutnya dengan pomade, bergaya di depan kaca bak model iklan di televisi. Sesekali dia berputar ke kiri dan kanan, memastikan kalau hasil setrikaan tangannya masih rapi. 

Sejak sore tadi, Alf juga sudah mencukur bulu-bulu tipis di dagu serta atas bibirnya. Tidak lupa juga dia menggunting kuku, membersihkan lubang telinga, bulu hidung, sela gigi, ketiak, bulu kaki, bulu tangan, bulu dada. Oke! Cukup! 

Alf beranjak ke meja berlaci di samping tempat tidur, membuka lacinya, dan meraih parfum AXI yang dia sembunyikan di ujung belakang laci. Maklum, kalau dilihat sama Willy, bakal disemprotkan dari ujung rambut sampai ujung kakinya.

"Oke!" seru Alf sambil menyembunyikan kembali parfumnya. "Gue udah ganteng banget ini!" puji Alf pada diri sendiri, karena belum pernah ada yang memujinya. Kasian banget kamu, Alf!

"Hmm, apalagi, ya?" Alf celingak-celinguk sambil berpikir apakah ada yang dilupakannya atau tidak. "Oh, iya! Alamat rumah si Inn!" ujar Alf sambil meraih handphone, dan segera mengetikkan pesan pada Inn.

'Alamat rumah kamu masih seperti yang dulu kan?' Ya elah, kayak lirik lagu aja!

Beberapa saat kemudian Inn mengiriminya balasan.

'Oh, iya, lupa ngasih tau! Aku udah pindah, Alf. Aku shareloc, ya!'

"Oh, udah pindah toh," gumam Alf.

Balasan dari Inn masuk bersamaan dengan masuknya Willy ke kamar Alf. Ia terperangah melihat sahabatnya, yang sudah tampil klimis kayak mau ke kondangan, karena Willy tahu kemeja putih itu adalah 'pakaian dinas—kondangan' milik Alf.

Alf menyeringai pada Willy yang masih ternganga memperhatikannya.

"Lo... Mau ke kondangan? Dan gak ngajak gue?" tanya Willy sambil mengacungkan telunjuk naik turun ke arah Alf. Dia menyipitkan mata.

Alf tersenyum miring sambil bergaya menaikkan kerah baju. "Ya, malam minggulah!"

Willy mengerjapkan mata beberapa kali. Dia mencondongkan kepala, dan tertawa keras hingga memukul-mukul paha. Alf mencebik.

"Excuse me? Lo? Jacob Alfred? Malam minggu?" ejek Willy masih terus terbahak-bahak dan menunjuk Alf.

"Kalau gak percaya, ya udah!" balas Alf sambil menaruh hp di dalam saku celananya.

"Ya, ampun, Alf... Kalau mau bohong kira-kira, dong!" lanjut Willy. Ia menepuk pundak Alf sambil menggelengkan kepala lagi.

"Gue temenan sama lo udah 2 tahun, Alf!" Willy mengacungkan telunjuk dan jari tengah.

"Gue tau semua gerak-gerik lo dari bangun tidur, makan, ke wc, tidur lagi! Semua gue tau! Lah, tiap hari kan lo cuman sama gue!" sambung Willy.

Alf hanya memutar bola matanya malas. Ia meraih handuk di atas tempat tidur, bermaksud menjemurnya di luar.

"Lalu?" tanya Alf ketus.

"Lo di kosan, gue ada! Lo di tempat kerja juga gue ada! Lo pulang pergi ke mana-mana sama gue! Kita berdua udah kayak perangko sama lemnya, gak bisa dipisahin!" jelas Willy.

"Hm... Hm..." Alf memicingkan mata tak berminat mendengar ocehan Willy.

"Gak masuk akal kan tiba-tiba lo mau malam mingguan sama cewek, tanpa gue tau siapa cewek itu!" ejek Willy sambil menepuk lebih keras pundak Alf.

Alf hanya bersedekap dengan tatapan malas-menjelaskan-pada-manusia-ini.

Sesaat kemudian, Willy terdiam, membuat Alf menatapnya heran, kenapa sudah berhenti berceloteh. Willy perlahan membelalakkan mata.

"Ja... Jangan-jangan... Lo malam mingguan sama cow... Hmpp!"

Alf meletakkan handuk dengan kasar ke wajah Willy, menghentikkan kalimat Willy yang sudah bisa ditangkap oleh Alf tujuannya ke mana.

"Gue masih normal!" teriak Alf di depan wajah Willy yang tertutup handuk.

Alf bergegas meninggalkan Willy yang masih mengejar dari belakang.

"Woi tukang halu! Handuk, lo mau gue buang!" teriak Willy dengan pandangan kesal.

"Buang aja! Abis itu besok-besok jangan nebeng sama gue!" balas Alf santai sambil mengenakan kacamata, dan melajukan honda Astreanya.

"Huh! Dasar! Bisanya cuma ngancem gitu doang!" cibir Willy sambil bergaya hendak melempar Alf dengan handuk.

🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹

Alf melajukan motor di tengah hiruk pikuk kota Kupang, dengan kecepatan 20 km per jam seperti biasanya. Mencegah terjadinya kecelakaan.

Kalau dia menabrak atau ditabrak, palingan cuma luka memar. Begitu prinsipnya. Jangan sampai tewas, karena utang sneakers belum lunas. Bisa-bisa dikejar tante Ismi di alam baka.

Lima menit perjalanan, Alf mengarahkan motor ke pinggir jalan, dan berhenti sebentar. Ia merogoh handphone-nya, dan membuka pesan sharelock dari Inn.

Sesaat kemudian Alf terbelalak.

"Ini kan..." gumam Alf sambil merapikan letak kacamatanya.

Alf pun segera menaruh kembali handphone-nya dan melajukan motor ke tujuan.

🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹

Inn duduk manis di depan teras rumahnya. Wajahnya yang hanya bermake-up natural, dengan rambut keriting nan eksotik, yang digerai, tetap menampilkan kecantikannya. 

"Duuhhhh, yang udah cantik. Mauh ke manah sih, malam minggu beginih?" Sebuah suara manja mengagetkannya, saat Inn sedang mengamati wajah cantiknya di layar handphone.

"Eh! Aku gak liat kamu! Sejak kapan di situ?" Inn memasukkan kembali handphone ke dalam sling bag Hermas-nya.

"Daritadi kali! Sejak mbak ngerapiin rambut!" Si empunya suara manja berjalan mendekat ke kursi Inn. "Mau malam mingguan, ya?" tanya si manja sambil menatap Inn dengan tatapan genit.

Inn tersenyum kikuk. "Gak, kok. Cuma reuni sama temen".

"Temen apa demen?" goda si manja.

Inn mencubit pipi si wanita manja itu, gemas.

"Udah dibilangin temen," jawab Inn yang disambut cebikan si manja.

"Kenalin ke aku ya, Mbak," pinta si manja sambil alisnya naik turun.

"Iya, iya!" jawab Inn dan tersenyum.

Selang beberapa saat, sebuah honda Astrea telah berhenti di depan halaman rumah Inn, membuat Inn dan si manja menatap si empunya motor bersamaan.

Alf membuka helmnya perlahan, takut rambut dan kacamatanya berantakan. Ia bergegas melangkahkan kaki ke setapak di halaman rumah Inn, dengan senyum terkembang.

"Selamat so..." ujar Alf terputus, saat ia telah berdiri di hadapan Inn. Dipandanginya wanita di sebelah Inn, begitu juga wanita itu.

"LO!" pekik Alf dan si manja bersamaan, saling menujuk, dan Inn menatap keduanya terkesiap.

"Kalian saling kenal?" tanya Inn sambil memandangi Alf dan si manja bergantian.

"GAK!" jawab keduanya serempak, membuat Inn mengerjapkan mata.

Si manja yang bertubuh tinggi dan gempal itu langsung bergegas meninggalkan Inn dan Alf. Tidak lupa sebuah senggolan keras didaratkan ke bagian kanan tubuh Alf yang membuat Alf hampir terjungkal ke belakang. Untung saja, ia masih bisa mengontrol keseimbangan tubuhnya.

Inn khawatir menatap Alf. "Kamu gak papa, kan?" tanya Inn sambil memegang tangan Alf, dan memastikan dirinya baik-baik saja.

"Gak... Gak papa, kok," jawab Alf meringis.

'Gila! Kayak dihantam tsunami!' gerutu Alf dalam hati.

"Kamu pernah ketemuan sama Princess, ya?" selidik Inn.

"I... Iya, sih... Beberapa hari yang lalu..." jawab Alf, "pas nganterin setoran arisannya ibu kos aku".

Inn masih menatap Alf, menantikan kelanjutan ceritanya.

"Yah, ada kesalahpahaman dikitlah," ujar Alf.

"Oh, gitu... Ya, udah. Nanti aku coba ngomong sama Princess aja, biar hubungan kalian baik. Soalnya, Princess itu sepupu aku," papar Inn yang membuat Alf syok seketika.

"Sepupu?" Alf masih tak percaya.

Inn mengangguk cepat. "Iya! Sepupu aku dari Tante Lena, yang waktu kita baru kelas 1 SMA, dia masih 6 tahun!" jawab Inn penuh semangat.

"Anak perempuan cantik nan imut... yang dulu suka main... sama aku?" Alf memastikan tebakannya.

"Bener banget! Dulu kan si Princess suka banget sama kamu! Kalau kamu dateng, centilnya mulai muncul!" Inn tertawa mengingat kenangan itu, tapi tidak dengan Alf.

Alf bergidik sesaat.

'Ternyata hidup penuh kejutan, gila! Kalo liat Princess yang sekarang mah, bukan maafkan aku yang dulu. Tapi, maafkan aku yang sekarang,' batin Alf. Inget, Alf! Dia sepupunya Inn.

💜💜💜💜💜

Wah! Wah! Ternyata eh, ternyata... 

Mbak Princess adalah sepupunya si Inn.

Gimana kelanjutannya, ya? Apakah malam minggu perdananya si Alf bakal berjalan dengan baik, setelah kejadian kesenggol Princess? 

corn leaf

Jangan lupa review-nya... Terima kasih!

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ayyona
polos dan suci...ya pret eh..alf 😅
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status