Share

Bonus 4 Yes! For sure!

Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya.

Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy.

Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn.

Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laboratorium.

"Len... Kalau mau pulang, pulang aja... Biar gue pake ojek online. Gue gak enak, tiap hari lo anterin gue. Kan kasihan bensin lo," ujar Willy sambil mulai menyapu.

"Gak papa. Gue ikhlas," sahut Ellen.

"Untung aja emak Merlin udah punya motor baru, jadi bisa pulang sendiri. Kalau gak juga lo bakalan pulang bareng dia," imbuh Willy.

Ellen tak menjawab. Hanya terdiam, sambil mengamati foto-foto saat nikahannya Diego, di ponselnya.

Willy pun menyelesaikan pekerjaannya, dan segera keluar. Tidak lupa mengunci pintu ruang laboratorium.

"Udah, nih! Yuk!" ajak Willy sambil berjalan mendahului Ellen, menuju ke loker di lantai satu. Ellen pun mengekor dalam diam.

Langit sudah mulai gelap, saat Willy dan Ellen tiba di halaman parkir. Para karyawan yang lain, bahkan Ibu Nover sudah pulang. Hanya tersisa Pak Siji, si sekuriti di pos satpam.

"Wah! Kerja banyak, ya, Pak Willy!" sapa Pak Siji dari pos-nya.

"Biasa, Pak... " sahut Willy sambil menggunakan helm-nya.

Willy pun segera menstater motor matic berwarna hitam itu, dan melaju meninggalkan area Lab. Sisilia, sebelum lebih dahulu berpamitan pada Pak Siji.

"Wil, ini kan malam minggu... Lo biasanya ngapain?" tanya Ellen.

"Di kosan aja. Dengerin lagu dangdut," jawab Willy santai.

"Gimana, kalau kita makan, yuk! Gue traktir!" tawar Ellen.

"Gak nolak mah, kalau soal itu," sahut Willy sambil cengengesan.

Mereka pun tiba di cafe yang sudah mulai penuh dengan muda-mudi, yang sedang malam mingguan. Willy tersentak, karena cafe itu terlihat seperti 'khusus pasangan'.

"Len... Gak salah, nih makan di sini? Kok macam semuanya pasangan ...." tanya Willy setengah berbisik.

"Santai aja! Kan kita bayar!" jawab Ellen sambil melihat menu-menu di kasir. Ellen segera memesan makanannya, begitu juga Willy.

Willy hanya mengikuti saja apa kata Ellen, dan kemana Ellen membawanya pergi. Mereka pun duduk di sebuah meja dekat jendela.

Setelah makanan mereka disajikan, tanpa berlama-lama, keduanya melahap makanan itu, karena sudah sangat lapar.

"Eh, lucu, ya... Semuanya di sini pasangan muda, loh!" ujar Willy membuka percakapan. "Kita berdua pasti bakalan dikira pasangan juga. Hihi ...." Willy menyuapkan satu sendok nasi goreng spesial ke mulutnya.

"Gak masalah," jawab Ellen singkat, padat, dan ambigu.

Sendok Willy terjatuh saking terkjut mendengar perkataan wanita berkulit eksotik di hadapannya. "Mak..sud lo...?"

Ellen menghentikan makannya, dan menatap Willy dengan tatapan serius. "Gak masalah kalau orang pikir kita pasangan. Gue suka ide itu." Ellen kembali melanjutkan aktivitas makannya.

Willy menganga. Berusaha mencerna kalimat Ellen barusan. Apakah ini sejenis ungkapan cinta gaya baru?

"Jadi... Maksud lo, kita..." Willy mengedikkan bahu dengan wajah masih ragu-ragu.

"Yes!" sahut Ellen tegas. "For sure!"

💜💜💜💜💜

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status