Share

HAMIL?

“Kenapa? Jangan bilang kamu sedang mengandung anak Louis.” Tebak Tamara.

Jeni menggeleng cepat.

“Lalu kenapa kamu tidak bisa meninggalkannya Jen? Dia sudah sangat menyakitimu. Aku bahkan tidak bisa terima itu.”

“Aku sangat mencintainya Tam, entah aku begitu susah menjelaskannya tapi aku sangat mencintainya. Dulu aku juga selalu protes pada ibu kenapa beliau sangat mencintai ayah, padahal ayah sudah menyakiti kami berdua. Tapi ibu pun sama sepertiku saat ini, ibu tidak bisa menjelaskannya kenapa ibu sangat mencintai ayah bahkan sampai detik ini,” papar Jeni sambil terisak.

Tamara hanya menghela nafas, ia jadi sangat kasihan terhadap sahabatnya itu. Tamara kemudian membantu menghapus air mata Jeni, lalu memeluknya kembali dengan sangat erat. Hal itu membuat Jeni semakin terisak di dalam pelukan Tamara.

“Thank you Tamara. Aku sangat sayang sama kamu dan Tania. Kalian selalu ada untukku.” Isak Jeni yang sambil melepas pelukan Tamara.

Tamara mengangguk sambil tersenyum, ternyata ia juga ikut menangis karena terlalu kasihan terhadap kehidupan Jeni.

“Apa kamu tidak ingin menginap di rumahku saja? Aku tidak tega membiarkanmu seperti ini sendirian di kos.”

Jeni hanya mengangguk tanda ia setuju dengan ajakan Tamara. Tamara kemudian kembali melajukan mobilnya untuk bergegas pulang.

***

Apartemen Elite City, Jakarta Selatan

Louis terlihat meneguk segelas air putih dengan gelisah,  pikirannya tak bisa lepas dari Jeni. Ia sangat menyesal telah begitu ceroboh hingga Jeni mengetahui hubungannya dengan Renata, bahkan Jeni sampai memergoki saat dirinya bersama Renata dalam satu kamar.

Bagaimanapun Jeni, Louis juga masih sangat mencintainya, tapi saat ia pertama kali bertemu Renata lima bulan yang lalu, entah kenapa hatinya merayu untuk menjalin hubungan dengan dua perempuan sekaligus. Ya, pesona kecantikan Renata yang dijuluki primadona kampus membuat kesetiaan Louis menjadi goyah.

“Argh,” Louis membanting gelas dengan penuh emosi.

Hal itu membuat Renata begitu kaget sehingga ia sangat kesal terhadap Louis.

“Apa yang kamu lakukan Louis?” bentak Renata tak kalah emosinya.

“Maafkan aku Renata, tapi aku begitu emosi dengan diriku sendiri. Aku sangat bodoh. Bisa-bisanya aku lupa mengganti password apartemen saat mengajakmu ke sini,” sesal Louis.

“Sudahlah, tidak usah berlebihan. Bukannya itu bagus agar Jeni tahu diri dan segera meninggalkanmu. Gembel itu sangat tidak pantas menjadi kekasihmu, Sayang,” ujar Renata dengan angkuhnya.

“Tapi....”

Renata justru sudah menghentikan perkataan Louis dengan jari telunjuknya. Perempuan blasteran itu kembali menggoda Louis dengan gaya manjanya dan kecupan manis di pipi laki-laki pewaris tunggal Saloka Group itu.

“Aku tidak bisa meninggalkannya, Renata.” Ujar Louis kemudian dengan suara lirih.

“Lalu bagaimana dengan aku Louis? Orang tua kita bahkan menyuruh hubungan ini berlanjut sampai pelaminan.” Protes Renata kesal.

“Aku tetap akan menikahimu Renata, tapi aku tidak bisa meninggalkan Jeni.”

“Apa maksudmu? Tidak Louis, kamu harus meninggalkan dia.”

Louis diam, ia duduk di sofa dengan lesu. Dalam pikirannya hanya ada Jeni dan Jeni.

“Aku harus menemuinya. Ya, aku harus minta maaf pada Jeni,” gumamnya dalam hati.

“Kalau kamu masih memilih untuk tetap bersamanya, aku terpaksa harus adukan ini ke Tante Monica, agar mami kamu sendiri yang turun tangan untuk memisahkan kalian.” Ancam Renata sungguh-sungguh.

“Tolong jangan lakukan itu! Aku mohon,” pinta Louis memelas.

Renata tak peduli, ia justru memberesi dirinya dan keluar dari apartemen Louis. Sementara Louis juga tak peduli dengan kepergian Renata, ia mencari-cari IOSnya karena ingin menghubungi Jeni.

Louis masih sangat mencintainya, meskipun sejak awal menjalin hubungan dengan Jeni, Monica, maminya Louis sangat melarangnya. Monica ingin anaknya memiliki pasangan yang sederajat dengan keluarganya. Apalagi Louis merupakan pewaris tunggal Saloka Group, perusahaan industri terbesar se-Indonesia.

“Tidak aktif,” gumam Louis kesal saat ia tahu bahwa Jeni menonantifkan handphonenya.

“Baiklah, aku akan menemuinya besok. Mungkin malam ini dia butuh waktu untuk sendiri,” imbuhnya.

***

09.00 am

Jeni baru saja pulang ke kosnya diantar oleh Tamara, namun saat ia hendak masuk ke kamarnya. Ternyata Louis sudah menghadangnya di depan pintu kamar kos Jeni.

“Jeni, aku ingin bicara sama kamu!” cegah Louis pada Jeni yang sebenarnya tidak ingin bertemu dengannya.

“Aku butuh sendiri untuk sementara waktu Louis, plis jangan paksa aku!” jawab Jeni sambil menahan tangis.

“Enggak, tolong dengarkan aku dulu!” tegas Louis yang sambil menahan tangan Jeni dan mencengkramnya dengan erat.

Kali ini Jeni sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya. Ia begitu terisak sambil berusaha melepas cengkraman tangan Louis yang begitu erat.

“Apa lagi yang ingin kamu jelaskan ha?” bentak Jeni dengan tangis yang tersedu-sedu.

Untung saja kondisi kos “Bougenville” sedang sepi karena hari ini merupakan hari Minggu, jadi banyak anak kos lainnya yang belum kembali ke kos.

“Banyak hal yang ingin aku jelaskan, lebih baik ikut aku sekarang!” paksa Louis yang kali ini sambil menggelendeng Jeni untuk menuruti langkahnya menuju parkiran.

“Lepaskan aku Louis!” bentak Jeni.

Louis tidak peduli dengan semua ocehan Jeni, ia tetap menggelendeng paksa kekasihnya itu agar mau mengikutinya. Sementara Jeni terus berteriak minta tolong, namun kos benar-benar sedang sepi jadi percuma saja ia berteriak sambil menangis seperti itu.

“Tolong lepaskan aku Louis!” Isak Jeni dengan suara yang lirih.

Jeni seakan tidak bisa lagi memberontak, tenaganya habis terkuras oleh tangisannya yang menjadi-jadi juga memberontak ajakan Louis.

Bruk...

Jeni tiba-tiba pingsan saat Louis hendak memaksanya masuk ke mobil sport Mercedes Benz miliknya, dan tentu saja hal itu membuat Louis begitu panik dan langsung menggendong Jeni masuk ke dalam mobilnya serta membawa kekasihnya itu ke rumah sakit terdekat.

***

“Dia baik-baik saja kan Dok?” tanya Louis khawatir.

Dokter tersenyum lalu mengangguk seakan menenangkan Louis yang terlihat begitu khawatir dengan keadaan Jeni yang belum juga siuman.

“Kondisi ini biasa dialami oleh perempuan yang sedang hamil muda, tolong dijaga istrinya Pak, jangan sampai terlalu lelah dan banyak pikiran.” Tutur Dokter.

Seketika hal itu membuat sepasang mata Louis membulat sempurna karena kaget.

“Maksud Dokter, Je... Is...tri saya hamil?” tanya Louis terbata-bata sambil berpura-pura untuk memastikan lagi.

“Benar Pak Louis, istri anda sedang hamil satu bulan.” Jawab Dokter Rena dengan begitu gamblang.

Halo readers, terimakasih sudah mampir. Mohon kritik sarannya ya. Oh ya kalian bisa sapa author di IG @ritahawa_

Thank you 😊

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status