Share

Tertarik?

Aku, mau tidak mau, hanya bisa menerima keadaan.

Mereka yang dahulu menyanjungku menghilang.

Dan dia yang dahulu selalu bilang "aku menyayangi" mu pun menghilang.

Bagai di telan bumi, mereka hilang tanpa kabar.

Hanya karna aku lumpuh.

Benar benar klise sekali pemikiran mereka.

Inilah ujian yang sesungguhnya, ujian tentang siapa yang pergi meninggalkan ku.

Dan siapa yang bertahan dikala aku terpuruk dalam luka ku.

~~~

Hanna dan Elle pun kembali ke kamar. Tawa mereka menggema disana, entah apa yang mereka perbincangkan sampai mereka tertawa begitu kerasnya.

Saat kembali ke kamar Hanna tak mendapati keberadaan Papahnya disana, hanya Mamahnya saja lah yang pada saat itu sedang duduk di sofa dekat jendela.

"Mah, Papah kemana?" Tanya Hanna.

"Papah pulang, nanti jam 12 Papah ada meeting dengan klien," jawab Mamah Giselle berbohong. sebenarnya, Papah Alexander pergi mencari dokter syaraf terbaik di negerinya untuk mengobati kaki anak kesyangannya.

"Oh, Elle aku mau pindah ke situ," Hanna menunjuk ke arah jendela.

"Siap nyonya Hanna," ucap Elle yang kemudian mendorong Hanna ke dekat jendela kamar.

Saat sudah dekat di jendela tiba-tiba matanya terfokus, pada seorang laki-laki yang berpakaian putih layaknya seorang Dokter, yang sedang membantu seorang nenek berjalan.

"Dokter Kevin? Baik juga ternyata dia," Gumam Hanna yang terdengar oleh Elle.

"Iya baik kan? Udah gitu ganteng pula kan, pokoknya paket komplit dia mah," sahun Elle.

Hanna pun menatap Elle "Bisa gak sekali aja, itu mata di krangkeng biar gak jelalatan terus El?"

Elle tertawa mendengar kekesalan Hanna terhadapnya, begitupun dengan Mamah Giselle tertawa melihat anaknya sudah mulai cerewet seperti biasanya.

Canda gurau pun terdengar disana, sampai Hanna mengucapkan dua patah kata "Ganteng sih."

"Cie naksir juga kan, kan tadi udah ku bilang kalo dia itu ganteng, tapi kamunya aja nyangkal terus," ucap Elle yang masih mengagumi paras Dokter Kevin.

"Gak tuh, aku udah punya Vikky, pokoknya Vikky idah ada di hati," ucap Hanna memantapkan hatinya.

"Iya iya terserah," jawab Elle yang kesal.

"Tapi gak usah di pandang terus, nanti naksir beneran baru tau rasa," sambungnya.

"Berisik, aku lagi menikmati indahnya lukisan Tuhan tau."

"Lukisan yang mana yang kamu liat?" tanya Elle.

"Yang itu? atau Yang itu?" sambungnya dengan membandingkan danau yang ada di tengah taman dan ketampanan Dokter Kevin.

"Mulai lagi deh, udah capek ngomong sama orang yang otaknya kaya remahan biskuit," jawab Hanna yang mulai menjauh dari jendela dengan memutar roda kursinya.

"Mamah! Anaknya ngambek nih," Sahut Elle.

Mamah Giselle menggelengkan kepalanya, karna memang sudah biasa mendengar perdebatan mereka berdua, jadi tidak heran untuknya kalo Hanna dan Elle sudah seperti adik kakak sungguhan.

~~~

Elle pun berangkat ke kampus dari rumah sakit, hari ini jam mata kuliahnya semua siang jadi ia masih bisa bermain ke tempat Hanna dirawat tadi.

Sesampainya di kampus Elle merasa perutnya keroncongan, karna memang sudah masuk jamnya makan siang, Elle pun pergi ke restoran depan kampus untuk mengisi perutnya dahulu.

Elle pun masuk dan langsung ke bagian kasir untuk memesan, Saat Elle ingin memesan makanan kesukaannya, samar samar ia melihat Vikky yang duduk bersama dengan seorang wanita, sedang bercanda gurau.

"VIkky, sama siapa dia?" tanya Elle penasaran.

"Ka, sebentar ya, saya ketoilet dulu," pamitnya kepada kasir.

Elle pun berjalan, memastikan apa yang ia lihat itu benar atau tidak.

"Semoga saja bukan Vikky," gumamnya.

Semakin lambat cara berjalannya, dan benar apa yang ia lihat, ternyata Vikky dengan wanita lain.

"Sayang, kamu coba makan ini, enak deh," kata wanita tersebut.

"Eum.. iya enak kok," ucap Vikky terpaksa.

"Sayang?!" Gumam Elle kesal dengan nada panggilan yang di ucapkan oleh wanita itu.

"Oh, pantes ya gak ke Rumah Sakit buat nengok Hanna, ternyata udah punya gandengan baru" Tukas Elle berteriak.

"Dan waw apa ini? Ternyata si j*l*ng Vhias, kamu gak bisa milih selingkuhan ya Vik? sampai Vhias pun kamu gebet? Cari yang cantikan sedikit dong dari Hanna, jangan yang kaya remahan pasir dicari" sambungnya.

"Kamu perempuan gak tau malu, kok maunya aja sih sama orang yang ninggalin pacarnya disaat pacarnya lagi terbaring di Rumah Sakit" sambung Elle lagi.

Vhias pun berdiri dari tempat duduknya, "Kenapa? Vikky bilang Hanna lumpuh? Dan dia mau putusin Hanna sebenarnya hari ini, tapi kamu udah disini sekalian aja deh sampaikan sama sahabatmu itu kalau Vikky minta putus, iya kan sayang?"

Vikky hanya terdiam menunduk, wajahnya pucat pasi, seperti sedang dalam tekanan.

"Oh, sekalian bilang sama Hanna kalo aku sama Vikky udah jadian hari ini dan kalau bisa jangan ganggu kami lagi " sambung Vhias.

"Sadar diri mba, pelakor kok bangga sih?" ucap Elle sembari mendorong pelan bahu Vhias.

Elle mulai memanas, bagaimana bisa Vikky berpikiran seperti itu, dikala Hanna sedang putus asa karna tak bisa berjalan, ia justru bermesraan dan mencari wanita lain.

Rasa kesal Elle sudah tak terbendung lagi, Elle pun menggambil gelas yang ada di atas meja dan kemudian menyiram Vikky dengan air yang ada di dalam gelas tersebut.

"Rasain kamu! Makanya jangan jadi playboy," Serapah Elle.

"Yang, kamu gak apa apa kan?" tanya Vhias.

Elle pun yang geli mendengarnya bergegas pergi dari sana.

Tiba-tiba tangan Elle seperti ada yang memegangi, ternyata itu tangannya Vikky.

"Bisa kita bicara, aku perlu jelaskan semua ini, tolong kasih aku waktu sedkit aja," ucap VIkky mencegah agar Elle tidak memberi tahu Hanna apa yang ia lihat sekarang.

"Bicara? Apa yang mau dibicarakan lagi? Bicara sana sama Vhias kesayangan mu itu."

"Dan satu lagi, jangan pernah muncul di hadapan Hanna, sampai aku melihat mu muncul di depan Hanna, akan aku remas kepalamu sampai jadi debu,"

Elle menghempaskan pegangan tangan Vikky kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Pergi sejauh mungkin, sampai ia berhenti di depan sebuah taman kanak kanak, tempat ia dan Hanna semasa kecil bersekolah.

Elle memandangi ayunan dan kemudian duduk di atas ayunan itu, yang semasa kecil biasa ia dan Hanna mainkan secara bergantian.

"Ada apa ini? Kenapa rasanya aku kesal sekali," Elle menutupi wajahnya dan Air mata tiba-tiba jatuh dari asalnya.

"Aku harus bagaimana? Aku harus bicara sama Hanna? Aku takut Hanna semakin menyalahkan dirinya nanti," Gumamnya.

"Hanna yang malang, udah aku pulang aja, udah gak mood kuliah."

Akhirnya Elle pun pulang kerumah karna Hati dan Moodnya sudah kacau balau melihat Vikky dan Vhias bermesraan di restoran tadi.

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status