Dari semua hal yang Darren benci adalah melihat perdebatan dua wanita dengan adegan saling jambak menjambak di depannya. Apalagi jika mereka saling menunjuk dan saling melontarkan hinaan seperti jalang, pelacur, murahan dan serentetan kata kasar lain seraya berteriak-teriak. Itu sungguh mengganggu gendang telinganya.
Meskipun Darren sudah menduga- dan berkali-kali melihat adegan yang sama, tetap saja rasa risih mengalunginya. Oh astaga, Darren tengah berada di salah satu hotel terbaiknya untuk membahas rencana peluasan resort di salah satu pulau dengan pemandangan terbaik di Kyoto, dan tentunya dengan harga yang sepadan atas apa yang akan dia dapatkan di pulau itu untuk memanjakan dirinya sendiri dan royal guest, para tamu setia yang akan mengunjungi dan menginap di hotelnya meskipun bertarif fantastis.
Semula rapatnya berjalan dengan sangat baik. dia sudah mendapatkan desain hotel yang akan dia buat, investor yang akan bekerja sama dengannya, dan sederetan keperluan kecil lainnya. Namun saat dia akan membahas harga tanah dipulau berpanorama sempurna itu, tiba-tiba saja dua orang wanita mendobrak masuk dan mengait lengan Darren tepat di depan para rekan bisnisnya dengan posesif lalu saling melempar tatapan membunuh mengibarkan bendera perang tak kasat mata.
Satu wanita berambut pirang mengait lengan kanan Darren dan satu wanita berambut red wine mengait lengan kiri Darren dengan posesif.
"Asal kau tahu bahwa aku sudah terlebih dahulu menghabiskan malam dengannya! dan aku yakin dia akan memilihku." si wanita berambut red wine berujar dengan sangat percaya diri mempererat apitan tangannya pada lengan Darren. Meskipun di awal Darren merasa bingung, kini sepertinya dia mulai mengerti maksud dari kedatangan dua wanita yang menurutnya begitu kampungan ini.
Untuk memperebutkannya, tentu saja.
"Kau mungkin berpikir bahwa kau mempunyai peluang menang lebih besar dariku hanya karena Darren bertemu denganmu lebih dahulu. tetapi asal kau tahu, jika Darren memilihmu dia tidak mungkin berpaling kepadaku!" seakan tak ingin kalah si wanita berambut pirang menarik lengan Darren mengklaim bahwa Darren hanya miliknya.
"Apa kau bilang? Dasar jalang penggoda kekasih orang!" si rambut red wine tersulut emosi dan melepas paksa apitan tangan si pirang dari lengan Darren. lalu kembali menarik Darren lebih dekat ke arahnya.
"Apa yang kau katakan? Kau menyebutku jalang? Dasar pelacur tak laku!" balas si pirang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan si wanita berambut red wine, yaitu menarik Darren ke arah tubuhnya.
"Jal-"
"Pel-"
"Dengar nona jalang dan nona pelacur, sekarang aku tengah melakukan meeting penting menyangkut hotelku, dan tiba-tiba kalian berdua datang meracau tak jelas,” Darren terlihat menarik napas sejenak "Bisakah kalian melanjutkan kicauan kasar kalian di luar ruanganku?''
Setelah kesal berada dibagian dimana dia menjadi bahan rebutan dua pelacur atau jalang menyebalkan ini, Darren memutuskan untuk membuka suara. Mengusir penyebab terhambatnya meeting penting itu segera.
"A-pa? apa kau baru saja menyebutku jalang atau pelacur?" si pirang bertanya dengan tatapan tak percaya seperti ekspresi tokoh protagonis dalam telenovela hiburan yang biasa menjadi tontonan ibu rumah tangga.
Dan demi Tuhan Darren sungguh membencinya. Wanita berambut red wine tersenyum puas seakan dia baru saja mendapatkan jackpot. Lalu dia menatap sang gadis pirang dengan tatapan mengejek.
"Sudah kubilang, kau dimata Darren tidak lebih dari seorang jalang." ledeknya mengapit lengan Darren semakin erat. Darren kini mengalihkan tatapannya pada si gadis berambut red wine dengan tatapan horor. Apakah wanita di sampingnya ini baru saja menyimpulkan bahwa Darren memilihnya?
"Sebenarnya aku juga mengatakan hal itu untukmu." jawab Darren jujur seraya berusaha melepas kaitan tangan si rambut red wine, membuat si gadis menatap speechless Darren.
"Kau tak memilihku?" tanyanya saat dia menyadari bahwa Darren memang tak berpihak padanya.
"Setelah aku mengucapkannya tadi, kau baru menyadari maksudnya? lambat sekali otakmu bekerja." ungkap Darren dengan tatapan miris. Kini di banding sakit hati, gadis itu merasa perasaan terhina yang amat dalam.
"W-what? katakan kau bercanda! kau memilihku kan?" ucapnya dengan nada memaksa seraya menggoyangkan lengan kekar Darren.
"Demi Tuhan! aku bahkan tak mengenalmu, bagaimana aku bisa memilihmu?" ungkap Darren terlihat sedikit frustrasi. dia sudah membuang banyak waktu percuma karena dua wanita asing ini, bagaimana dia tidak frustrasi?
"Aku Yuri! pasanganmu ke pesta Jack dua bulan yang lalu." Gadis menatap Darren kecewa.
"Maaf tetapi aku tidak ingat. dan kau-" jawab Darren cepat seraya menunjuk gadis berambut pirang yang hendak membuka mulutnya untuk menanyakan apakah Darren mengingatnya.
"Aku juga tidak mengenalmu, kalian mungkin salah orang. maaf aku tak punya banyak waktu. bisakah kalian pergi sekarang?" pinta Darren lalu melepas kaitan tangan wanita tadi sedikit kasar.
"T-tetapi Darren," sanggah si pirang kembali hendak meraih tangan Darren, namun belum sempat dia melakukannya dua orang body guard menariknya keluar dari ruangan itu secara paksa.
"SIALAN KAU DARREN!" teriak si gadis pirang tak terima. sementara si gadis berambut red wine hanya bisa berjalan ke arah Darren yang tengah merapikan jasnya dan hendak kembali pada meja meetingnya sebelum dengan gerakan cepat gadis rambut merah anggur itu melayangkan tangannya menampar pipi kanannya dengan keras terhempas ke samping kanan. Bunyi tamparan itu membuat seisi ruangan hening seketika.
"Bajingan kau Darren! Aku sumpahkan kau akan dipermalukan oleh orang yang kau cintai! Kau akan merasakan malu seperti yang aku rasakan sekarang!" ungkapnya lalu tanpa menunggu body guard Darren menyeretnya lebih jauh, gadis itu berjalan pergi mengentakkan kakinya dengan kasar melampiaskan kemarahannya.
Darren hanya bisa memegang pipi kanannya yang terasa perih dan panas. Ia sebenarnya bisa saja balas menampar jalang bernama Yuri itu. tetapi tak mungkin dia menampar wanita di depan investor dan rekan kerjanya bukan? Dia tidak akan mempertaruhkan citranya hanya demi membalas tamparan itu.
Darren kembali merapikan dasinya lalu tersenyum ke arah peserta meeting yang menatapnya dengan tatapan tak enak. Cih dia benci dilihat seperti ini, tetapi dia akan berusaha tak peduli. Bukan Darren Williams jika dia tak profesional bukan?
Darren menghembuskan napas tenang. Setidaknya dua wanita penyihir itu sudah pergi dari ruangan ini, sekarang dia bisa kembali melanjutkan meetingnya yang teramat penting. Darren mengeluarkan segaris senyum profesionalnya lalu hendak kembali menghampiri meja meeting.
"Sampai di mana kita tad-"
"Aku mencari yang namanya Darren William Sirius, dimana dia?" ucapan Darren terpotong saat dia melihat seorang gadis berambut hitam di ikat satu tiba-tiba menerobos masuk ke ruangannya dengan tatapan tajam seperti seseorang yang hendak menagih utang. Darren terdiam, seraya menatap lelaki paruh baya yang terduduk di kursi utama meja meeting tengah menatapnya tajam.
"Kau mencari masalah dengan wanita mana lagi Darren?"
“Kenapa kau tidak memberi tahuku dari kemarin Naomi?” seorang lelaki berambut blonde keemasan berjalan mondar-mandir di hadapan dua wanita yang tengah terduduk di atas sofa, seraya menatap lelah ke arah sang pria itu.“Aku sudah memberitahumu, bahwa nona Jane tidak setuju untuk menjual tanah itu padamu sebulan yang lalu, tapi kau terlalu asyik bercumbu dengan si pirang salah satu wanita tadi hingga kau mengabaikanku, Takako, Misako, Masako, Roiko entah siapalah nama gadis itu.” gerutu wanita berambut coklat sanggul dengan kaca mata yang bertengger dihidungnya bernama Naomi itu.“Aku tidak perduli dengan setuju atau tidaknya gadis kecil di sampingmu itu. Yang jelas kakaknya telah menjual tanah itu, dan semua uangnya sudah kuberikan pada kakaknya.” ungkap Darren menjelaskan.“Dengar tuan Darren yang terhormat, tanah itu adalah milikku dan di surat keterangan kepemilikan surat tanah itu jelas pemilik tanah itu adalah aku.” gadis yang d
“Jane!“Jane menolehkan kepalanya mencari asal suara yang memanggil namanya. Setelah menoleh kanan kiri, akhirnya ia melihat seorang wanita cantik berlekung pipit tengah berdiri sekitar sebelas langkah darinya seraya tersenyum manis kepadanya.“Astaga Nana!“ pekik Jane seraya menghambur memeluk wanita bernama Nana itu.“Aaa Jane!” balas wanita itu ikut berteriak histeris. Lalu keduanya berpelukan erat layaknya saudara yang lama terpisah.“Lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu? Kau pasti mempunyai banyak pengalaman saat kau terus dinas dan berkeliling dunia. Hebat sekali!” puji Jane menatap kagum Nana yang berprofesi sebagai seorang dokter dan membaktikan hidupnya untuk membantu masyarakat dunia, ia melakukan banyak sumbang jasa untuk membantu kesehatan masyarakat yang membutuhkan.“Kau berlebihan! Oh iya Jane, Aku membawakanmu oleh-oleh. Kau harus melihatnya!” ucap Nana merogoh sesuatu d
Sebenarnya jika nama Narcissus disandingkan dengan seorang Darren William Sirius itu tidaklah cocok.Karena dalam cerita, Narcissus digambarkan sebagai orang orang yang mencintai dirinya sendiri, bahkan ia tak sempat mencintai orang lain apalagi wanita. Begitupun jika Darren di samakan dengan Zeus juga tidak cocok, satu-satunya hal yang mungkin bisa di samakan adalah kegenitan dan ketidakmampuan mengontrol cacing dibalik celana mereka. Lagipula di setarakan dengan Zeus itu terlalu berlebihan bukan?Tak ada istilah yang cocok dengannya selain playboy. Lalu bagaimana bisa ia disebut Narcissus? Karena ketampanannya? Well, beberapa orang yang sakit hati terhadapnya di mana mayoritas adalah perempuan susah mengakui sifat narsis dari seorang yang bernama Darren William ini. Dan sepertinya memang tidak bisa dipungkiri satu-satunya yang menyelamatkannya adalah ketampanan oh ya juga hartanya, meskipun itu warisan--sih. Darren berwajah tampan bak dewa, tapi Jane akan leb
Jane mengetuk-ngetukkan sepatu heels merahnya seraya menatap Darren yang sudah memilih untuk duduk di salah satu kursi VIP rooms restoran Sirius. Tepat ini amat sangat privasi dan terpisah dari ruangan lainnya.Darren menyisir rambut abunya dengan jari tangan, lalu ia menarik kerah bajunya yang terasa mencekik. Jika kalian ingin tahu, Darren berusaha berpenampilan rapi hanya agar mendapatkan kesan baik di mata tuan Albern, bahkan ia rela mengancingkan kemejanya hingga ujung kancing paling atas dan itu adalah hal yang paling dibencinya karena membuatnya tercekik. Darren yang sibuk melonggarkan kemejanya melirik Jane yang berdiri kesal melipat tangan di perut.“Tarik perkataanmu pada ayahku, atau kau menyesal.” ancam Jane tanpa berbasa-basi. Untuk sesaat Darren tergelak lalu menatap Jane dengan sebelah mata yang terteduhi rambut blondenya.“Baik jika-“ ucapan Darren tergantung "Kau menyerahkan tanahmu dan hilangkan semua ber
Jane tak tahu bahwa hari ini kesialan beruntun akan membuntutinya. Sungguh Ia hanya berniat menghabiskan jam makan siangnya dengan Nana, sahabatnya yang bertahun-tahun tak ditemuinya hanya untuk sekadar mengobrol dan bertukar cerita.Secara kebetulan restoran yang dipilih adalah restoran Darren William sebagai restoran yang paling ingin di kunjungi Nana, Jane berpikir takdir tidak mungkin semudah itu mempertemukannya dengan Darren bukan? Tapi ternyata ia malah melihat ayahnya duduk di salah satu meja restoran ini, dengan seseorang yang baru ia sadari adalah Tuan Williams pendiri Sirius Hotel’s group ayah dari Darren William Sirius.Seketika rasa panik muncul dibenak Jane . Jangan-jangan tuan William hendak memberi tahu bahwa Christ sudah menjual tanah peninggalan ibunya pada Darren William tanpa seizin ayahnya, sementara Christ kakaknya membawa semua uang itu dan entah kabur kemana. Dia memang sungguh kakak yang tidak bertanggung jawab.Jane terperanjat dari tempat
“Naomi sekretaris terbaikku, aku ingin kau menyewa media pemberitaan.”Naomi yang tengah menatap layar laptopnya memiringkan kepalanya untuk melihat atasan sekaligus sahabat yang sudah ia anggap adik ini.“Untuk apa? Dan tumben sekali kau memanggilku sekretaris terbaik.” lirik Naomi curiga“Mempublikasikan pertunanganku” jawab lelaki itu dengan seringai“Pertunangan? Oh jangan bercanda! Kau masih suka keluyuran untuk mencicipi sembarang wanita! Kuberi tahu nak, Kau belum siap untuk sebuah komitmen. Dan kau bilang ingin bertunangan? Sebaiknya kau berusaha membersihkan namamu dulu di perusahaan agar saat rapat direksi kau dipertimbangkan” jawab Naomi sibuk dengan keyboarddan setumpuk berkas yang berada di meja bagian kanan dan kirinya.“Lagi pula tipe gadis apa yang berhasil membuatmu sadar akan pentingnya komitmen? Jika ia tidak sekuatWonder woman untuk membuat cacing alaskamu yang gatal itu lumpuh dicelana mu. Aku
Jane terperanjat dari lamunannya saat ia merasa ada tepukan halus diatas pundaknya."Kau tidak bertemu hantu bukan?" Tanya Nana konyol. Jane menggeleng, ia sudah menduga sih bahwa mustahil gadis secantik dan berkelas seperti itu merupakan mantan kekasih Darren, terlalu cantik dan elegan. Jelas mustahil.Tapi itu justru membuatnya semakin penasaran karena gadis itu mengenalnya. Dari mana ia mendapatkan informasi tentang Jane? Oh mungkinkah itu mata-mata Darren? Jane menggeleng, ia terlalu berlebihan."Lupakan tadi, mungkin aku memang berkhayal. Um, mari langsung pada inti pembicaraan kita hari ini. Jadi kau mantan kekasih Darren? Aku sedang mengumpulkan sebuah informasi untuk tugas penting-- aku harap kau mau membantuku dengan menjawab pertanyaanku." ungkap Jane berusaha seramah dan selembut mungkin lalu mempersilahkan gadis itu untuk duduk."Oh ya aku akan membantu, sebelumnya perkenalkan namaku Jessica Sawaki. Aku pacar Darren saat kami semester 3 di univers
"Mau kabur, Eh?"Darren William tengah berdiri seraya menahan tubuh Jane, menatap Jane seakan ia mengatakan ‘peek a boo' tentu dengan seringai khas nya yang semakin menunjukkan status menyebalkannya."Oops terlalu terpesona dengan ketampananku sampai kau tak Menyadari aku berhasil melepas kaitan bramu. Emm.. 36D? Tidak perlu malu aku penyenang segala tipe meskipun itu mini.""Sialan kau!" umpat Jane segera melepaskan diri dari Darren yang berdecak lalu tersenyum seraya menaruh tangannya di dagu, Seakan ia menunggu apa yang akan Jane lakukan selanjutnya.Dan benar saja bra Jane turun hingga sebelah dari bukit kembarnya itu tumpah.Betapa bajingannya Darren brengsek itu. Bahkan ia tidak hanya berhasil melepas kaitan belakang branya. Ia Juga melepas sebelah talinya! Kapan ia melakukannya? Bagaimana ia bisa?"SIALAN! KEMESUMAN YANG MENGERIKAN! DASAR PENJAHAT WANITA!" umpat Jane cukup nyaring."Whoah, lihat Wanita yang terperangkap pada