“Ishh!” ringis Fia sambil memegang perut atasnya yang terasa nyeri.Yuan yang mendengar ringisan Fia mulai menatap ke sumber suara dengan raut wajah cemas dan raut wajahnya berubah panik saat melihat seteguk darah di lantai.“Fi” panggil Yuan sambil mendekat ke arah Fia, melupakan rasa sakitnya.Fia mendengarkan panggilan itu tapi tak menjawabnya, karena rasa sakit yang dia rasakan di area perut atasnya.“Fia” panggil Yuan lagi sambil menyentuh pundak Fia pelan. Sedangkan Fia masih diam tak menyahuti, dengan mata yang tertutup dengan tenang.Yuan mulai berjongkok di samping Fia dan dapat dia lihat mulut Fia yang masih ada sisa-sisa darah. Yuan yang melihat darah itu mulai menggeram marah, dan tanggannya terkepal dengan erat.Sang sosok yang melihat itu, tersenyum puas dengan sorot mata mengejek.Kretek.. kretek...Suara tulang leher yang saling bergesekkah saat sosok tadi menggerakkan kepalanya.“Sialan kau!” desis Yuan dengan sorot mata tajam dan penuh permusuhan.Tanpa di duga, angi
Di bawah sana, masih ada perkelahian antara sosok makhluk tadi dengan macan loreng milik Yuan.Tak berselang lama, macan loreng milik Yuan mulai menerjang sosok tadi dengan kekuatan penuh. Karena kekuatan yang kalah kuat, sosok tadi kalah dan menjadi abu dalam sekejap.Setelah kalahnya sosok itu, macan loreng hilang dalam sekejap.Melihat kekalahan sosok tadi Yuan dan Fia mulai sedikit merasa lega, dan kembali melanjutkan langkahnya.Dengan perlahan mereka mulai berjalan menaiki anak tangga. Dengan bantuan dari Yuan, Fia menaiki anak tangga.Sesampainya mereka di lantai dua, Fia mulai melepaskan pegangannya di tangan Yuan. Dengan sorot mata menelisik Fia menatap ke sekelilingnya. Sedangkan Yuan menatap sosok Fia dari belakang. Dia memerhatikan Fia agar tak ada kejadian yang tak di inginkan.Fia mulai berjalan menelusuri koridor lantai dua dengan langkah pelan hingga sampailah dia di depan sebuah ruangan yang pernah dia lihat di dalam mimpi.Ruangan yang cukup lebar dengan beberapa pat
“Apa tadi?” gumam Fia sambil menatap sosok cantik di depannya. Sedangkan Yuan masih berdiam diri di tempat dengan raut wajah rumit.“Sedang apa kalian di sini?” ucap salah satu di antara mereka dengan raut wajah sinis.“...” Fia dan Yuan masih diam membisu, mencerna kejadian yang terjadi tadi.“Bukankah tak sopan mengabaikan pertanyaan seseorang?” ucap yang lainnya dengan raut wajah tanpa emosi.“Ada perlu apa kalian ke sini?” tanya yang lainnya dengan senyum palsunya.“Maaf, sepertinya kami salah masuk ruangan” ucap Fia dengan senyum kikuk. Entah kenapa dia merasakan bahaya jika terlalu lama dengan mereka, apalagi aura yang ada di ruangan ini. Membuatnya yakin jika mereka bukan lawan yang mudah.Fia meraih tangan Yuan dan berniat membawanya keluar dari sana tapi langkahnya terhenti saat mendengar perkataan dari salah satu di antara mereka.“Bukankah kalian tak sopan? Sudah masuk tanpa permisi dan keluar seenaknya tanpa meminta persetujuan dari kami?” ucap wanita tadi yang memakai keb
“Memberi pelajaran kalian bilang?” ucap Fia sambil menatap sosok lemah Yuan di dalam pelukannya.Dengan perlahan Fia mulai mengangkat kepalanya dan sorot matanya berubah tajam saat mata itu menatap ketiga wanita di depannya.“Mari ku perlihatkan apa itu memberi pelajaran sesungguhnya” balas Fia dengan senyum sinis.Sebelum itu dia meletakkan tubuh lemah Yuan dengan hati-hati, bahkan dengan perlahan dia menyenderkan kepala Yuan di tembok. Setelahnya Fia mulai bangkit dengan tangan menggepal erat. Dia menatap ke tiga wanita di depannya dengan sorot mata tajam dan penuh akan permusuhan.Di sekeliling Fia mulai keluar aura yang cukup mencengkeram, aura yang penuh akan penindasan.Fia mulai berjalan beberapa langkah mendekat ke arah mereka, setelah merasa cukup jaraknya, dia mulai menghentikan langkahnya. Dengan sorot mata yang masih sama dia menatap ke arah depan.“Habis kalian” ucap Fia dengan aura penuh tekananKetiga sosok tadi yang merasakan aura Fia sedikit merasa gemetar, dan menata
Mereka diam membisu hingga angin yang cukup kencang menerpa mereka. Daun-daun kering beterbangan searah dengan angin berembus. Tak lama, suara burung gagak mulai terdengar. Ketiga orang tadi yang mendengar suara burung gagak yang saling bersahutan mulai membalikkan badan. Dengan rasa hormat, mereka berjongkok seperti memberi salah yang ada di film, tentang anak buah memberi salam kepada tuannya.Fia mengamati semua itu dalam diam, tak ada niatan untuknya mengatakan apa pun. Tak lama matanya mulai menangkap sosok yang berjalan keluar dari gelapnya hutan. Sosok itu berjalan dengan anggunnya, sosok yang sama dia lihat di ruangan tadi. Ternyata itu tuan dari ketiga sosok di depannya.Fia menatap sosok yang baru sampai dengan sorot mata waspada dan tubuh siaga.Sosok wanita tadi semakin mendekat ke arah Fia dengan senyum misterius. Sosok tadi berhenti beberapa langkah di depan Fia.“Salam Nyai Arawinda” ucap ketiga anak buahnya dengan rasa penuh hormat dan di balas oleh Nyai Arawinda denga
Dengan kasar Nyai Arawinda menarik tangannya dan menatap sosok Clesia dengan sorot mata tajam.Fia menatap ke arah Clesia dengan raut wajah heran dan bertanya.'Kenapa dia bisa di sini?' batin Fia dengN raut wajah heran.“Siapa kau?” tanya Nyai Arawinda dengan raut wajah geram.“Berani kau menyentuhnya, maka kau akan berurusan dengan ku sialan” desis Clesia sambil menatap ke arah Nyai Arawinda dengan sorot mata penuh ancaman.“Apa kau kira gertakanmu bisa membuatku takut?” ucap Nyai Arawinda dengan senyum remeh.Clesia yang mendengar itu sedikit mengeram karena kesal, dengan tajam dia menatap Nyai Arawinda.“Cih!” decih Clesia dengan tak sudinya. Setelahnya dia menyerang Nyai Arawinda tanpa mengatakan apa pun.Nyai Arawinda yang melihat pergerakan Clesia mulai menangkis serangan itu dengan selendangnya. Tanpa menunggu waktu lama perkelahian antar Clesia dan sosok wanita tadi tak bisa terelakkan lagi.Mereka menyerang dengan penuh nafsu, tak ada yang mau mengalah satu dengan yang lainn
Fia masih berusaha mengendalikan pikirannya yang mulai kosong, seperti pikirannya di kendalikan oleh seseorang. Dia masih mencoba hingga suara seseorang masuk ke dalam otaknya.‘Tarik nafas dan keluarkan, lakukan itu dengan beraturan. Setelah mulai tenang kendalikan pikiranmu kembali’ ucap orang itu yang menggema di dalam otaknya.“Paman” gumam Fia tanpa suara.Yah, suara tadi adalah suara pamannya, paman Fia membimbingnya dari jarak jauh. Dia juga mengawasi Fia dari sana.Fia mulai menerapkan perkataan pamannya, dia mulai menutup matanya dan mengatur nafasnya, setelah merasa tenang Fia mulai kembali mengatur pikirannya yang mulai kosong sedikit demi sedikit.Nyai Arawinda mengernyitkan dahinya saat merasakan perlawanan dari Fia, ada raut wajah tak suka di wajahnya. Dengan sorot mata datar Nyai Arawinda menatap ke sosok Fia yang masih berada di atas tanah.Dengan perlahan dia mulai menggerakkan tangannya ke arah dahi Fia. Saat tangan itu menyentuh dahi dingin Fia, tanpa di ketahui Fia
Sosok Arawinda masih berdiam diri di tempat dengan mata yang terfokus ke arah sepasang suami istri tadi.“Lepaskan aku sialan! Aku membutuhkan uang! Aku ingin bertanding ayam dan minum-minum!” ucap sang lelaki sambil mengentakkan tangan sang istri yang memeluk kakinya dengan kasar, hingga membuat sang istri terjatuh di atas tanah dengan kondisi sangat menyedihkan.Nyai Arawinda menatap sosok wanita di depannya dengan sorot mata tanpa emosi dan bergumang,“Lemah” gumam Nyai Arawinda sambil mengalihkan pandangannya dari sosok wanita yang sedang menangis pilu itu.Fia yang melihat itu sedikit iba, tapi rasa iba itu dia tepis dengan mengangkat bahunya acuh tak acuh. Setelahnya dia mulai menjentikkan jarinya dan membawa mereka ke sebuah ruangan dengan nuansa tradisional.“Tuan, saya mohon. Berikan anak saya” ucap wanita tadi sambil memeluk kaki seorang pria berumur.“Lunasi hutang suamimu dulu baru akan ku berikan anakmu” ucap laki-laki tadi sambil mengentakkan kakinya, membuat wanita tadi