Share

7.Murid baru (1)

Sudah dua hari mereka mencari petunjuk tapi tak ada yang mereka dapat.

"Ini gimana?" tanya Disa sambil menompa dagunya.

"Gak tau gue" kata Yara menjawab pertanyaan dari Disa barusan.

"Ck, bego!" kata Fia dengan tiba-tiba dengan suara cukup keras.

"Eh buju buset!" kaget Yara.

Ada beberapa pasang mata yang menatap mereka aneh. Fia yang melihat tatapan dari mereka pun membalas menatap mereka dengan tajam. Orang yang tadi menatap mereka aneh dengan segera mengalihkan tatapan.

"Kenapa Fi?" tanya Disa sambil menatap Fia heran.

"Lu kan bisa ngeliat hantu kenapa gak kita pergunain aja" kata Fia dengan nada pelan agar tak ada yang mendengar.

"Iya juga ya" kata Yara sambil menatap Disa aneh.

"Makannya itu, aku lupa" kata Disa sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ya udah Dis mulai sekarang coba tanya-tanya sama hantu yang ada disini" kata Yara dengan semangat barunya.

"Oke" balas disa dengan senyum semangatnya.

"Woy! Ada dua murid baru, cogan semua lagi" kata seorang siswi dengan nada suara cukup keras.

"Yang bener?" balas temannya dengan raut wajah bahagia.

"Iya!"

"Kelas berapa?"

"Gak tau, kayaknya kelas 10 sih"

"Semoga aja masuk ke kelas kita"

"Semoga aja"

Kata teman sekelas mereka dengan senyum bahagia.

Yara yang mendengar kata-kata cogan pun mulai tertarik.

"Cogan? Liat ke ruang kepala sekolah yok" ajak Yara dengan semangat.

"Buat apa Yar?" tanya Disa bingung.

"Ngintipin cogan!" kata Yara dengan wajah sumringah.

"Gak" balas Fia dengan malas.

"Gak asik lu Fi" kata Yara sambil menatap Fia malas.

"Ya udah yuk aku anter" kata Disa sambil menarik tangan Yara keluar dari kelas.

"Terbaiklah kau" kata Yara dengan senyum bahagia.

Setelah itu mereka pergi meninggalkan Fia yang sedang asik dengan novelnya.

'Cih, cogan biasanya hanya manipulasi' batin Fia dengan nada tak suka.

Di lain sisi.

Yara dan Disa sedang berjalan di lorong menuju ke ruangan kepala sekolah.

"Gak sabar gue mau liat" kata Yara dengan wajah berseri-seri.

"Sabar dong Yar" kata Disa dengan sabar.

"Ini gue udah sabar Dis" balas Yara dengan senyum manisnya.

"Pelan-pelan jalannya" kata Disa sambil menatap Yara dengan raut wajah sedikit pasrah.

"Kalau pelan-pelan keburu masuk entar" kata Yara dan menambah laju jalannya.

"Iya deh" kata Disa dan menyusul langkah Yara dengan langkah cepat.

Yara berjalan dengan lumayan cepat meninggalkan Disa di belakang.

"Yar tungguin aku" kata Disa sambil melajukan langkahnya.

"Cepetan Dis" kata Yara sambil melihat ke arah Disa.

"Ini juga udah cepet, kamunya aja yang terlalu bersemangat" kata Disa dengan raut wajah sedikit letih dan lesu.

Yara tak memedulikan ucapan Disa, dia masih semangat berjalan dan saat dia melihat ke depan tanpa dia tahu ada seseorang yang berdiri tepat di depannya. Tanpa bisa di cegah tubuh Yara tumbang dan jatuh di atas kerasnya lantai.

Bruk

"Akhh!" teriak Yara saat bokongnya menyentuh lantai.

"Yara!" kejut Disa dan segera lari ke arah Yara berada.

"Kamu gak apa-apa kan Yar?" tanya Disa dengan raut wajah khawatir.

"Sakit bokong gue Dis" kata Yara sambil menatap Disa dengan raut wajah menahan sakit.

"Sorry lu gak apa-apa?" tanya cowok tadi yang sudah berjongkok di depan Yara.

"..." Yara kehabisan kata-kata saat melihat wajah cowok yang menabraknya.

"Hey!" kata cowok tadi sambil menjetikkan jarinya di depan muka Yara saat tak mendapatkan respons dari orang di depannya.

"Eh? Gue gak apa-apa" balas Yara setelah sadar dari lamunannya.

"Ayo gue bantu berdiri" kata cowok tadi sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Yara.

"Eh? Iya" kata Yara dan menerima uluran tangan cowok tadi.

"Sekali lagi gue minta maaf" kata cowok tadi dengan senyum tipis.

"Gak apa-apa, gue juga yang salah di sini" kata Yara dengan senyum manisnya.

"Oh ya kenalin mana gue Alvin" kata cowok tadi memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya ke arah Yara.

"Oh, gue Yara" balas Yara dan menjaba tanggan Alvin.

Saat mereka asik berbincang  Yara melupakan orang di sekelilingnya, dunia seperti miliknya apalagi dinmatanya di suguhi wajah milik Alvin.

Tiba-tiba ada suara dari arah belakang Yara.

"Ngapain lu berdua di sini?" tanya Fia dengan datar.

"Eh? Lah elu ngapain di sini?" tanya Yara balik.

"Ck, kalau di tanya itu jawab bukannya tanya balik" kata Fia dengan raut wajah malas.

"Lu anak baru itu 'kan?" tanya Fia sambil menatap Alvin.

"Eh, iya?" kata Alvin dengan bingung.

"Temen lu yang satu mana?" tanya Fia sambil menatap ke arah Alvin tak minat.

"Masih di dalem" kata Alvin sambil menunjuk pintu ruang kepala sekolah yang masih tertutup.

"Oh" balas Fia malas dan menyenderkan tubuhnya di tembok dekatnya.

"Kamu ngapain disini Fi?" tanya Disa heran.

"Di suruh pak Ridwan njemput anak baru" kata Fia dengan malas.

"Jadi..." kata Yara tergantung.

"Temen lu lagi apa?" tanya Fia yang mulai malas.

"Mana gue tau" balas Alvin sambil mengangkat bahu tak tau.

"Ck, buang-buang waktu gue" kata Fia dengan datar sambil menyenderkan tubuhnya di tembok.

"Kalau lu bosen balik aja Fi, biar mereka gue yang bawa" kata Yara dengan nada suara bahagia.

"Emang lu tau tugas gue di suruh ngapain?" tanya Fia dengan malas.

"Nganter ke kelas kan?" tanya Yara dengan senyum cerahnya.

"Gak usah sok tau" kata Fi dengan malas.

Beberapa menit kemudian pintu yang sendari tadi tertutup akhirnya di buka.

Ceklek

Keluarlah seorang lelaki dengan wajah bulat sedikit lonjong, dan jangan lupa raut wajah datarnya serta mata bulat tapi terkesan tajam.

"Cih, lama" kata Fia dengan malas.

"Ayo cepetan" kata Fia dan berjalan menjauh.

"Hah?" kata Alvin tak paham.

"Dia nyuruh ngikutin" kata Yara dan mulai berjalan dengan Disa mengikuti langkah Fia dan di belakang ada kedua cowok tadi.

Cowok yang baru keluar dari ruang kepsek menatap punggung Fia dengan serius dan tanpa kedip.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status