Share

Hari Pertama

"Anda akan menyesal berurusan dengan saya."

Itulah yang akan terjadi, sayang.

Gerand Yosefa.

***

Pagi ini Regi akan memulai hari pertamanya bekerja. Wanita tersebut terlihat sangat cantik dengan riasan yang terlihat berbeda dari sang sekretaris pada umumnya.

Tidak ada yang namanya menggunakan pakaian terbuka atau semacamnya.

Regi tetap menjadi dirinya sendiri dengan penampilan ramah.

Ini diriku sendiri.

Saat Regi tiba, dia langsung masuk dan berjalan dengan santai. Sekarang waktu baru jam 6:30.

Terlalu cepat?

Seorang Regi memang terbiasa datang cepat. Cepat tanggap, itulah seorang Regianis.

Perempuan itu tersenyum saat melihat pintu ruangan yang berada tepat di hadapannya. 

Ini akan sangat menyenangkan. Apa yang dia impikan akhirnya menjadi kenyataan.

Belum ada yang datang. Tentu, Regi datang sangat cepat. Untunglah pintu kantor sudah terbuka.

Jadwal kantornya sendiri baru dimulai pukul 08.00.

Regi datang terlalu cepat, tidak juga. Ada beberapa hal yang dilakukannya selain tidak ingin datang terlambat.

"Hah..."

Regi terlihat sangat senang saat dia duduk. Hari pertama adalah yang terbaik dari semuanya. Perempuan itu baru saja selesai merapikan meja yang akan ia tempati selama bekerja pada Yosefa Corp.

"Oh ya, menyiapkan kopi, ah tidak, itu terlalu cepat. Lalu bersihkan ruangan CEO."

“Tapi tunggu dulu, aku sekretaris, bukan petugas kebersihan. Tidak apa-apa, membereskan meja sendiri saja sudah cukup. Aku juga harus merapikan barang-barang yang lain,” gumam Regi.

Maka benar saja, dia langsung bergerak menyusun sebuah kotak kecil yang dibawanya.

Ini akan menjadi kesan yang sangat menyenangkan. Sebuah hari pertama bekerja.

Sekitar 30 menit kemudian wanita tersebut akhirnya selesai dengan aktivitasnya sendiri. Senyuman segera terukir terpatri indah.

"Ehem."

Mata perempuan itu pun langsung menatap seseorang yang sedang menatap lurus ke arahnya.

"Selamat pagi Pak," kata Regi dengan membungkuk singkat.

"Apa yang kamu lakukan, mau pindah?"

“Tidak, saya baru saja membereskan barang-barang Pak,” jawab Regi tersenyum senang.

Bahkan jika apapun yang terjadi antara dia dan atasannya, itu tetap tidak membuatnya merasa buruk. Hari pertama kerja masih yang terbaik.

"Masuklah ke ruanganku."

"Lho, biasanya kamu memang datang secepat ini ya?"

"Ikut saja denganku dan jangan terlalu banyak bertanya," kata Gerand singkat.

Tanpa memikirkan apapun, Regi pun mengikuti kemana atasannya pergi. Mereka sedang dalam perjalanan ke ruangan khusus CEO.

"Silahkan duduk."

Regi menatap bingung makanan yang tersusun rapi. Apakah ini semacam pesta kecil untuk menyambut hari pertamanya bekerja?

Seorang CEO seperti Gerand Yosefa mengadakan pesta penyambutan?

Itu mencurigakan. Untuk itu segera terlintas di benak Regi berbagai macam pikiran buruk mengenai atasannya tersebut.

"Pesta selamat datang atau apa, Pak?" tanya Regi sambil melihat lurus.

"Apakah kamu akan terus berada di sana, tidak ingin duduk?"

Regi hanya berkedip perlahan. Apa artinya?

Namun pada akhirnya ia langsung duduk ditempat itu, sesekali memandangi makanan dan minuman yang disajikan satu persatu.

Sebuah jebakan, Regi langsung berpikir seperti itu. Pasti ada motif tersembunyi dari semua sikap CEO yang terkenal tidak berperasaan ini. Untuk itu dia harus hati-hati.

"Silahkan makan."

Regi pun langsung mengalihkan pandangan saat melihat sang atasan memakan salah satu hidangan yang tersedia.

Ada rasa aneh saat Regi melihat pemandangan tersebut.

"Ah ..., maaf Pak, saya sudah sarapan dari rumah. Terima kasih banyak untuk makanan ini tapi saya tidak bisa."

"Perintahku mutlak. Jadi makanlah."

Regi spontan meringis mendengar perkataan Gerand.

Apa-apaan ini, kamu harus. Harus. Jelas bahwa orang ini sedang mempersiapkan sesuatu yang sangat rumit.

Sejenis jebakan Batman.

“Aku akan menemanimu sarapan,” kata Regi, masih sempat tersenyum sejenak.

"Saya tidak mengundang Anda ke sini untuk menemani. Saya mengundang untuk makan bukan menemani. Apa yang Anda takutkan, nona Regianis?"

“Takut gemuk, dan…, jebakan. Maaf kalau saya kasar pak. Hanya saja gerak tubuh Anda sangat mencurigakan… jadi, makanlah sendiri."

“Bagus, baru kali ini ada yang menolak tawaran saya dan tidak melakukan apa yang saya perintahkan,” kata Gerand sambil tetap makan.

Ekspresinya masih seperti biasa, tenang dan misterius. Tidak ada perubahan apapun selain tangannya yang masih makan.

"Maaf, silakan makan, Tuan. Saya tetap tidak mau."

"Baiklah," kata Gerand singkat dan masih melanjutkan makan.

Tentunya, sebelum masuk perusahaan ini Regi sudah tahu bagaimana bosnya suka bermain dengan perempuan. Jadi dia harus berhati-hati untuk itu.

Regi hanya terus menatap lurus tanpa melakukan apapun. sesekali matanya melihat Gerand yang masih asyik makan.

Menarik. Tapi Regi tidak akan mudah tertarik pada seseorang dengan sifat kejam tersebut. Untuk itu ia memutuskan untuk berjalan-jalan keliling ruangan.

"Tuan, bolehkah saya melihat-lihat ruangan ini?"

"Mengapa, Anda bosan, Nona Regi?"

Sial, itu benar. Regi lelah hanya duduk di sana tanpa melakukan apapun. Dia sebenarnya tipe orang yang aktif dan tidak nyaman jika hanya duduk diam. setidaknya ada sesuatu yang dia lakukan meskipun itu hanya membaca buku.

"Ya," jawab wanita itu dengan jujur.

"Silahkan," kata Gerand cuek.

Senyuman segera muncul di sudut wajah Regi. Tanpa membuang banyak waktu dia segera pergi untuk melihat-lihat.

Ada banyak barang antik di ruangan ini yang membuat rasa penasaran wanita itu muncul.

Tiba-tiba Regi merasa ingin minum sesuatu sebab sekarang dia merasa haus. Sebelum ini, setelah menata barang-barangnya, dia tidak sempat minum.

Tapi ya, seperti sebelumnya, tidak mungkin Regi minum atau makan apapun yang ada di ruangan ini. Karena itu dia ingin langsung pergi saja.

Saat Regi melihat bahwa bosnya telah selesai makan. Ia pun berpikir untuk segera pergi dari tempat tersebut.

Kali ini Regi sudah punya kesempatan.

"Tuan, bolehkah saya pergi?" tanya Regi dengan sopan.

“Sayang sekali, saya sudah menyiapkan semua ini tapi nyatanya saya masih makan sendiri,” kata Gerand sambil menatap lurus ke makanan yang baru tersentuh sedikit tersebut.

Regi langsung merasa tidak nyaman. Bukankah dia terlalu berlebihan?

Ya, walaupun begitu ia juga harus hati-hati pada sang atasan.

"Kalau begitu berikan saja ke karyawan lain Pak, daripada mubazir."

"Pergi, aku telah membiarkanmu pergi. Jadi pergilah."

Pengusiran. Dari nada bicara orang itu, jelas bahwa Regi sedang diusir.

Tapi memang benar, Regi sudah lama ingin pergi.

"Baiklah, permisi tuan," kata wanita itu kemudian segera pergi.

Sementara itu Gerand hanya tersenyum tipis.

"Sulit juga untuk menjebaknya. Aku semakin bersemangat. Oke, Nona Regianis, kamu tidak akan habis hari ini."

***

Sesampai Regi di ruangannya, tanpa pikir panjang ia pun langsung meminum air mineral yang dibawanya dari rumah.

Bertepatan dengan itu juga Regi pun bisa merasakan sesuatu yang aneh dengan tubuhnya.

"Sial."

Regi tahu bahwa apa yang ia minum adalah campuran obat perangsang.

Gila, bukan?

Sekarang apa yang harus perempuan itu lakukan?

Semuanya berjalan lebih gila dari apapun yang terjadi.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status